Cara agar anak mau mendengar dan terbuka kepada orang tua.
"Anak itu bukan benar benar milik kita, mereka titipan
Tuhan". Gadget dan
semua sarana komunikasi modern adalah anugerah Umum dari Pencipta sebagai buah
ilmu pengetahuan dan teknologi. Sayangnya, gadget dan Game sering
dikambinghitamkan saat muncul konflik antara orangtua dengan Anak. Tak jarang
anak dihukum dengan cara gadgetnya disimpan.
Sumber masalah konflik anak dengan orangtua adalah miskinnya
hubungan batin antara orangtua dengan anak. Bukan karena ada gadget, atau anak
banyak bermain Game. Bukan.! Hubungan
batin dibentuk oleh pengalaman (batin) bersama antara anak dengan orangtua,
sesuai dengan bahasa cinta setiap anak. Apakah itu dengan bermain, bercerita,
traveling, nonton, olahraga, diskusi, makan bersama, dsb sesuai dengan kesukaan
atau bahasa cinta anak-anak.
Semua kegiatan di atas menjadi semacam jembatan komunikasi
antara orangtua anak. Semua kegiatan bersama itu membutuhkan waktu, emosi, dialog, energi dan dana yang memadai. Usaha membangun hubungan
batin dimulai sejak anak Balita. Siapa yang mengabaikan anak di usia emas (0-6)
akan bermasalah di usia selanjutnya. Membangun bonding menjadi tidak mudah,
jika ikatan emosi sejak bayi miskin. Anak akan cenderung merasa tidak aman,
tidak diterima dan menjadi tertutup.
Nilai Anak
Sebagian dari kita para orang tua memandang anak-anak kita
sebagai investasi dan tempat berteduh di hari tua. Ada yang menganggap anak
sebagai kebanggaan. Sebagian lagi memandangnya sebagai milik pusaka Tuhan.
Apapun pandangan kita tentang anak, sangat mempengaruhi cara kita mendidik dan
membesarkan anak. Di dalam
keluarga, nilai anak beragam, sesuai dengan budaya keluarga dan masyarakat yang
membentuk sang anak. Pada umumnya nilai anak didefinisikan dari tugas yang
dibebankan kepada keluarga dan sang anak. Jika anak adalah sumber investasi,
anak disekolahkan tinggi- tinggi dan diberi modal usaha. Tapi untuk apa? Apakah
hanya supaya anak-anak kita bisa urus orang tua di waktu tua?
Sejatinya tidak ada anak-anak yang berhutang kepada orang
tua, sudah menjadi kewajiban kita, sebagai orang tua mendidik dan mengasuh
mereka dengan sebaik yang bisa kita lakukan, karena anak-anak adalah milik
pusaka. Dan adalah hal yang membahagiakan hati kita sebagai orang tua ketika
kelak mereka berkeluarga mereka pun melakukan hal yang sama kepada keturunan
mereka, cucu kita : menjaga, mendidik dan mengasuh dengan sebaik yang mereka
terima dari kita. Bahkan mungkin mereka lebih baik dari kita.
Tantangan Keluarga Zaman Sekarang
Salah satu kebutuhan utama anak adalah rasa aman. Anak akan
merasa aman terbuka kepada orang tua apabila ia merasa diterima ketika
berbicara mengenai perasaannya. Apapun itu. Anak ingin didengarkan secara utuh,
tanpa penghakiman dari orang tua, ia ingin diterima sebagaimana adanya.
Berikut adalah beberapa tantangan yang dihadapi keluarga
zaman ini :
2. Orang tua sibuk, anak dibesarkan kakek/nenek, pembantu atau guru les
3. Ketergantungan gadget dan kehidupan sosial online
4. Beban tugas dan tuntutan akademik semakin berat.
5. Sejak kecil terbiasa diberikan gadget agar orang tua
tidak repot.
Hasilnya adalah anak-anak yang mengalami pertumbuhan emosi, sosial dan fisik terhambat.
MENUMBUHKAN RASA AMAN ANAK
Anak merasa aman dan diterima jika
1. Jika ia dianggap dan bukan diremehkan
Usahakan berbicara dengan melakukan eye contact, dan
fokus mendengarkan anak tanpa memikirkan nasihat terlebih dahulu. Betapq
penting untuk anak merasa didengarkan terlebih dahulu, dibandingkan diberi
nasihat.
Contoh lain adalah, berbicara secara sopan dan tegas. Jangan saling berteriak dari seberang ruangan, lewat pintu tertutup, bahkan dari lantai yang berbeda.
2. Didengarkan bukan diusir
Tanpa sadar, orang tua memberikan anak ‘hukuman’ dengan : Banyak les, dibentak/masuk kamar, Diusir keluar rumah.
Sebaiknya orang tua perlu belajar memberi respons dengan mengakui perasaan. Meski tidak selalu menyetujuinya. Ingat, perasaan anak tidak pernah salah, yang bisa salah adalah respons orang tua terhadap perasaan anak. Namun patut diingat bahwa mengakui perasaan anak bukan berarti menyetujui solusi anak.
3. Dibimbing bukan dikontrol
- Kecenderungan orang tua – selalu turun tangan, siap memberi solusi logis
- Kecenderungan bapak – menyingkatkan pembicaraan
- Kecenderungan ibu – berbicara panjang lebar.
Respons orangtua yang sehat adalah Membimbing dan Rela Melepaskan anak. Terutama memasuki usia remaja. Caranya:
- Memberikan nasihat pada anak kalau diminta dan seperlunya.
- Hadir untuk mendukung dan mendengarkan.
- Mengijinkan anak belajar dari kesalahan.
Dapat disimpulkan bahwa sebelum anak mau terbuka, dia harus merasa aman dan diterima. Anak merasa aman dan diterima apabila tiga kebutuhan utamanya dipenuhi, yaitu : dianggap, didengarkan, dan dibimbing
Memutuskan Rantai
Ada beberapa Rantai Kebiasaan yang Salah dari orangtua yang perlu kita putuskan, jangan pernah diulangi.
- Membeda-bedakan anak satu dengan yang lainnya
- Membanding-bandingkan situasi anak sekarang dengan masa lalu kita masih kecil
- Menganggap anak sekedar investasi dan sumber kebanggaan orang tua, dan mengontrol anak
- Membiarkan anak tumbuh begitu saja (tanpa pengarahan, tanpa teladan). Kurang memberi waktu dan tidak menjadi teladan bagi anak.
- Mengharapkan si anak kelak membalas jasa pada orang tua.
- Terlalu memanjakan atau mengontrol.
- Orang tua tidak kompak dan sering cekcok
Merekayasa Lingkungan Anak
Beberapa hal yang dapat dilakuan untuk merekayasa lingkungan anak terutama di zaman kita sekarang
1 . Menjadi orang tua beriman
2. Hadir memberi kehangatan
3. Mengajar dengan contoh
4. Menjadikan keluarga pusat aktifitas
5. Tinggal di rumah dan lingkungan yang sehat
6. Menyediakan anak sekolah dan bacaan yang baik
7. Menyediakan lingkungan pergaulan yang sehat buat anak.
Kesimpulan:
- Anak adalah milik pusaka dan istri kasih karunia. Tuhan memberkati kita di dalam dan melalui keluarga.
- Jabatan sebagai ayah/ibu dan suami/istri sangat istimewa dan tak tergantikan.
- Selama kita hidup, keluarga wajib dirawat dengan emosi, waktu dan tenaga, lingkungan sehat dan finansial memadai.
- Keluarga menjadi poros aktifitas kita. Kristus pusat Iman, keluarga pusat kegiatan.
Posting Komentar untuk "Cara agar anak mau mendengar dan terbuka kepada orang tua."
Berkomentar yg membangun dan memberkati.