Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

4 Unsur-unsur Penting Dalam Mezbah Keluarga

 

4 Unsur-unsur Penting Dalam Mezbah Keluarga

Unsur-unsur Penting Dalam Mezbah Keluarga

Menurut Marulak Pasaribu, dalam mezbah keluarga terdapat empat unsur penunjang utama,[1] walaupun tidak menutup kemungkinan adanya unsur tambahan atau pelengkap lainnya. Keempat unsur utama itu adalah:

Firman

Firman menjadi sumber kehidupan orang percaya dan merupakan jiwa dari ibadah keluarga. Pada jaman Perjanjian Lama, pembacaan Firman merupakan sesuatu yang tidak boleh diabaikan dalam keluarga umat Allah (Ul.6:4-9). Kebiasaan ini terus berlanjut pada masa Perjanjian Baru. Pembacaan Firman bukan hanya di Bait Allah atau sinagoge saja, melainkan juga di rumah-rumah.[2] Bagi orang percaya, hari-hari yang diberikan Tuhan hendaknya selalu diisi dengan pembacaan Firman Tuhan.

Sepanjang hidupnya, manusia sangat memerlukan apa yang diajarkan dalam Firman Allah karena Firman itu merupakan bimbingan untuk hidupnya.[3] Firman Tuhan dalam mezbah keluarga ibarat sebuah petunjuk yang menuntun kehidupan orang Kristen. Allah mau menuntun umat-Nya dalam proses pertumbuhan karakter, iman, dedikasi, ketahanan dan komitmen keluarga kepada Tuhan.

Seperti yang dikatakan oleh Christenson, bahwa semakin banyak membaca Firman Allah, maka semakin banyak pula melihat Yesus, dan semakin banyak menerapkan Alkitab dalam hidup orang percaya, maka semakin orang percaya itu menjadi serupa dengan-Nya.[4] Jadi melalui mezbah keluarga, umat Kristus akan memperoleh pengetahuan tentang kebenaran Firman Allah yang kekal itu, sehingga pada gilirannya atas tuntunan Roh Kudus akan menumbuhkan kerohanian orang tersebut.

Hadianto dan Okdriati mengatakan bahwa orang percaya dapat mengenal Tuhan karena Dia menyatakan diri pada umat-Nya. Tak seorangpun dapat mengenal-Nya dengan benar, jika Tuhan sendiri tidak memperkenalkan atau mewahyukan diri-Nya.[5] Pewahyuan ini dibagi menjadi dua macam yakni wahyu umum yang terwujud dalam alam semesta dan seluruh ciptaan-Nya, serta wahyu khusus yang terwujud dalam Alkitab yang kemudian dipuncaki dengan inkarnasi Allah dalam diri Yesus Kristus. Melalui wahyu khusus ini, Allah menyatakan diri-Nya dengan sangat jelas pada manusia, bukan hanya “bayang-bayang” saja seperti yang ternyatakan dalam wahyu umum.

Andreas Christanday mengatakan bahwa Alkitab menyatukan keluarga dalam kebersamaan melalui mezbah keluarga.[6] Dengn demikian menjadi jelas bahwa Firman dalam mezbah keluarga adalah suatu hal yang mutlak, dan tidak tergantikan, karena Firman inilah yang menjadi pusat dalam ibadah keluarga, dan melalui Firman pula keluarga akan dipersatukan.

Setelah mengenalnya, maka tidak berhenti sampai disitu, perjalanan dan pertumbuhan rohani setiap orang percaya dalam hidup ini akan selalu dipimpin oleh Firman Allah tersebut.[7] Oleh karena itulah, dalam merespon pewahyuan-Nya ini seharusnyalah umat Allah menanggapi dengan kerinduan dan kesukaan besar untuk mengenal-Nya lebih daripada segala sesuatu. Dan untuk merespon dengan benar Firman-Nya ini, khususnya dalam pelaksanaan mezbah keluarga, dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:[8]

Firman itu didengar

Berkaitan dengan Firman yang didengar, The Navigators mengatakannya demikian: Hearing the Word from godly pastors and teachers provides insight into others' study of the Scriptures as well as stimulating your own appetite for the Word.[9]

Jadi Firman yang didengar dari seorang pembimbing rohani atau guru rohani akan memberikan wawasan Alkitab selain juga menimbulkan ketertarikan terhadap Firman itu sendiri. Oleh karena itu didalam sebuah mezbah keluarga, mendengar Firman menjadi suatu hal yang sangat krusial dan tidak boleh dihilangkan. Firman yang didengar oleh seluruh anggota keluarga ini diharapkan akan dapat melekat dalam hati. Khususnya bagi anak-anak, Firman yang diperdengarkan pada mereka ini diharapkan akan tertanam dalam benak mereka dengan baik.

Firman itu dibaca

Berkaitan dengan Firman yang dibaca, The Navigators menegaskannya demikian: Reading the Bible gives an overall picture of God's Word. Many people find it helpful to use a daily reading program which takes them systematically through the Bible.[10] Jadi dengan membaca Alkitab, akan memberi gambaran keseluruhan dari Firman Allah. Dan bagi cukup banyak orang, selain Firman itu sendiri sebagai asupan utama, mereka juga membutuhkan adanya program penuntun pembacaan Alkitab harian yang sistematis untuk mempermudah dan mendisiplinkan diri mereka dalam membaca Firman Tuhan.

Firman itu dipelajari

The Navigators menyampaikan pendapatnya demikian: Studying the Scriptures leads to personal discoveries of God's truths. Writing down these discoveries helps you organize and remember them.[11] Bagi anggota keluarga, Firman ini tidak seharusnya hanya dibaca dan didengar saja, melainkan lebih lanjut harus dipelajari. Pembelajaran ini akan membawa kepada pemahaman yang lebih dalam dan pribadi atas kebenaran Tuhan.

Firman itu dihafalkan

Memorizing God's Word enables use of the Sword of the Spirit to overcome Satan and temptations ... to have it readily available for witnessing or helping others with a "word in season."[12]  Jadi dengan menghafalkan Firman Allah, maka akan membuat Firman itu benar-benar melekat pada benak penghafalnya yang akan berguna untuk mengatasi godaan iblis. Dengan demikian, apabila sewaktu-waktu umat Kristus mendengarkan sesuatu pandangan dari orang lain yang menyesatkan, maka melalui kuasa Roh Kudus, Firman yang telah dihafalkan ini akan mampu menolong mereka bertahan dari kesesatan dan pengaruh buruk apapun.

Firman itu direnungkan

Jari yang kelima, yakni ibu jari, dijelaskan oleh The Navigators demikian:

Meditation is the thumb of the Word Hand, for it is used in conjunction with each of the other methods. Only as you meditate on God's Word--thinking of its meaning and application in your life --- will you discover its transforming power at work within you.[13]

Perenungan Firman adalah merupakan langkah lebih lanjut dalam pelaksanaan mezbah keluarga, karena dengan perenungan ini akan membawa pemahaman yang jauh lebih luas dalam praktek kehidupan orang percaya. Jadi bukan hanya pemahaman yang bersifat teoritis, melainkan dapat meliputi penerapan praktisnya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat membawa pertumbuhan dalam kerohanian umat Kristus.

Firman itu dilakukan

Dan yang tidak kalah pentingnya dengan kelima hal tentang Firman diatas, yakni adalah melakukan Firman,[14] seperti yang termaktub dalam Yakobus 1:22 sebagai berikut: Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.

Demikianlah bahwa tanpa melakukan Firman maka semuanya akan tak berguna.

Doa

Doa adalah nafas kehidupan dari sebuah ibadah dan nafas kehidupan orang percaya. Doa adalah perwujudan komunikasi dari orang percaya pada Tuhan, hal-hal yang ingin diutarakan orang percaya kepada Tuhan, dinyatakan melalui doa.

Sejak jaman gereja mula-mula, rumah menjadi tempat jemaat untuk berdoa (Mat.6:6). Jemaat menyadari pentingnya doa dalam kehidupan orang percaya sehingga jemaat mula-mula dengan giat menjadikan rumah mereka menjadi rumah doa, yakni menjadi tempat dimana doa-doa dinaikkan.[15] Dalam doa, kasih orang percaya dinyatakan dalam menjawab kasih dan pemeliharaan Allah yang nyata dalam hidup mereka.

Doa keluarga merupakan suatu alat untuk membina kesalehan keluarga, dan betapa malangnya orang-orang yang tidak menyelenggarakannya.[16]  Keluarga tanpa doa adalah keluarga yang tidak memiliki mekanisme pertahanan terhadap pengaruh buruk lingkungan, karena dengan berdoa, Tuhan akan menolong dengan menjauhkan atau melindungi dari pengaruh-pengaruh buruk lingkungan, sehingga dengan sendirinya kesalehan menjadi lebih mudah terbentuk.

Andreas Christanday memungkasi penjelasan tentang doa ini dengan mengetengahkan ungkapan berikut: Family who play together and pray together, will stay together.[17] Dengan demikian doa juga menjadi bagian yang sangat penting dalam membangun kesatuan dalam sebuah mezbah keluarga. Tanpa doa tidak akan ada kebersamaan, karena dalam doa Tuhan akan mempersatukan seluruh keluarga.

Dalam doa, orang percaya juga ingin menyatakan ucapan syukur dan mendeklarasikan ketergantungan mereka pada Kristus. Dalam doa dapat dijumpai adanya beberapa unsur penting sebagai berikut:

Doa dengan iman

Iman adalah salah satu unsur terpenting dalam sebuah doa, yang muncul dari lubuk hati orang percaya tentang kepercayaannya kepada Tuhan. [18] Melalui doa, Allah mendengar suara hati umat-Nya, dan Allah tidak akan tinggal diam membiarkan umat-Nya sendirian.

Graham Roberts mengatakan demikian: “Jika permohonan doa kita benar-benar berakar dalam kebenaran Alkitab, kita boleh berdoa tanpa bimbang. Pasti permohonan itu Tuhan kabulkan.”[19]  Dengan kata lain, bila orang percaya berdoa selaras dengan kehendak Tuhan, maka pastilah doanya terkabul. Masalahnya semakin banyak orang percaya yang ingin memaksakan kehendaknya sendiri diatas kehendak Tuhan. Oleh karenanya perlu disadari bahwa dalam berdoa, orang percaya seharusnya menyelaraskan kehendaknya dengan kehendak Allah, bukanlah sebaliknya yakni meminta Tuhan menyelaraskan kehendak-Nya dengan kehendak manusia.   

Doa dengan ketekunan

Allah mengharapkan umat-Nya agar berdoa dengan tekun, seperti yang dikatakan oleh Roberts sebagai berikut:

Allah memang maha tahu. “Segala jalan orang terbuka didepan mata Tuhan” (Ams.5:21). Namun Allah juga menghendaki supaya kita mutlak bergantung hanya kepada-Nya dalam segala sesuatu. Allah menghendaki supaya dalam segala sesuatu, termasuk berdoa, kita hidup sebagai anak yang menantikan rahmat dan kasih karunia Bapa kita.[20]

Jadi ketekunan dalam berdoa diperlukan, bukanlah karena Allah tidak tahu dan tidak mendengar doa umat-Nya, namun karena Allah menginginkan umat-Nya untuk benar-benar bergantung hanya kepada-Nya dan menanti-nantikan rahmat-Nya. Ini adalah wujud keberserahan umat Allah dalam totalitas.

Doa dengan penyembahan

Allah adalah pribadi yang patut disembah. Melalui doa, orang percaya dapat mewujudkan penyembahannya.[21] Jadi penyembahan adalah wujud merendahkan diri dihadapan Tuhan dengan meninggikan Tuhan yang memang layak untuk ditinggikan dan diagungkan.

Doa dengan pengakuan dosa

Kesadaran bahwa Tuhan itu kudus, menuntut umat Tuhan mengakui keberdosaannya.[22] Dengan adanya pengakuan terhadap keberdosaan ini, Tuhan berkenan untuk mengampuni dan menyucikan orang percaya dari segala dosa, dan melayakkan orang percaya dihadapan-Nya. Demikian pula dalam mezbah keluarga, seluruh anggota keluarga haruslah senantiasa diingatkan akan keberdosaan mereka, agar nyata kekudusan Allah diantara mereka.

Doa dengan pujian

Dalam doa, orang percaya menyatakan pujian dan penghormatannya atas karya Tuhan yang begitu luar biasa dalam kehidupannya, dan kasih setia-Nya. Salah satu hal yang luar biasa dari Allah ialah bahwa Ia hidup didalam pujian umat-Nya. Ia menempati puji-pujian umat-Nya, dalam arti Ia hadir dan menyertai ketika umat-Nya memuji Dia.[23] Puji-pujian dalam doa adalah suatu rangkaian kata dan kalimat yang memuji Tuhan, dan tidak harus diwujudkan dalam bentuk nada dan irama. Pujian ini berasal dari hati orang percaya karena menyadari kebesaran dan kemuliaan Tuhan. Pujian yang muncul sebagai respon karena pengenalan akan Tuhannya.

Doa dengan ucapan syukur

Merlin Carothers pernah menyatakan bahwa kalau orang percaya mulai mengucap syukur kepada Allah untuk segala hal, sebaliknya daripada memohon kepada-Nya untuk mengubah keadaan-keadaan yang “buruk”, maka kuasa Allah mulai bekerja membawa kebaikan.[24] Ini berarti bahwa ucapan syukur harus dinaikkan sebagai ungkapan hati orang percaya atas kebaikan dan kemurahan Tuhan. Ucapan syukur ini tidak boleh hanya berlandaskan atas berkat-berkat-Nya saja, melainkan harus dinaikkan atas segala hal yang terjadi bahkan untuk hal-hal yang tidak dikehendaki sekalipun, sehingga untuk itu Tuhan akan menyatakan kebaikan-Nya.

Doa dengan permohonan

Permohonan adalah juga menjadi salah satu unsur dalam doa. Tuhan berjanji untuk menjawab semua permohonan yang dinaikkan umat-Nya. Namun demikian pengabulan permohonan dalam doa harus didasarkan pada pengertian yakni bahwa Ia akan mengabulkan permohonan umat-Nya yang sejalan dengan kehendak-Nya, seperti yang tertulis dalam Yohanes 15:7 dan dipertegas dalam 1 Yohanes 5:14. Bukan setiap permohonan akan dikabulkan, apalagi yang tidak selaras dengan kehendak dan rencana Tuhan.[25] Sedikitnya ada empat macam permohonan dalam doa, yakni yang pertama adalah permohonan pribadi, yaitu permohonan untuk kepentingan diri sendiri. Yang kedua adalah permohonan untuk orang lain, baik yang dikenal ataupun yang tidak dikenal. Dan yang ketiga adalah permohonan untuk kepentingan bersama, seperti misalnya doa untuk bangsa dan Negara, doa untuk acara-acara gerejawi, dan lain sebagainya. Dan yang terakhir namun juga menjadi yang terpenting, adalah permohonan untuk pelaksanaan pekerjaan Tuhan, seperti doa untuk misi.

Bermacam jenis permohonan ini, yang dikenal sebagai doa syafaat, haruslah diadakan dalam mezbah keluarga, dengan tujuan untuk melatih seluruh anggota keluarga agar mau peduli kepada lingkungannya dan sadar untuk menyalurkan kasih yang telah mereka terima kepada mereka yang membutuhkannya, baik melalui doa maupun tindakan-tindakan nyata.

Doa dengan ketaatan

Seperti yang dijelaskan terdahulu, doa adalah menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak Allah. Oleh karenanya kehendak Tuhan-lah yang harus jadi. Tuhan Yesus meneladankan ketaatan-Nya dalam berbagai kesempatan dalam kemanusiaan-Nya, seperti saat berdoa di taman Getsemani (Mat.26:42). Roberts menyatakan pendapatnya yang senada:

Unsur penting lainnya yang begitu hakiki dan jelas menonjol dalam doa Yesus itu yang terkandung dalam “Bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu”, ialah ketaatan-Nya yang mutlak dan mantap … Ia mutlak taat kepada kehendak Bapa-Nya kendati apapun akan terjadi. [26]

Jadi kalau Yesus saja menundukkan diri-Nya secara mutlak dalam kapasitas-Nya sebagai manusia, maka inilah keteladanan yang sempurna bagi manusia untuk taat dan pasrah sepenuhnya pada kehendak Allah.

Nyanyian Puji-pujian

Jika Firman adalah jiwa ibadah, dan doa adalah nafas kehidupan ibadah, maka nyanyian pujian adalah ungkapan atau ekspresi emosi kepada Tuhan. Oleh sebab itu ketiga unsur ini merupakan fondasi ibadah orang percaya, baik secara individu, ibadah keluarga maupun ibadah jemaat.

Alkitab mengatakan bahwa nyanyian pujian adalah sebagai pertanda atau lambang kemenangan. Hati yang bersorak sorai timbul karena perbuatan Allah yang besar (Maz.100). Ketika bangsa Israel keluar dari Mesir, Musa dan segenap bangsa Israel bernyanyi dan bersorak bersama karena kebesaran Tuhan yang menyertai mereka (Kel.15:1-21). Demikian pula jemaat dalam Perjanjian Baru adalah jemaat yang juga menaikkan puji-pujian bagi Tuhan. Paulus berkata pada jemaat di Efesus agar mereka bernyanyi dan bersorak bagi Tuhan (Ef.5:19). Nyanyian pujian berfungsi sebagai ungkapan kesukaan karena Kristus hadir dalam hati dan hidup orang percaya.[27] Seperti ini pulalah seharusnya ibadah keluarga Kristen dalam wadah mezbah keluarga, dimana setiap anggota keluarga menaikkan puji-pujian pada Tuhan sebagai ungkapan syukur bahwa Kristus selalu hadir ditengah mereka dan senantiasa berkarya dalam seluruh hidup mereka.

Kesaksian Pribadi

Unsur keempat ini sebenarnya bukanlah termasuk unsur utama, melainkan dapat digolongkan sebagai unsur pelengkap. Namun demikian sharing atau kesaksian pribadi ini dapat memberikan hasil yang sangat signifikan dalam pertumbuhan rohani dan mempererat persekutuan, seperti yang dituliskan oleh Narramore sebagai berikut:

Setiap orang dalam lingkungan keluarga hendaknya diberi dorongan untuk menceritakan hal-hal yang patut disyukurinya. Perkataan singkat yang berisi pujian ini mengilhami seluruh kelompok dan teristimewa mempersekutukan keluarga semakin erat.[28] 

Kesaksian atas pengalaman dengan Tuhan ini, dapat juga diselipkan sebagai salah satu slot acara pada mezbah keluarga, walaupun bagian ini tidak harus selalu muncul secara rutin. Namun demikian, semakin sering slot ini muncul, menandakan semakin banyak pengalaman pribadi berjalan bersama Tuhan yang dirasakan oleh masing-masing anggota keluarga.

Selain itu slot acara ini juga dapat menumbuhkan kepekaan diri terhadap kehadiran dan campur tangan Tuhan dalam hidup orang percaya dalam keseharian mereka. Sharing tidak harus berisi peristiwa-peristiwa yang “spektakuler”, tetapi pengalaman pribadi dalam keseharian hidup orang percaya yang seharusnya mendominasi.

 Baca juga:

Mezbah Keluarga Dalam Alkitab - Mezbah Orang Percaya

Pengertian Mezbah Keluarga Dalam Kekristenan


Tujuan Mezbah Keluarga dalam Kehidupan Orang Percaya

[1]   Pasaribu, Pernikahan dan Keluarga Kristen, 132

[2]   Ibid, 132

[3]   Narramore, Mengadakan Renungan Keluarga, 8

[4] Pola Hidup Kristen, Artikel Evelyn Christenson (Malang: Gandum Mas, 1989), 64

[5] Sum Hadianto & Okdriati, Berakar Dalam Kristus (Yogyakarta: PT Gloria Usaha Mulia, 2014), 96-98

[6] Andreas Christanday, Membangun Keluarga Yang Tak Terguncangkan (Jakarta: Gloria Usaha Mulia, 2010), 26

[7] Pfeiffer, Charles F. & Everett F. Harrison, penyunting. The Wycliffe Bible Commentary, Volume 2 (Malang: Gandum Mas, 2011), 246

[8] Komunitas Kambium, Buku Peserta Berakar Dalam Kristus (Yogyakarta: Rumah Kambium, 2011), 47

[9] The Navigators, The Word Hand

[10] The Navigators, The Word Hand

[11] Ibid

[12] Ibid

[13] The Navigators, The Word Hand

[14] Christanday, Membangun Keluarga Yang Tak Terguncangkan, 25

[15] Pasaribu, Pernikahan dan Keluarga Kristen, 134-135

[16] Narramore, Mengadakan Renungan Keluarga, 3

[17] Christanday, Membangun Keluarga Yang Tak Terguncangkan, 26

 

[18] Pasaribu, Pernikahan dan Keluarga Kristen, 135

[19] Graham Roberts, Ajarlah Kami Berdoa (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2013), 44

[20] Ibid, 54-55

[21] Pasaribu, Pernikahan dan Keluarga Kristen, 135

[22] Ibid, 135

[23] Stormie Omartian, Doa yang Mengubahkan Segala Sesuatu (Jakarta: Immanuel Publishing House, 2008), 12

[24] Merlin R. Carothers, Kuasa Dalam Pengucapan Syukur (Jakarta: Mimery Press), 3

[25] Pasaribu, Pernikahan dan Keluarga Kristen, 136-137

[26] Roberts, Ajarlah Kami Berdoa, 104

[27] Pasaribu, Pernikahan dan Keluarga Kristen, 137

[28] Narramore, Mengadakan Renungan Keluarga, 18

Posting Komentar untuk "4 Unsur-unsur Penting Dalam Mezbah Keluarga"