Renungan Harian - Keharuman Yang Berkenan
Derap langkah kaki mereka serempak dan tegas. Mereka bergegas menuju ke satu tempat. Dua orang kakak beradik itu mendekati dua buah tumpukan batu yang sudah tersusun menjadi dua buah mezbah. Keduanya kemudian mempersiapkan korban persembahan di atas mezbahnya masing-masing. Sang kakak yang bernama Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanahnya karena dia seorang petani, sedangkan si adik yang bernama Habel mempersembahkan anak sulung dari kambing domba beserta lemak-lemaknya.
Namun, kemudian terjadi sesuatu yang mengejutkan dan membedakan mereka. Ketika api mulai membakar habis korban di atas mezbah masing-masing dan asap dari mezbah itu mulai naik di hadapan TUHAN, didapati korban persembahan sang kakak ternyata berbau kurang sedap dan TUHAN memalingkan wajah-Nya tanda kurang berkenan. Beda dengan persembahan si adik, yang membuat TUHAN menikmatinya. Seolah TUHAN sedang mencium parfum dari Paris yang mahal dan harum sekali.
Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram. (Kej. 4:3-5)
Mengapa
persembahan keduanya bisa menghasilkan bau yang berbeda?
1. Datang kepada Tuhan dengan kerendahan hati
Inti
persoalannya bukan pada bentuk mezbah dan kemasan persembahannya, tapi ada pada
hati si penyembah. Tuhan tidak melihat seberapa bagus persembahan yang kita
berikan kepada Allah, Ia mau apa yang kita persembahkan kepada-Nya penuhan
dengan kerendahan hati dan sepenuhnya hidup kita. Tujuan persemabahan yang kita
berikan adalah supaya kita mengalami perjumpaan dengan Allah dan mengalami
sifat-sifat-Nya.
Kain
membangun mezbah dan membawa korban persembahannya dengan kebanggaan akan
prestasi-prestasinya dan spirit persaingan. Itu terlihat jelas dari bentuk
persembahan dan reaksinya ketika korban persembahannya tidak dindahkan oleh
TUHAN. Bukannya instropeksi dan belajar dari adiknya, Kain justru menjadi
marah, panas hati, dan iri kepada adiknya. Padahal apa kesalahan yang dilakukan
Habel? Ah, Kain, Kain. Habel membangun mezbahnya dan membawa korban
persembahannya dengan sebuah hati yang mengejar hubungan dengan TUHAN lebih
dari apapun. Sangat berbeda dengan sikap hati Kain.
Bagi Habel, hati dan kehendak TUHAN adalah yang terpenting lebih dari semua pencapaian-pencapaian pribadinya. Itu tampak dari korban persembahannya. Bahwa yang TUHAN kehendaki itu korban persembahan yang ada darahnya seperti yang TUHAN perbuat untuk menutupi dosa dan kesalahan ayah dan ibu mereka ketika di Taman Eden. Habel berusaha mencari tahu, sehingga ia menemukan dan mengerti akan kebenaran bahwa TUHAN menghendaki korban darah. Mengapa? karena itu mengarah kepada Yesus, Anak Domba Allah yang menjadi korban yang sempurna dan berkenan.
2. Yang berkenan kepada Allah
Kitab Imamat
menjelaskan secara detail tentang korban persembahan kepada Allah. Korban
persembahan harus dari binatang kambing domba, lembu, sapi, burung tekukur atau
merpati. Binatang yang dipersembahkan harus tidak bercacat cela dan
lemak-lemaknya dibakar dan korban api-apiannya menyenangkan Tuhan. Habel
mempersembahkan persembahan yang Tuhan ingini dari binatang sehingga hal itu
menyenangkan hati Tuhan.
Persembahan yang berkaitan dengan darah membuktikan bahwa sepenuhnya kehidupan kita berikan kepada Allah bukan setengah-setengah atau sebagian, seperti Yesus telah memberikan teladan kepada kita dalam hal mempersembahan hidup kepada Allah sebagai bukti Dia mempersembahkan seluruh kehidupan-Nya di atas kayu salib. Allah mempunyai standar dalam hal mempersembahkan korban bagi-Nya. Kalau kita ingin korban persembahan kita diindahkan Tuhan, kita harus mengikuti standar Tuhan bukan standar kita. Yang baik menurut kita belum tentu menyenangkan Tuhan.
Jadi, hati kita akan menentukan mezbah kita. So, jagalah hatimu, bangun kualitas hati yang hebat. Cari dan upayakanlah untuk mengerti hati dan kehendak Bapa, lalu selaraskan hati-mu dengan hati-NYA. Dengan demikian, "mezbah" kehidupanmu, pelayananmu dan penyembahanmu menjadi mezbah yang harum dan berkenan. Ya, semoga!
Posting Komentar untuk "Renungan Harian - Keharuman Yang Berkenan "
Berkomentar yg membangun dan memberkati.