Ciri-Ciri Pertumbuhan Iman Kristen
Ciri Pertumbuhan Iman
Pertumbuhan
iman seseorang akan memiliki ciri-ciri yang menunjukkan kedewasaan imannya.
Adanya perubahan-perubahan dalam hidupnya sebagai ciptaan yang baru, seperti
tertulis dalam 2 Korintus 5:17 : “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus. ia adalah ciptaan baru; yang lama sudah
berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” Sebagai ciptaan yang baru, dalam
kehidupannya harus mengalami pertumbuhan rohani yang sehat. Seperti yang diungkapkan
oleh Ranto Sari Siahaan dalam bukunya yang berjudul Berubah untuk Berbuah:
Seorang Kristen yang sehat
secararohani seharusnya mengalami pertumbuhan dalam iman. Kalau pada awal
menjadi orang Kristen merasatidak dapat berdoa, sekarang mulai terbiasa berdoa,
malah doa menjadi kebutuhan hidup. Kemudian mulai terlibat dalam pelayanan dan
pekerjaan misi. Pertumbuhan rohani akan tampak dalam kehidupan sehari-hari
orang percaya.[1]
Orang Kristen
yang bertumbuh imannya akan memiliki motivasi yang benar, dengan segenap hati
mengasihi Tuhan. Hati yang tulus dan taat melakukan kehendakNya, yang terlihat
melalui perubahan-perubahan hidupnya yang menghasilkan buah-buah kebenaran.
Orang percaya menyembah Allah bukan hanya secara lahiriah, malainkan juga dengan hati. Dengan kata lain, keberadaan hatilah yang lebih penting karena Allah fokus sekali dalam memerhatikan hati. Jadi, hati yang dengan tulus memuliakan Allahlah yang akan terpancar melalui perbuatan, bukan sebaliknya.[2]
Orang percaya
yang sungguh-sungguh itu memiliki hati yang tulus untuk hidup memuliakan Allah
yang dipancarkan melalui perbuatannya, sehingga akhirnya mengeluarkan buah-buah
iman. Orang percaya yang selalu mengeluarkan buah-buah iman, itu berarti
imannya sudah dewasa. Orang Kristen yang belum dewasa imannya bisa merasakan dan menilai hidupnya,
dan bisa melakukan seperti yang dilakukan orang-orang Kristen yang sudah dewasa
lainnya. Dan perbuatan baik tidak dapat menjamin keselamatan, tetapi hanya
imanlah yang dapat menyelamatkan. Perbuatan baik bukan berarti tidak penting bagi
kehidupan orang percaya, tetapi perlu dimengerti bahwa perbuatan baik itu
sebagai bukti dari tindakan buah iman. Alkitab mengatakan dengan jelas, bahwa
jikalau iman tanpa dibuktikan dengan tindakan hakekatnya mati. Jadi, perbuatan
baik juga berperan penting bagi kehidupan orang percaya, tetapi iman jauh lebih
penting. Perbuatan baik (buah dari iman) merupakan cermin yang dimiliki orang
percaya masa kini sebagai sanggahan terhadap anggapan-anggapan yang keliru
tentang kehidupan orang percaya.
Dalam hal ini
yang ada implikasinya dengan perbuatan baik yang merupakan buah dari iman bagi
orang percaya masa kini ialah hidup dengan motivasi yang benar (murni dan
kudus), dan hidup berkarya bagi Kristus. Orang percaya yang memiliki harapan
supaya berhasil baik dalam kehidupan maupun pelayanannya, maka diperlukan dua
hal tersebut.
Orang percaya
yang tidak bertumbuh rohaninya, salah satu penyebabnya adalah motivasinya yang
tidak benar. Sehebat dan sepintar apapun orang percaya, jikalau motivasinya
tidak murni dan kudus, maka rohaninya tidak bertumbuh dan pelayanannya banyak
gagalnya daripada berhasilnya. Orang percaya membanggakan pendidikannya yang
tinggi, yang membanggakan kekayaannya, dan lain-lain, suatu saat juga akan
gagal. Disamping Allah tidak berkenan, juga karena motivasinya untuk
menyenangkan Tuhan salah. Itulah sebabnya, orang percaya harus sungguh-sungguh
memiliki motivasi yang benar (murni dan kudus) adanya. Tanpa itu tidak ada
keberhasilan dalam hidup dan pelayanannya. Karena motivasi yang murni dan kudus
merupakan modal yang harus dimiliki oleh orang percaya, supaya kehidupan dan
pelayanannya berhasil dan membawa berkat bagi semua orang.
Di zaman sekarang ini
(masa kini), orang percaya tidak cukup hidup hanya mengandalkan iman saja,
harus disertai motivasi yang murni dan kudus. Iman sebagai landasan, sedangkan
motivasi sebagai dorongan untuk bertindak dengan benar.
Salah satu
dampak bagi orang percaya yang tidak berkembang dalam pelayanannya adalah hidup
bersaing satu sama lain dengan membanggakan keberadaannya yang diukur secara
materi, atau saling iri terhadap keberhasilan orang lain dan bahkan sakit hati
atau kecewa dengan yang lain. Orang percaya harus memberi tereang kepada dunia,
memberi kesaksian yang benar bagi dunia, supaya dunia melihat kehidupan orang
percaya sungguh-sungguh membawa berkat keselamatan bagi dunia.
“Seorang
bernama Matius, seorang pemungut cukai, telah menerima dan memutuskan untuk
mengikut Yesus, dengan tegas mengatakan betapa pentingnya sebuah kesaksian yang
benar dari orang yang sudah percaya kepada Yesus. Begitupula berlaku bagi
setiap orang yang telah menerima dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan
dan Juruselamatnya secara pribadi”.[3]
Hidup dengan
motivasi yang murni dan kudus merupakan tujuan
hidup orang percaya yang mau bertumbuh dalam rohani dan berkembang dalam
pelayanan. Allah menilai bukan dari segi kecakapan, tetapi motivasinya.
Motivasi yang murni dan kudus diperlukan kesadaran dan kesiapan mentalitas dan
hati yang bersih serta sebuah keyakinan yang mantap. Hidup dengan motivasi yang
murni dan kudus juga merupakan sebuah hasrat/harapan yang harus dimiliki oleh
setiap orang percaya untuk mencapai sasaran, tentunya sasaran yang membawa
damai sejahtera. Bagaimana jikalau orang percaya hidup tanpa motivasi yang
benar, yang jelas kehidupan dan pelayanannya tidak akan bertumbuh, tidak
terarah dan hidup dengan sembarangan.
Setelah
memiliki motivasi yang murni dan kudus, paling tidak orang percaya harus
berkarya bagi Kristus. Banyak cara untuk berkarya yang tujuannya untuk
mempersembahkan yang terbaik buat kemuliaan nama Tuhan Yesus Kristus. Berkarya
bagi kristus bisa lewat pelayanan mimbar, pelayanan kunjungan, bermusik,
bernyanyi, bersaksi, terlebih memenangkan jiwa-jiwa yang tersesat.
Hidup berkarya
bagi Kristus adalah hidup yang berhati misi, melayani, dan mengasihi. Yang
berhati misi berkaitan dengan penginjilan; yang berhati melayani berkaitan
dengan pelayanan dan pekerjaan; dan yang berhati mengasihi berkaitan dengan
hidup kebersamaan. Itu semua dilaksanakan untuk Tuhan Yesus Kristus sebagai
persembahan yang hidup yang berkenan kepada Tuhan.
“Jikalau punya maksud
untuk menyenangkan hati Tuhan jangan hanya dihadapan manusia saja untuk
menyenangkan hati manusia, tetapi sebagai anak-anak Allah yang dengan segenap
hati melaksanakan semua kehendak Allah, dan dengan hati yang rela menjalankan
tugas pelayanannya seperti halnya orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan
melayani manusia.”[4]
Hidup berkarya
bagi Kristus diperlukan iman yang kreatif yaitu iman yang dapat melahirkan
ide-ide dan inspirasi untuk mengembangkan bidang apa saja yang berhubungan
dengan rohani orang percaya sesuai dengan kehendak Tuhan. Iman yang kreatif
merupakan iman yang selalu mendorong orang percaya untuk terus berkarya bagi
Kristus.
Orang percaya
harus mempunyai iman yang kreatif, supaya dalam berkarya hasilnya benar-benar
berkenan kepada Allah. Iman yang kreatif akan membantu mengembangkan pola pikir
yang baru, mengarahkan emosi yang tak terkendali, menemukan dan melibatkan diri
dalam rencana Allah.
“Iman yang
memungkinkan kita untuk mengerti proses kreatif Allah; bagaimana Allah
menjadikan sesuatu dari tidak ada apa-apa, atau lebih khususnya, bagaimana
Allah membebaskan dari belenggu-belenggu dosa, dan mengubah kita menjadi satu
pribadi yang serupa, sepadan dengan Kristus yang sanggup melaksanakan rencana
Allah dimuka bumi.”[5]
Hidup berkarya
bagi Kristus orang percaya juga harus berpotensi dibidangnnya masing-masing
dengan satu tujuan yaitu karyanya hanya untuk Kristus, dan bukan untuk
kesenangan sendiri. Orang percaya yang berpotensi tidak akan mengandalkan
kemampuannya semata-mata. Tetapi orang itu mengerti bahwa potensi yang
dimilikinya adalah dari Allah asalnya, Allah yang memberi kemampuan dan
kekuatan kepada orang percaya (Mzm. 28:7,8).
Jikalau Allah
telah berkarya kepada orang-orang
percaya baik melalui pengorbanan, penebusan, maupun penyelamatan-Nya, maka
orang-orang percayapun juga harus berkarya bagi kristus baik melalui kehidupan,
pengabdian, dan ketaatannya dalam melaksanakan firman Allah. Dan Allah juga
menghendaki supaya orang percaya mengalami kemajuan dan pertumbuhan baik secara
jasmani maupun rohani.
Orang yang
bertumbuh akan menghasilkan buah-buah kebenaran dalam hidupnya. Nyata dalam
perubahan sikap maupun karakternya, yang diubahkan. Hidupnya berbuah- buah yaitu buah-buah Roh:
kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan dan penguasaan diri. Tidak hanya buah Roh Kudus, tapi juga
buah-buah jiwa yang dimenangkan bagi Kristus. Untuk dapat memiliki buah buah
tersebut seseorang harus tinggal di dalam Yesus yang adalah Pokok Anggur yang
benar, seperti carang yang melekat pada pokoknya (Yoh.15:5). Tinggal dalam
Yesus juga berarti tinggal dalam kasih, karena Allah adalah kasih (Yoh. 15:9).
Memiliki kasih Allah dalam dirinya, itu berarti seseorang harus hidup dalam
kasih. Mengasihi saudara, sesama maupun musuh (orang-orang yang memusuhi).
Orang yang hidup dalam kasih akan mudah untuk mengampuni atau memaafkan orang
lain. Paulus memberikan nasehat kepada jemaat di Efesus, yaitu dalam Efesus
4:32: “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih
mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah
mengampuni kamu.” Memiliki hati yang mengasihi Allah dan sesama. Mengasihi
Allah adalah menuruti segala perintahNya (Yoh. 14:15) yaitu memikili ketaatan
kepada Allah.
“Terlalu sering
umat Allah, dalam Perjaniian Lama, yaitu bangsa Irsael maupun orang percaya
atau Kristen dan juga para pemimpin rohani tidak taat kepada-Nya dalam iman.
Seharusnya umat-Nya
percaya bahwa Allah yang telah menyatakan diriNya akan selalu melaksanakan
segala yang telah dijanjikan-Nya.”[6]Ketaatan adalah
hal yang menyenangkan hati-Nya. Dia berkenan kepada orang-orang
yang taat, mau melakukan Firman-Nya. Kita harus menjadi pelaku-pelaku
Firman, bukan hanya pendengar (Yak. 1:22).
Pertumbuhan
iman terlihat dari sikap hidup seseorang ketika dihadapkan pada persoalan atau
masalah akan berbeda dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Tetap
bersukacita dalam segala keadaan, seperti yang rasul Paulus ungkapkan dalam
1Tesalonika
5:16 yaitu “bersukacitalah senantiasa”. Mengucap syukur dalam segala hal. Hidup
yang dipenuhi dengan ucapan syukur, itulah yang Allah kehendaki (1Tes.5:18).
[1]Siahaan, Berubah untuk Berbuah, 206.
[2]Juanda, Iman Yang Berwawasan (Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 2006), 17.
[3]Juanda, Iman Yang Berwawasan, 87.
[4]Magdalene Kawotjo, Berhasil Karena Iman (Jakarta: Kingdom Glory Multimedia, 2006), 90.
[5] Hegre T.
A., Iman yang Kreatif (Semarang: Yayasan
Persekutuan Betania, 1980), 5.
[6]Henry T. Blackaby, Created
Tobe Gods Friend (Batam Centre: Interaksara, 2001), 153.
Posting Komentar untuk "Ciri-Ciri Pertumbuhan Iman Kristen"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.