Renungan Kristen Terbaru - Iman, Pengharapan, dan Kasih.
Tahun 2020, tahun 2021 sudah berlalu, tetapi ada sesuatu yang
tidak akan berlalu. 1 Korintus 13:13 menyatakan, “Demikianlah tinggal ketiga
hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya
ialah kasih.”
Apa dasar yang membuat kita mampu
bertahan di dalam Kristus?
Dasar
yang pertama adalah IMAN.
Dalam Ibrani 11:1 mengatakan "Iman adalah dasar dari segala
sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita
lihat." Kehidupan Kristiani adalah sebuah proses perjalanan iman. Oleh
karena itu kita harus membangun iman dari hari ke sehari melalui perenungan
akan firman Tuhan. Iman merupakan jaminan kehidupan umat yang percaya kepada
Tuhan Yesus. Tanpa iman, kita tidak mungkin ada bersama Tuhan Yesus. Sebab iman
adalah jalan menuju kepada Kristus yang membawa kita kepada keselamatan kekal,
yakni keselamatan jiwa bersama Allah Bapa di rumah-Nya yang kudus, sampai
selamanya.
Iman berarti percaya meski belum melihat. Apakah kita tetap
percaya kepada Tuhan, meski pertolongan belum datang? Atau kita
bersikap seperti Tomas, yang mau percaya bila ada bukti? Tuhan
berkata, "Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun
percaya." (Yohanes 20:29b). Iman adalah taat melakukan kehendak
Tuhan, apa pun resikonya. Banyak orang Kristen hanya menuntut agar Tuhan segera
menjawab doanya, menyembuhkan sakitnya dan memulihkan ekonominya, tapi mereka
tidak mau taat melakukan kehendak-Nya. Abraham taat ketika
diperintahkan Tuhan untuk meninggalkan negeri dan sanak saudaranya dan pergi ke
tempat yang tidak diketahuinya. Karena imannya ini Abraham diberkati
Tuhan dan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.
Ketika kita mengerti iman yang sesungguhnya kepada Tuhan, ketika
kita tidak menerima apa yang kita inginkan, kita tidak akan marah-marah
mengatakan “Tuhan jahat dan tidak mengasihi saya,” melainkan kita dapat
mengatakan “Tuhan baik, meskipun Dia tidak mengabulkan apa yang saya inginkan,
saya percaya Dia memiliki rancangan lain yang lebih besar yang mungkin saat ini
belum dapat saya lihat.” “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu
bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi,
demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.”
(Yesaya 55:8-9).
Kita yang sudah percaya kepada Kristus harus terus setia kepada
janji-janji-Nya dan terus berjalan dalam ketaatan. Bagaimana memastikan agar
kita memiliki iman Kristen yang bertumbuh secara prima? Jawabnya sederhana,
tetapi tak boleh kita sepelekan. Milikilah hubungan dan kehidupan terfokus
jelas pada dasar iman, sumber pengharapan, sumber serta tujuan kasih kita,
yaitu Yesus Kristus sendiri. Iman kita kuat bukan karena kapasitas alami kita,
melainkan karena sang dasar iman memang layak diimani dan terus menerus
mengisikan kehidupan iman kita dengan realitas yang menyegarkan iman.
Pengharapan kita kokoh bahkan di tengah gelombang dan goncangan berbagai kesukaran
hidup, sebab melalui Roh-Nya Ia terus menerus memberi daya baru agar kita boleh
“berharap dalam kondisi tanpa harapan sekalipun.” Kasih kita pun akan bergelora
dengan nyala yang makin hari makin hangat sebab kasih-Nya sendiri yang
membangkitkan respons nyala cinta kita itu. Dan dengan terus menerus berpaut
kepada-Nya, iman, harap, dan kasih kita akan penuh dinamika sampai kekal nanti.
Dasar
yang kedua adalah PENGHARAPAN.
Banyak orang tidak dapat menerima keadaan yang tidak menyenangkan
dalam hidupnya. Mereka mulai mengomel, memberontak dan menyalahkan Tuhan
atas apa yang dialami. Hal ini berlanjut pada tindakan dan tekad keluar
dari permasalahan yang ada, apa pun caranya, tidak peduli apakah jalan yang
ditempuhnya nanti berujung pada kesia-siaan, seperti tertulis: "Ada
jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut." (Amsal
14:12). Mereka mengira bahwa jalan yang ditempuhnya itu sudah benar dan pasti
akan memberikan jalan keluar. Alkitab menegaskan, "Terkutuklah
orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan
yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!" (Yeremia 17:5). Sekuat dan sehebat
apa pun manusia, kemampuan dan kekuatannya ada batasnya. Tapi jika kita mau
menyikapi setiap permasalahan yang ada dengan tetap berharap pada kuasa Tuhan,
tidak ada yang perlu diragukan lagi seperti pengakuan Daud, "Pertolonganku
ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi." (Mazmur 121:2).
Pengharapan bukanlah sesuatu yang diletakan di depan, bukan
terjadi seketika namun melalui sebuah proses. Untuk dapat memiliki perngharapan
yang tidak mengecewakan seseorang sebelumnya telah melalui kesengsaraan,
kemampuan bertahan dari berbagai pergumulan hidup menimbulkan ketekunan,
ketekunan tersebut masih akan diuji sehingga berbuah pengharapan. Pengharapan
sejati yang tidak mengecewakan adalah pengharapan yang tahan uji bahkan
terhadap kesengsaraan. Sehingga apapun yang terjadi, pengharapan kita tidak
pernah mengecewakan.
Paulus telah memberi teladan kepada kita untuk bertahan dalam
pengaharapan di dalam Kristus hingga mencapai garis finish, yaitu dengan cara
terus bertumbuh dalam kebenaran Allah. Ia menyadari bahwa janji Allah bukanlah
isapan jempol belaka, melainkan suatu kepastian sehingga Paulus memiliki
kerinduan untuk terus bertumbuh dalam kebenaran, meski menghadapi tantangan
berat. Cara yang kedua, Paulus terus berbuah dalam perbuatan. Pengharapan yang
benar dibuktikan dengan kehendak hatinya yang kuat untuk hidup benar di hadapan
Tuhan, sehingga ia memperlihatkan buah Roh di dalam dirinya. Dan cara yang
ketiga, Paulus bertahan dalam iman. Pengharapan orang percaya dapat berdampak
dan mempengaruhi hidupnya untuk tetap setia hingga akhir. Kekristenan sejati
diukur dari kesetiaanya hingga akhir dalam melayani Tuhan dan menjaga hati yang
takut akan Tuhan.
Harapan membuat kita terus maju. Tidak ada individu yang dapat
membayangkan hidup tanpa harapan. Harapan memacu kami untuk menghadapi
tantangan yang mustahil. Harapan adalah harapan bahwa kita akan mendapatkan apa
yang kita inginkan. Harapan adalah karunia istimewa dari Allah yang diberikan
kepada kita oleh kasih karunia-Nya untuk memerangi monoton hari ke hari dan
keadaan yang sulit. Harapan mendorong kita untuk terus berlari sampai kita
mencapai garis finish.
Dasar
yang ketiga adalah KASIH.
Dalam ayat-ayat yang indah ini, paulus tidak pernah sekalipun
memberikan sebuah defenisi tentang kasih. Sebaliknya, ia menunjukkan cara
bagaimana kasih itu “Bekerja”. Berlawanan dengan banyak pemikiran modern yang
memandang kasih hanya sebagai emosi, Rasul paulus memperlihatkan bahwa ia
bukanlah semata-mata apa yang dirasakan oleh seseorang, melainkan apa yang
dilakukannya. Disinilah kita mendapatkan sifat dasar kasih Kristen, Yakni:
Sabar, Murah hati, Tidak cemburu (iri hati), Tidak memgahkan diri, Tidak
sombong, Tidak melakukan yang tidak sopan, Tidak mencari keuntungan sendiri,
Bukan pemarah, Tidak menyimpan kesalahan orang lain, Tidak bersukacita karena
ketidak adilan, Bersukacita karena kebenaran, Menutupi segala sesuatu, Percaya
segala sesuatu, Mengharapkan segala, sesuatu.
Kita tidak bisa menjalani hidup kita tanpa iman atau harapan:
tanpa iman, kita tidak dapat mengenal kasih Tuhan; tanpa harapan, kita tidak
akan bertahan dalam iman kita sampai kita bertemu muka dengan muka. Namun
terlepas dari pentingnya iman dan harapan, kasih bahkan lebih krusial. Dalam
Alkitab kita belajar bahwa Allah adalah kasih (1 Yohanes 4: 8) dan bahwa ia
mengutus Anak-Nya, Yesus Kristus, untuk mati bagi kita sebuah tindakan cinta
pengorbanan yang tertinggi. Jadi, kasih adalah kebajikan yang di atasnya semua
iman dan harapan Kristen sekarang berdiri.
Kasih saja dapat memberi nilai pada pelayanan apapun yang
diberikan di dalam Kristus, dan karena itu merupakan karunia Roh yang
tertinggi, yang harusnya diinginkan dan diimani di atas semua yang lain. Iman
itu percaya dan menyediakan, harapan mengharapkan, namun kasih mengungkapkan
Kristus dan memberkati manusia. Orang yang dihidupkan Kristus dan hidup bagi
Kristus, itulah yang akan memiliki kasih. Orang demikian tidak mencemburui
kemajuan atau kemampuan orang lain, melainkan sambil memuji Tuhan justru
mendorong kemajuan orang lain. Seperti orang Kristen di Korintus, kita pun
cenderung menganggap penting hanya hal-hal yang berdampak langsung. Yang utama
dan karena itu yang terpenting sebenarnya ialah yang dampaknya lama bahkan
abadi. Jauh melebihi nubuat, kesembuhan ilahi, hikmat, bahasa roh, adalah
dampak kasih. Bahkan bila dibandingkan dengan iman dan pengharapan sekali pun,
ternyata kasihlah yang abadi. Itu sebabnya kasih harus kita kejar, agar selalu
menjiwai sikap dan tindakan kita dalam hidup dan pelayanan.
Jadi, Iman, Pengharapan, dan Kasih adalah ciri kehidupan Kristen
yang terus taat dan meneladani Kristus serta menjadi pusat kehidupan kita.
Tuhan Memberkati.
Posting Komentar untuk "Renungan Kristen Terbaru - Iman, Pengharapan, dan Kasih."
Berkomentar yg membangun dan memberkati.