Iman dan Perbuatan dalam Alkitab Menurut Yakobus - Iman Dan Perbuatan Orang Percaya
Iman
dan Perbuatan menurut Yakobus
Surat Yakobus menurut
tradisi dianggap tulisan Yakobus, saudara Tuhan, yang menjadi pemimpin sidang.
Nama penulis muncul pada salam pembuka, dan pikiran Yahudinya segera terlihat
pada sapaannya kepada kedua belas suku di perantauan. Surat ini tidak banyak
menyinggung mengenai doktrin Kristen yang sistematis. Nama Yesus Kristus hanya
muncul sebanyak 2 (dua) kali (1:1;2:1), dan mungkin dalam 5:8. Sinagoge
disebutkan sebagai perkumpulan, dan bukan gereja (2:2). Dalam gaya dan isinya
Surat Yakobus ini amat menyerupai ajaran Yesus, terutama dengan kotbah di
Bukit.
Persamaan dalam pepatah
sindiran tentang kebenaran, persamaan dalam gaya bahasa yang akrab dengan
kehidupan sehari-hari di pedesaan, persamaan dalam teguran-teguran langsung,
dan persamaan dalam topik pembicaraan, semuanya ada di dalam Surat Yakobus.
Jarangnya pembicaraan Yakobus tentang Kristologi, besarnya tekanan pada etika,
dan kesamaan yang jelas dengan ajaran Yesus rupanya menunjukkan bahwa surat ini
ditulis pada saat gereja masih berada dalam lingkungan umum Yudaisme dan
sebelum ia menjadi gerakan keagamaan yang berdiri sendiri .
Yang khas disini adalah
penggunaan perintah dan desakan terus menerus untuk hidup secara sempurna.
Nasehat yang khas ini terdiri dari rangkaian tema kecil, kadang dihubungkan dengan
kata kunci tertentu, tetapi kerap kali hanya diajarkan begitu saja. Tema yang
utama sering kali mengenai ketekunan, bicara yang benar, doa, praktek kasih,
keserakahan, kesenangan, dan lain-lain - semua tema ini biasanya terdapat dalam
sastra nasehat .
Pengarang suka
mempertentangkan kebaikan dengan kejahatan, kehidupan dengan kematian untuk
menekankan pendiriannya. Orang hendaknya memperhatikan ciri tradisional semua
bahan Yakobus, karena Surat Yakobus merupakan jendela yang sangat bagus untuk
melihat kotbah jemaaat kepada orang-orang yang bertobat mengenai perlunya
ketekunan dan mengenai pertobatan mendalam di dalam kehidupan mereka kepada
Tuhan. Jauh dari maksud menjungkirbalikkan kemajuan dalam teologi Paulus,
seperti diperkirakan beberapa pakar, perhatian Yakobus bagi kehidupan moral
jemaat mengambil secara serius nasehat Paulus: supaya hidupmu sebagai
orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu (Efesus
4:1;juga lihat, 1 Tesalonika 2:12, Filipi 1:27;Kolose 1:10) .[1]
Perbedaan antara
penghakiman dan belas kasihan pada bagian sebelumnya sekarang berubah menjadi
perbedaan antara iman dan perbuatan. Bagian ini mendukung suatu pemikiran yang
sangat meyakinkan. Hal itu mengungkapkan keyakinan penulis yang sangat kuat
bahwa iman tanpa perbuatan adalah tidak berguna. Jelas bahwa dia menentang
orang-orang yang menyangka dan berkata bahwa iman saja cukup untuk
menyelamatkan seseorang.
Yakobus adalah seorang monoteis (2:19); ia melihat TUHAN aktif bekerja. TUHAN telah “memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman” (2:5); nas ini berbicara tentang kepedulian TUHAN terhadap orang miskin sekaligus tentang iman yang merupakan rupa TUHAN (3:9);[2]
tentu saja hal ini
mengandung implikasi bagi cara hidup yang harus mereka jalani; misalnya, tidak
baik kalau orang mengutuk orang lain. TUHAN itu selalu benar, dan Ia menuntut
kebenaran dari umat-Nya, Ia tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia tidak
mencobai seorangpun (1:13). Dalam pandangan Yakobus kunjungan kepada para janda
dan yatim-piatu dalam kesusahan mereka merupakan contoh cara hidup beragama
yang berkenan kepada-Nya; hal ini perlu dikaitkan dengan usaha menjaga diri
sendiri agar tidak dicemarkan oleh dunia (1:27).
Bagi Yakobus, dunia itu
bermusuhan dengan TUHAN, sehingga bersahabat dengan dunia berarti musuh-Nya
(4:4). TUHAN menentang orang-orang congkak, tetapi mengasihani orang yang
rendah hati (4:6); “karena itu tunduklah kepada-Nya” (4:7). TUHAN
akanmenanggapi sikap baik kita: “Mendekatlah kepada-Nya,” kata Yakobus, “dan Ia
akan mendekat kepadamu” (4:8). TUHAN itu penuh belas kasihan dan maha penyayang
(5:11), meskipun orang-orang yang berbuat jahat akan dihukum dengan keras. Hal
ini tampak dari kesedihan-Nya untuk menyembuhkan orang sakit yang sudah dioles
dengan minyak dalam nama TUHAN (5:14-15). Yakobus banyak berbicara tentang doa.
Jelas dia menganggap doa itu berkuasa. Namun doa bisa berkuasa hanya karena
TUHAN murah hati dan siap mendengar serta menjawab doa kita.
Yakobus ingin melihat orang
Kristen memilih daya tahan. Ketekunan adalah jalan menuju “mahkota kehidupan”
yang merupakan anugerah baik dari TUHAN (1:12). Yakobus pasti seorang yang
menaruh minat pada teologi; ia yakin TUHAN berkarya dalam seluruh kehidupan
manusia dan kita harus bertanggung jawab kepada-Nya atas segala sesuatu yang
kita kerjakan. Karena ituYakobus mengharapkan agar kita menanggapi TUHAN dengan
segenap hati.
Yakobus menekankan bahwa
tidak ada pemisahan antara iman dan perbuatan. Tidak seorang pun dapat
mengatakan bahwa dirinya memiliki iman jika tidak ada perbuatan yang
membuktikannya. Iman yang sesungguhnya harus diungkapkan dalam perbuatan.
Inilah keyakinan Yakobus dan salah satu pokok pikiran utama dalam
suratnya. Seluruh bagian ini disampaikan dalam bentuk tulisan tanya
jawab.
Bagian ini terdiri dari tiga uraian: ayat 14-17, 18-19 dan 20-26. Uraian yang
pertama dan kedua dimulai dengan pertanyaan dari seorang lawan khayalan, dan
uraian yang ketiga dimulai dengan pertanyaan yang diajukan oleh penulis
sendiri. Uraian yang pertama dan ketiga diakhiri dengan pernyataan yang sama -
yang memberikan jawaban yang sama.
Iman dan Perbuatan adalah lebih
lengkap sebagai "Hubungan antara Iman dan Perbuatan". Orang sudah
percaya juga dapat menentukan hubungan itu secara lebih jelas dengan mengatakan
"Iman Tanpa Perbuatan Adalah Mati", atau dengan mengubah susunannya,
"Tanpa Perbuatan. Iman itu Mati". Untuk menunjukkan gaya teks yang
berupa bantahan atas pertanyaan-pertanyaan, bagai orang belum percaya juga
dapat menggunakan pertanyaan: "Dapatkah Iman Tanpa Perbuatan Menyelamatkan
Manusia?" Dalam bahasa-bahasa yang tidak menggunakan kata benda untuk iman
dan perbuatan, dapat menggunakan kata kerja, umpamanya. "Kita Harus
Melakukan Hal-hal yang Baik untuk Membuktikan Bahwa Percaya Kepada-Nya".
Sejak zaman Martin Luther.
orang Kristen telah bergumul untuk memahami Yakobus 2:24 dan membandingkannya
dengan pernyataan Paulus yaitu "manusia
dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat" (Roma
3:28 ). Sepintas lalu Yakobus tampaknya
menyatakan bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan, sedangkan Paulus menyatakan
manusia dibenarkan karena iman. Kesan tersebut
timbul karena kita melihat bahwa masing-masing dari mereka memberikan contoh
mengenai Abraham untuk
mendukung argumentasinya. Apakah kedua penulis itu bertentangan? Apakah kita
harus memilih salah satu dari pandangan mereka sebagai teologi? St.
Augustine & St. Thomas mengajar tentang "iman yang bekerja melalui
kasih" ini berbeda sudut pandang dari dengan "Sola Fide",
"iman yang menyelamatkan" dari Martin Luther. Kata
Martin Luther benar
bahwa Kitab Yakobus merupakan "Surat Rasul" yang bertentangan dengan
pandangan Paulus yang
mendasar terhadap Injil?
Menurut Yakobus
Perbuatan
Yakobus adalah angka 2 dan 3, iman Kristen itu nol besar
apabila tidak disertai perbuatan atau buah pertobatan orang Kristen yang
mengerjakan keselamatan atas dasar iman tadi. stilah
pertama yang digunakan baik oleh Yakobus maupun.
Definisi
Yakobus
Yakobus
memberikan definisi yang jelas mengenai apa yang dimaksudkannya dengan
"iman saja" yaitu "SHEMA" (kalimat syahadat orang
Yahudi) : "Engkau percaya, bahwa hanya ada satu TUHAN saja?" Pernyataan
ini bukan hanya merupakan keyakinan agama Yahudi yang mendasar (Ulangan 6:4),
melainkan juga kebenaran tentang TUHAN yang diyakini bangsa Yahudi telah
ditemukan oleh Abraham.
Hal ini merupakan ortodoksi, tetapi dalam kitab Yakobus ortodoksi tersebut
terpisah sepenuhnya dari ketaatan ("padamu
ada iman dan padaku ada perbuatan" 2:18), ortodoksi ini juga dimiliki
Iblis. Dalam bacaan lain Yakobus memberikan
definisi yang berbeda terhadap iman. lman dalam Yakobus 1:6 dan
2:1 merupakan komitmen pribadi dan meliputi keyakinan dan ketaatan.
Sebaliknya, iman yang menurut pendapat Yakobus dikemukakan
para lawannya dalam Yakobus 2:14-26 merupakan ortodoksi tanpa adanya tindakan
oleh Yakobus adalah
mengenai perbuatan baik kemurahan hati, sikap dermawan, bukan pelaksanaan
Taurat sebagaimana disebutkan[3] Yakobus,
tetapi dalam Kitab Galatia 5:19-21, ia juga menulis sederetan perbuatan jahat serupa
dengan yang terdapat dalam Kitab Yakobus 3:14-16 dan kemudian berkata, "Terhadap
semuanya itu kuperingatkan kamu seperti yang telah kubuat dahulu bahwa
barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian
dalam Kerajaan-Nya."
Paulus tidak memisahkan kebenaran moral dengan
keselamatan kekal. Perbuatan adalah kata ini jangan diartikan sama dengan
pengertian yang biasa terdapat dalam surat- surat Paulus. yaitu menaati
peraturan-peraturan Hukum Musa. Di sini yang dimaksud adalah
perbuatan-perbuatan baik, seperti belas kasihan (ayat 1:3), dan pemberian
sedekah kepada orang yang miskin dan berkekurangan (ayat 15 dan 16). Karena itu
dalam banyak bahasa, penerjemah dapat menerjemahkan bagian pertama ayat ini
sebagai saudara-saudara, apa keuntungan yang didapatkan seseorang
jika dia mengatakan bahwa dia percaya kepada Kristus tetapi tidak melakukan
perbuatan-perbuatan baik? atau jika kamu mengaku percaya kepada Kristus tetapi
tidak melakukan perbuatan-perbuatan baik, hal itu tidak akan menolong kamu sama
sekali. Jika iman itu tidak disertai perbuatan: Kata-kata ini secara harfiah
berarti "jika iman tidak memiliki perbuatan", jelas bahwa perbuatan
bukan sesuatu yang ditambahkan kepada iman - keduanya harus ada bersama-sama.
Penulis tidak bermaksud untuk membedakan antara "iman" dan
"perbuatan"; yang dibedakan adalah antara "iman yang disertai
perbuatan" dan "iman yang tanpa perbuatan". Bagi Yakobus, iman
harus disertai oleh perbuatan; yang satu tidak dapat ada tanpa yang lain, sebah
iman yang tanpa perbuatan adalah mati.
Dalam bahasa Yunani pada akhir ayat ini tertulis
sebuah frasa yang artinya "(dalam dirinya) sendiri". Menurut letaknya
dalam kalimat, ungkapan ini dalam bahasa Yunani dapat menjelaskan kata iman
atau menjelaskan kata mati. Salah satu terjemahan menghubungkannya dengan mati,
sehingga artinya mati dengan sendirinya. Namun menurut banyak penafsir. lebih
besar kemungkinannya bahwa ungkapan itu dimaksudkan untuk dihubungkan dengan
iman, sehingga artinya "iman saja". Dengan demikian
ungkapan: Jika iman itu tidak disertai perbuatan dapat juga
diterjemahkan menjadi: Jadi iman saja, tanpa disertai perbuatan, berarti
(iman itu) mati.
Istilah kedua yang
digunakan baik oleh Yakobus maupun Paulus adalah "perbuatan" atau "tindakan," yang bahasa
Yunaninya adalah kata ( ἔργον - ergon.) Dalam ayat yang
dilihat yang berdasarkan konteks bacaan
dalam Yakobus secara lebih luas, Yakobus jelas mengajukan argumentasi untuk
perbuatan-perbuatan tertentu. Kedua perbuatan yang disebutkannya adalah
:
(1) Pengorbanan Ishak oleh Abraham dan
(2) Kebaikan Rahab kepada para mata-mata.
Menurut Paulus Perbuatan
Yang dimaksud oleh Paulus adalah angka 1 dan 2, bahwa amal Yahudi tidak
menyelamatkan jika bukan dengan iman kepada Kristus; sedangkan yang dimaksud
oleh Pauluspun
menekankan perbuatan dari insan-insan yang telah menerima keselamatan, supaya
mereka melakukan "action" dari keselamatan yang telah diterimanya:
Rasul Paulus secara
sepintas lalu membuat kita tidak dapat memahami apa yang dimaksudkan
masing-masing penulis. Itulah sebabnya harus menyelidiki setiap istilah penting
pada ayat yang tertulis dalam Kitab Yohanes, yaitu, "percaya","
"perbuatan" dan "dibenarkan." Paulus juga
memiliki definisi tentang iman, yang dikemukakannya
dalam Kitab Roma 10:9-10. Iman berarti komitmen kepada Tuhan Yesus yang hidup
dan pengakuan bahwa "Yesus adalah TUHAN."
Definisi tersebut serupa dengan iman percaya yang
disebutkan Yakobus dalam
pasal 1. Dalam Galatia 5:6, Paulus melanjutkan
dengan menyatakan bahwa dalam Kristus masalahnya bukanlah upacara bangsa Yahudi
yang terdapat dalam rincian Taurat misalnya: sunat, peraturan tentang hari-hari
raya, peraturan tentang makanan,
melainkan "iman yang bekerja oleh kasih." Dikaitkannya iman dengan kasih
bukanlah suatu kebetulan, karena hal tersebut muncul berulang kali dalam
tulisan Paulus (lihat
1 Korintus 13:13; l Tesalonika 1:3; 3:6).
Kasih, tentu saja, bukan sebuah perasaan atau emosi
melainkan tindakan atau perbuatan mengasihi adalah Paulus melanjutkan
dengan menyatakan bahwa dalam Kristus masalahnya bukanlah upacara bangsa Yahudi
yang terdapat dalam rincian Taurat misalnya sunat, peraturan hari-hari raya, peraturan dan makanan,
melainkan "iman yang bekerja oleh kasih." Dikaitkannya iman dengan kasih
bukanlah suatu kebetulan, karena hal tersebut muncul berulang kali dalam
tulisan Paulus (lihat
1 Korintus 13:13; l Tesalonika 1:3; 3:6). Dengan demikian, bagi Paulus iman
merupakan komitmen kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai TUHAN yang menghasilkan
kehidupan yang penuh kasih. Jika tidak ada kasih (seperti tampak dalam
"perbuatan daging atau "kehidupan yang tidak benar"), maka seseorang
tidak akan menjadi pewaris Kerajaan-Nya (1 Korintus 6:9-10). Paulus dalam
membicarakan masalah perbuatan. Paulus
menggunakan kata "iman" dan "perbuatan" secara berbeda dari Yakobus.
Paulus bukan
saja selalu menggunakan kalimat yang tidak pernah digunakan Paulus,
yang paling disalah-mengerti adalah sekelompok kata Yunani, termasuk δικαιοσύνη
- dikaiosunê ("kebenaran"), δικαίωσις, dikaiôsis ("pembenaran")
dan δικαιόω - dikaioô "menyatakan
benar" atau "membenarkan". Pengertian yang umum dari kata-kata
tersebut dalam Septuaginta adalah kebenaran yang nyata atau pernyataan dari
kebenaran tersebut (misalnya, Roma 1:17; 2:13). Yakobus 2:24 dan Roma 3:28, kedua ayat tersebut
walaupun tampaknya bertentangan, tetapi tidak benar-benar bertentangan. Dalam
kenyataannya, banyak dari hal-hal yang tampaknya saling bertentangan tersebut
disebabkan oleh kesalahpahaman terhadap ajaran Paulus yang berasal dan Martin Luther dan terus berlanjut karena adanya orang-orang
yang tidak dapat menempatkan Paulus secara benar ke dalam latar belakang Yahudinya.
Menurut Yakobus dan Paulus itu antara lain disebabkan oleh kesalah pahaman terhadap maksud Paulus lihat hal ini berasal dari fakta bahwa, Martin Luther berusaha memperoleh keselamatan melalui
penebusan dosa dan perbuatan saleh, bukan melalui tata-cara keagamaan Yahudi.
Dengan kata lain, kesalahpahaman tersebut antara lain disebabkan terhadap kurang
cermat penafsiran tulisan Paulus oleh Martin Luther. Tulisan Yakobus dan Paulus mengungkapkan keharmonisan yang relatif, dipadukan dengan lingkup
pelayanan yang berbeda dan karenanya perspektif yang berbeda hal
ini tampak jelas dalam Kitab Galatia dan Kisah Para Rasul.
Dengan demikian kita jelas dapat memandang konflik
semu Yakobus vs Paulus yang
disebabkan salah memaknakan "perbuatan" yang dimaksud oleh kedua
rasul tersebut, bahwa dalam tulisan mereka sebenarnya ada
3 (tiga) pokok yang perlu dicermati:
1. Amal Yahudi (melakukan hukum Taurat)
2. Iman Kristen
3. Amal Kristen yang dimaksud oleh Paulus adalah angka 1 dan 2, bahwa amal Yahudi tidak menyelamatkan jika bukan dengan iman kepada Kristus; sedangkan yang dimaksud oleh Yakobus adalah angka 2 dan 3. Bahwa iman Kristen itu nol besar jika tidak disertai amal Kristen yang mengerjakan keselamatan atas dasar iman.
[1] Bergant, Dianne CSA, Karris, Robert J OFM, Tafsir alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta, 2002. Hal. 434.
[2] Morris, Leon, Teologi Perjanjian
Baru. Malang: Gandum Mas, 2006. Hal 433
Posting Komentar untuk "Iman dan Perbuatan dalam Alkitab Menurut Yakobus - Iman Dan Perbuatan Orang Percaya"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.