Bolehkah Orang Kristen Bercerai? Matius 19:1-15 - Saat Teduh
Bolehkah Orang Kristen
Bercerai?
Matius 19:1-15
Perihal perceraian
masih merupakan perkara yang sering menjadi pembahasan hingga saat ini, apalagi
dengan tingginya tingkat perceraian yang dialami oleh pasangan Kristen, dengan
aneka ragam penyebabnya, mulai dari persoalan sepele hingga yang sangat serius.
Beberapa orang Farisi
mencobai Yesus dengan bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan
istrinya dengan alasan apa saja?". Pertanyaan jebakan yang sepertinya
terlihat sederhana ini ternyata tidak sederhana.
Perceraian
terjadi karena Perjinahan
Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa
menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain,
ia berbuat zinah." (Matt. 19:9 ITB)
Selanjutnya Tuhan juga
mengatakan bahwa perceraian diizinkan kalau salah satu pihak berbuat zinah. Hal
ini bukan berarti bahwa kalau sang istri berbuat zinah, maka sang suami harus
menceraikannya, atau sebaliknya sang istri harus menceraikan suami yang
berzinah. Tetapi maksud Tuhan adalah demikian: Kalau karena perzinahan,
sehingga pernikahan mereka tidak dapat diteruskan lagi, maka perceraian
diperbolehkan setelah mereka berusaha untuk memperbaiki pernikahan tetapi
gagal.
Karena itu, Yesus
menjawabnya dengan memulai pada hakikat penciptaan manusia sebagai laki-laki
dan perempuan, kemudian melanjutkan pada hakikat pernikahan bahwa laki-laki dan
perempuan menjadi satu daging karena perkawinan. Yesus menutupnya dengan hukum
bahwa perkawinan itu membuat keduanya menjadi satu. Allah menjadikannya
demikian; oleh karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh
diceraikan oleh manusia. Pemberian surat cerai yang diizinkan oleh Musa tidak
bertujuan memudahkan perceraian itu, melainkan membuatnya menjadi lebih sulit.
Sebab, sebelum hukum itu ada, orang laki-laki Israel dengan mudah mengusir
istri mereka atau menceraikannya begitu saja.
Firman Tuhan tidak membenarkan
perceraian
Pernikahan itu
merupakan institusi yang suci, yang didirikan oleh Allah sendiri di taman Eden.
Tuhan mengatakan: ”Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan
manusia” (Markus 10:9). Hal ini menunjukkan bahwa pernikahan harus berlangsung
terus selama suami dan istri masih hidup. Dengan demikian, orang Kristen
seharusnya tidak bercerai.
Bagi Yesus, pernikahan
adalah ikatan yang kudus. Karena itu, pernikahan harus dihormati dan dijaga
kekudusannya. Pada masa Musa perceraian diizinkan karena ketegaran atau
kedegilan hati orang Israel. Hal ini mungkin menyangkut kekerasan terhadap
pasangan. Yesus menambahkan tentang perzinahan sebagai alasan lain mengapa perceraian
diizinkan.
Dalam bacaan ini kita
dapat melihat bahwa Alkitab memiliki konsep pernikahan yang sangat kokoh dan
tidak berubah. Sejak semula Allah telah menetapkan bahwa tidak ada alasan apa
pun untuk terjadinya suatu perceraian dalam pernikahan Kristen. Allah
menghendaki agar semua orang Kristen menghormati dan menguduskan pernikahan dan
berkomitmen untuk mengasihi pasangan dan keluarganya selamanya seperti Kristus
mengasihi manusia.
Mana yang lebih mudah,
menjalin sebuah hubungan atau memutuskannya? Menikah di usia muda sering terjadi;
orang ingin cepat memiliki pacar kemudian cepat pula menikah, seolah-olah
sedang mengikuti perlombaan lari-siapa yang paling cepat dialah pemenangnya.
Akibatnya, tidak mengejutkan jika mereka pun cepat juga ingin mengakhirinya
dengan perceraian.
Apakah yang paling menonjol dari keduanya? Ego manusia. Menjalin hubungan demi ego: gengsi, malu, takut, terlalu percaya diri, dan banyak lagi lainnya. Memutuskan hubungan juga karena ego; tidak puas dengan pasangan, tidak sesuai dengan yang dibayangkan, tidak cinta lagi, kekerasan, perselingkuhan, dan hal-hal buruk lainnya. Yesus begitu peduli terhadap kehidupan keluarga umat-Nya, mulai dari hubungan suami-istri hingga hubungan orang tua dan anak.
Tuhan Memberkati.
Posting Komentar untuk "Bolehkah Orang Kristen Bercerai? Matius 19:1-15 - Saat Teduh"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.