Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ada dua jenis Iman dalam Iman Orang Percaya

Ada dua jenis Iman dalam Iman Orang Percaya

Ada dua jenis iman.

Pertama: Iman yang berhubungan dengan keselamatan, seperti tertulis dalam Efesus 2:8-9: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” Keselamatan adalah anugerah atau pemberian cuma-cuma, karena kita tidak mungkin memperolehnya dengan daya upaya kita, melainkan hanya iman kepada-Nya. Menurut Charles Colson dan Harold Fickett dalam bukunya yang berjudul The Faith mengatakan sebagai berikut:

Jadi apakah iman yang menyelamatkan itu? “Memutuskan memilih Kristus,” mungkin merupakan gambaran samar yang tidak membantu menjelaskan apa yang dituntut iman. Apakah itu sungguh-sungguh bertobat? Apakah kita berniat bekerja sama dengan Allah dalam karya-Nya dan dalam pengubahan diri kita? Allah sajalah yang mengenal hati dan kemurnian penyerahan diri kita di kayu salib serta komitmen kita kepada ke Tuhanan Kristus.[1]

 

Setelah kebangkitan Yesus dari antara orang mati, ada salah satu diantara  murid-Nya yang tidak percaya bahwa Yesus telah bangkit, yaitu Thomas. Sebelum ia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri dan memegang dengan tangannya pada bekas paku di kaki dan tangan-Nya, baru ia percaya. Ketika Yesus menampakkan Diri kepada murid-muridNya, dan Thomas ada bersama-sama meraka, Tuhan Yesus menegurnya. Dalam Yohanes 20:29: “Kata Yesus kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya”. Menurut Kirbyjon Caldwell & Walt Kallestad dalam bukunya Entrepreneurial Faith:

Iman adalah keputusan untuk menyelaraskan kehendak anda dengan rencana Tuhan bagi masa depan anda, dan dengan setiap hari hidup di dalam ketaatan kepada visi yang telah ia bangkitkan di dalam hati anda, anda akan mendapati bahwa yang mustahil bukan hanya menjadi mungkin, tetapi juga menjadi kenyataan.[2]

Karena kasih Allah yang begitu besar kepada kita, orang-orang berdosa, sehingga Ia melawat kita melalui Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus untuk melakukan rencana atau karya-Nya untuk keselamatan manusia yang percaya. Yohanes 3:16: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang Tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Jenis iman yang kedua: Iman dalam kaitannya dengan kehidupan sebagai orang percaya, yaitu iman yang bertumbuh. Iman yang mengalami pertumbuhan adalah iman yang terus berjalan dalam proses hidup sebagai orang percaya/beriman. Iman yang berkembang menuju kedewasaan rohani. Menurut D. Martin Lloyd Jones dalam bukunya Buluh Yang Terkulai:

Iman ialah suatu aktifitas. Itu adalah sesuatu yang harus dilatih. Iman itu tidak bekerja dengan sendirinya. Allah dan saya yang harus membuatnya bekerja. Itu adalah suatu bentuk aktifitas. Itulah yang dikatakan Tuhan kita pada murid-murid-Nya. Dia berkata “dimanakah imanmu” yang artinya mengapa engkau tidak mengambil imanmu dan menerapkannya pada situasi ini?[3]

Kitab Yakobus mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong atau mati (Yak. 2:20). Iman yang Tuhan berikan harus kita gunakan untuk melatih diri kita, sehingga memiliki kepekaan rohani yang menjadikan iman kita terlatih untuk  menggunakannya dalam segala situasi. Yesus sering menegur murid-muridNya dalam hal iman mereka. Ia berkata dalam Matius 17:20, “Karena kamu kurang percaya, sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat memindahkan gunung”. Markus 4:40, “Mengapa kamu begitu takut ? Mengapa kamu tidak percaya?” Markus 9:19, ”Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi aku harus tinggal diantara kamu ?” Yesus menghendaki murid-murid-Nya bertumbuh dalam iman mereka kepada-Nya. Menurut Wendell Smith dalam bukunya Great Faith mengatakan: Iman adalah melihat yang tidak mungkin: Iman seperti penglihatan dalam gelap bagi orang percaya. Seperti helm prajurit masa kini, kita diberi alat untuk melihat menembus kegelapan dan berjalan dalam iman dengan aman.[4]

Seperti iman yang dimiliki oleh dua orang, yang karena imannya Yesus memuji, yaitu  iman perempuan Kanaan dalam matius 15:28,“Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya : “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.Yesus memuji iman perwira Kapernaum dan berkata: “Iman sebesar ini tidak pernah Aku  jumpai, sekalipun di antara orang Israel”, (Luk. 7:9).

Iman dapat bertumbuh melalui pengenalan dan pendalaman Firman Tuhan. Hal tersebut dapat dilihat dalam sejarah pertumbuhan gereja mula-mula setelah peristiwa Pentakosta, dimana murid-murid yang telah percaya berkumpul setiap hari dalam persekutuan, dan mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul (Kis. 2:42). Dalam kehidupan pelayanan Timotius, dimana rasul Paulus mengingatkannya, bahwa dari kecil Timotius sudah mengenal “ Kitab Suci“ yang dapat memberi hikmat dan menuntun kepada keselamatan,(2 Tim.3:15).

Iman dapat bertumbuh dalam penganiayaan atau penderitaan. Dalam suratnya kepada Timotius, Paulus juga mengingatkan bahwa Timotius telah turut mengalami penderitaan sebagai orang percaya/beriman kepada Yesus Kristus, (2 Tim. 3:11-12). Iman yang memotivasi Nuh untuk membuat bahtera, sebelum Allah menurunkan hujan yang menjadi air bah yang membinasakan segala yang hidup di bumi. Iman memotivasi  Abraham untuk melangkah meninggalkan Ur Kasdim menuju ke Tanah Perjanjian/Kanaan. Iman memotivasi murid-murid Yesus, Yakobus dan Yohanes meninggalkan jala mereka untuk pergi mengikut Yesus.

Jika Petrus menunggu dulu sampai sebuah jalan di atas danau terbentang baginya sebelum melangkah ke atas air, maka pasti dia akan tetap tinggal di dalam perahu. Dia melangkah keluar dari perahu atas perintah Yesus “datanglah”. Iman adalah melangkah, sebelum ada batu pijakan.[5]

Untuk dapat melepaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir adalah hal yang mustahil bagi Musa, apalagi harus melewati laut Teberau sementara raja Firaun dan tentaranya mengejar di belakang mereka. Keadaan yang terjepit, mustahil bisa selamat. Musa harus mempunyai iman, bahwa Tuhan sanggup melakukannya. Demikian pula Yosua, tidak mungkin bisa memimpin orang Irsael menyeberang sungai Yordan dan meruntuhkan dinding tembok Yeriko yang tebal dan kuat,  mengalahkan musuh dan membuat matahari berhenti. Pastilah Yosua punya iman kepada Tuhan yang dapat melakukan hal-hal yang tidak mungkin bagi manusia. Menurut D. Martyn Lloyd. Jones dalam bukunya yang berjudul Buluh Yang Terkulai: “Iman berarti penolakan atas rasa panik. Apakah anda menyukai definisi iman seperti itu? Apakah itu tampak terlalu duniawi dan kurang rohani? Itu adalah inti iman. Iman adalah penolakan atas rasa panik, apapun yang terjadi.”[6]

Ketika kehidupan orang-orang beriman diperhadapkan kepada masalah, kesulitan bahkan penderitaan seharusnyalah dapat menguasai dirinya untuk tetap tenang menanti pertolongan atau solusi-Nya. Dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu (Yes. 30:15).

 



[1]Charles Colson dan Harold Fickett, The Faith  (Pionir Jaya 1993), 135-136.

[2]Kirbyjon Caldwell & Walt Kallestad, Entrepreneurial Faith (Jakarta: Harvest Publication House, 2004), 123

[3]D. Martyn Lloyd. Jones, Buluh Yang Terkulai (Jakarta: PERKANTAS, 1996), 162.

[4]Wendell Smith, Great Fait (Batam Centre:  Interaksara, 2003), 129.

[5] Wendell Smith. Great Faith  (Batam Centre. Interaksara, 2003), 131.

[6] D, Martyn Lloyd. Jones, Buluh Yang Terkulai (Jakarta: PERKANTAS, 1996), 163.

Posting Komentar untuk "Ada dua jenis Iman dalam Iman Orang Percaya"