Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Fungsi Pelayanan Pengembalaan Jemaat Gereja

 

Fungsi Pelayanan Pengembalaan Jemaat Gereja

Fungsi Pelayanan Pengembalaan

Pelayanan penggembalaan adalah pelayanan gereja yang dibutuhkan di tengah-tengah krisis. Untuk menolong jemaat supaya mereka tidak jatuh pada saat mengalami krisis. Pelayanan ini dilakukan oleh seorang gembala, dimana dijelaskan di atas bahwa pelayanan penggembalaan dilakukan oleh gembala. Dengan cara mencari dan mengunjungi jemaat satu persatu, mengabarkan Firman Tuhan kepada mereka dalam situasi hidup mereka, melayani mereka supaya mereka menyadari iman mereka dan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi pelayanan penggembalaan adalah pelayanan yang benar-benar secara nyata dikerjakan atau dihasilkan. Berikut ini akan diuraikan fungsi dari pelayanan penggembalaan sebagai berikut:

Memperhatikan

Memperhatikan berarti suatu tindakan untuk memberi perhatian kepada sesuatu.[1] Dalam hal pendampingan penggembalaan, fungsi memperhatikan atau memberi perhatian ini penting dalam arti bahwa melalui pendampingan yang berisi kasih sayang, rela mendengarkan segala keluhan batin, dan kepedulian yang tinggi akan membuat seseorang yang sedang menderita mengalami rasa aman dan kelegaan sebagai pintu masuk ke arah penyembuhan yang sebenarnya.

Fungsi ini penting terutama bagi mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat kehilangan seseorang dan tekanan mental yang berat. Penting sekali menyadari bahwa emosi atau perasaan yang tertekan dan tidak terungkap melalui kata-kata atau ungkapan perasaan kemungkinan akan disalurkan melalui dwifungsi tubuh.

Ketika rasa cemas, takut, gelisah menghantui pikiran seseorang maka sering berakibat pada gangguan pada tubuh baik secara jasmani maupun rohani. Pada saat itu hal yang dianggap dapat menolong adalah bagaimana pendampingan melalui pendekatan dengan memperhatikan apa yang terjadi pada jemaat dan mengajaknya untuk mengungkapkan perasaan batinnya yang tertekan. Melalui interaksi ini kita membawanya pada hubungan imannya dengan Tuhan melalui doa bersama, renungan, pembacaan kitab suci. Dengan membantu penyembuhan batin juga membantu penyembuhan fisik.

Menyembuhkan di sini dalam arti menyembuhkan manusia seutuhnya yaitu manusia sebagai suatu kesatuan dari tubuh, roh dan jiwa serta hubungan dengan sesama. Tidak hanya itu saja tetapi hubungan dengan Allah sebagai penciptanya. J. L. Ch. Abineno berpendapat bahwa: “melayani manusia yang utuh ini dalam arti penggembalaan adalah melayaninya begitu rupa, sehingga ia baik secara fisik, maupun secara psikis dapat berfungsi lagi dalam kehidupannya dengan baik.”[2]

Pelayanan ini sangat penting karena manusia selalu diperhadapkan dengan persoalan dan konflik yang terjadi. Bagaimana mereka dapat kembali disembuhkan ke dalam kondisi yang lebih baik setelah berada dalam kondisi yang terpuruk karena berbagai macam persoalan. Bahkan mungkin ada yang mengalami depresi karena tidak tahan dalam menghadapi persoalan yang terjadi, memberi perhatian kepada mereka akan membantu sekali dalam menopang mereka dalam memberi kekuatan, penghiburan, dan motivasi.

Di situlah fungsi dari pelayanan penggembalaan dimana seorang gembala melakukan pelayanan kepada jemaat-jemaat yang mengalami kondisi seperti ini. Seperti yang Tuhan Yesus lakukan dalam Perjanjian Baru dijelaskan bahwa Tuhan Yesus memberikan perhatian kepada orang-orang yang menderita dengan menyembuhkan orang sakit, membuat orang menjadi sehat, mentahirkan dan juga menyelamatkan, bahkan penyakit-penyakit rohaniah yaitu orang kerasukan setan.

Memelihara

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memelihara berarti menjaga dan merawat baik-baik, menjaga dan mendidik baik-baik.[3] Pemeliharaan penggembalaan merupakan salah satu bentuk tanggungjawab pemimpin yaitu gembala. Pelayanan dalam memelihara hati jemaat agar tidak terpaku pada materi yang kelihatan. Namun, tugas ini merupakan bentuk pemeliharaan jiwa, seperti yang dilakukan oleh gembala yang menyediakan rumput, air, merawat ternak yang sakit, membersihkan kandang, melindungi dari binatang buas, mencari yang hilang dan menolong yang lemah.

Pemeliharaan ini dilakukan supaya jemaat mengalami pertumbuhan rohani. David L. Banner, Care of Souls mengatakan ada dua komponen yang menjadi sentral dalam pemeliharaan jiwa yaitu: “the response to the need remedy for sinand assistance in spiritual growth (tanggungjawab agar jemaat dimerdekakan dari dosa dan menolong jemaat dalam pertumbuhan rohani).[4]

Dalam pelayanan pemeliharaan jiwa ini dibutuhkan sikap kerendahhatian, kerelaan, serta ketulusan seorang gembala dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab di hadapan Tuhan walaupun mungkin harus berkorban waktu, tenaga dan materi demi jiwa-jiwa yang dilayani. Dalam hal ketulusan dan kerelaan pernyataan Yosafat bangun perlu diperhatikan bahwa:

Rasul Petrus diingatkan oleh Tuhan Yesus pasca kebangkitan-Nya agar Petrus mengasihi dan menggembalakan domba-domba-Nya (Yoh. 21:15-17). Berapa tahun kemudian Rasul Petrus sendiri mengingatkan pemimpin pastoral di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, agar menggembalakan jemaat Tuhan atau kawanan domba Allah, jangan dengan terpaksa tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah (1Pet. 5:2-3).[5]

Pelayanan dengan tulus dan kerelaan itulah yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus supaya jemaat Tuhan terpelihara dengan baik.

Membimbing

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia membimbing berasal dari kata bimbing yang artinya pimpin, asuh, tuntun. Membimbing berarti memegang tangan untuk menuntun, memimpin, memberi petunjuk, mengasuh (seperti orang tua yang berkewajiban membawa anak-anaknya ke jalan yang benar).[6] Fungsi pelayanan penggembalaan adalah membimbing jemaat, pembimbingan ini dilakukan oleh gembala sebagai orang tua rohani jemaat. Dimana gembala menuntun, memberi petunjuk jemaat yang mengalami masalah sehingga ia tidak jatuh dan dapat dipulihkan keadaannya sehingga dapat menjadi jemaat yang bertumbuh.

Pemazmur mengatakan “Tuhan adalah Gembalaku” (Maz. 23). Sebagai gembala, Dia bertanggung jawab membimbing segala domba ke padang rumput yang hijau dan ke air tenang, dan memberi kesegaran jiwa. Sebagai seorang gembala atau pelayanan penggembalaan memiliki peranan dan tugas yang sagat penting dalam membimbing jemaat untuk menemukan tujuan hidupnya sesuai panggilan Tuhan. Aart Van Beek dalam bukunya Pendampingan Pastoral mengatakan bahwa: “fungsi pembimbing penting dalam kegiatan menolong dan mendampingi seseorang.”[7]

Pemimpin penggembalaan berfungsi membimbing jemaat dalam hal kerohanian. Dalam pembimbingan ini seorang gembala harus sabar dan bijak dalam membawa jemaat agar benar-benar mengenali kebutuhan hidupnya. Misalnya kerinduan bersekutu dengan Tuhan, menumbuhkan rasa lapar dan haus akan Firman Tuhan, membenci dosa, mencinati jiwa-jiwa yang tersesat, membagi hidup dengan orang lain, bertanggung jawab terhadap waktu dan mendayagunakan seluruh potensi yang dianugerahkan Tuhan.

Mendamaikan atau Rekonsiliasi

Mendamaikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti mengusahakan agar kedua pihak berbaik kembali, merundingkan supaya ada persesuaian, menenangkan.[8] Yosafat B. dalam bukunya Integritas Pemimpin Pastoral menjelaskan bahwa: “Rekonsiliasi berasal dari kata Latin “conciliano” mempunyai pengertian pemulihan hubungan yang rusak dari dua pribadi atau lebih karena suatu hal.”[9] Misalnya perzinahan, penipuan, kebohongan, diskriminasi, penghinaan, penelantaran, pelecehan seksual dan lain sebagainya.

Pemulihan hubungan yang rusak merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia. Karena hubungan yang rusak antar pribadi dalam jemaat dapat mengganggu stabilitas jiwa jemaat. Seperti perasaan dendam atau akar pahit, kemarahan, sakit hati, kecewa, rasa malu. Semua itu akan menghambat pertumbuhan mental dan spiritual jemaat serta pertumbuhan dan perkembangan gereja.

Tujuan rekonsiliasi adalah berdamai dengan Allah karena dosanya sudah diampuni, berdamai dengan dirinya sendiri karena mencintai dan menerima diri sendiri apa adanya, serta berdamai dengan sesamanya karena dosa telah disingkirkan. Karya penebusan Yesus Kristus berdampak bagi rekonsiliasi atau pemulihan hubungan manusia yang percaya dengan Allah Bapa. Dalam Yohanes 3:16 menjelaskan bahwa dasar terciptanya pengampunan adalah kasih. Elisa B. Surbakti, M. A. dalam bukunya Konseling Praktis  mengatakan bahwa:

Pengampunan adalah “penghapusan (sampai bersih), pelepasan atas tuntutan pembalasan (kesalahan atau dendam), atau pembebasan (utang)”. Dengan kata lain, pengampunan adalah tindakan kasih, kemurahan, dan anugerah. Jadi pengampunan diberikan bukan semata-mata karena orang yang meminta ampun pantas untuk diampuni. Pengampunan adalah keputusan untuk tidak mendendam atas perbuatan apapun yang dilakukan oleh seseorang terhadap diri seseorang.[10]

Pengampunan yang tulus adalah ketika seseorang sudah melupakan semua kesalahan orang lain dan tidak mendendam lagi. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam pelayanan rekonsiliasi untuk menyelesaikan konflik antar sesama adalah sebagai berikut: peka melihat permasalahan yang terjadi dalam kehidupan jemaat, segera mengadakan pendekatan kepada mereka yang sedang mengalami masalah antar pribadi dengan bijaksana, mendoakan mereka supaya mereka dapat berdamai dalam kasih Tuhan, mengumpulkan informasi dari kedua pihak secara objektif dan menganalisis agar memperoleh gambaran yang jelas atas persoalan mereka, mengadakan pelayanan pribadi terlebih dahulu agar tercipta suasana kondusif sebelum mereka dipertemukan untuk mewujudkan rekonsiliasi dan yang terakhir adalah mempertemukan kedua pihak benar-benar siap berdamai dalam kasih Tuhan.

Pemulihan

Pemulihan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata pulih yang artinya kembali. Pemulihan berarti mengembalikan sesuatu sehingga menjadi seperti asalnya, memperbaiki, memperbaharui, mengembalikan kepada keadaan atau kegunaan semula. Jadi, apa saja yang sudah hilang, salah penempatan, atau tercuri, sekarang dikembalikan kepada kondisi semula.[11]

Suatu saat dalam kehidupan manusia membutuhkan pemulihan, jenis pemulihan yang dibutuhkan berbeda bergantung pada siapa dia, dan situasinya,  pemulihan adalah suatu pilihan yang melibatkan manusia dengan Allah. Allah pasti menginginkan pemulihan itu, karena Dia mengizinkan banyak pemulihan terjadi setiap hari. Allah mempunyai prinsip dalam pemulihan, pemulihan dari Allah selalu mengembalikan sesuatu dalam ukuran yang lebih dari apa yang diambil atau menjadi lebih baik lagi (Kel.22:1-13).

Banyak orang oleh karena berbagai sebab hidup dalam situasi yang sulit. Mereka bergumul dengan berbagai macam persoalan-persoalan baik itu persoalan rumah tangga, persoalan dalam hubungan suami istri, persoalan anak-anak, pekerjaan dan lain sebagainya. Persoalan-persoalan itu kadang-kadang begitu rumit sehingga membuat mereka hampir-hampir putus asa dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Demikian juga dalam suatu organisasi suatu saat juga akan mengalami masalah atau konflik organisasi. Menurut Myron Rush konflik adalah “pertentangan terbuka dan penuh permusuhan yang disebabkan oleh perbedaan dalam pandangan.[12] Konflik merupakan fenomena sangat berbahaya yang dapat melumpuhkan efektivitas setiap organisasi dan pemimpin. Dalam Alkitab dengan jelas digambarkan bahwa daya perusak konflik adalah,”Jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan” (Gal.5:15). Konflik tidak sama dengan perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat bisa terjadi tanpa permusuhan tetapi konflik selalu melibatkan permusuhan.

Konflik atau masalah timbul dari hawa nafsu dan keinginan yang mementingkan diri sendiri (Yak. 4:1). Yang dipentingkan di sini adalah diri sendiri, yang memusatkan pada, aku, pendapatku, hakku, perasaanku. Dalam Kitab Amsal 13:13 mengatakan “Keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran.” Konflik membuat seseorang membesar-besarkan kesalahan dan kekurangan orang lain, dan terjadilah pertengkaran, jikalau itu semua dibiarkan akan menyebabkan perpecahan pada suatu organisasi.



[1]https://id.wikipedia.org//

[2]Abineno, Pedoman Praktis untuk Pelayanan Pastoral , 48.

[3]Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar BahasaIndonesia, 845.

[4]David L. Banner, Care of Souls, Revisioning Christian Nrture and Counsel (Michigan: Grandpids, 1998), 28.

[5]Yosafat Bangun, Integritas Pemimpin Pastoral  (Yogyakarta: Andi, 2010),168.

[6]Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 152.

[7]Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 33.

[8]Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 233.

[9]Bangun, Integritas Pemimpin Pastoral, 170.

[10]Elisa B. Surbakti, M. A. Konseling Praktis Mengatasi Berbagai Masalah (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2008), 135-136.

[11]Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 906.

[12]Myron Rush, Manajemen menurut Pandangan ALkitab, 198.

Posting Komentar untuk "Fungsi Pelayanan Pengembalaan Jemaat Gereja "