Latar Belakang Surat Filipi Dalam Sejarah Alkitab
Latar
Belakang Surat Filipi
Dalam
usaha untuk menemukan kebenaran firman Allah, haruslah memperhatikan latar
belakang dari kitab itu sendiri. Demikian juga dalam memahami surat Filipi,
kita harus memahami latar belakangnya dan mengetahui awal terbentuknya Jemaat
di Filipi.
Jemaat
Filipi adalah jemaat yang paling pertama kali didirikan oleh Paulus di Eropa
bersama-sama dengan teman sekerjanya yaitu Silas, Timotius dan Lukas.[1] Paulus pertama kami datang ke Filipi dalam
perjalanan misinya yang kedua sekitar tahun 52. Melalui penglihatan yang
diberikan oleh Tuhan mengenai orang Makedonia, yang menghimbaunya agar datang
dan menolong mereka. Pendirian jemaat Filipi merupakah hasil dari tanggapan
terhadap panggilan orang Makedonia (Kis. 16:9-10). Paulus dan
rekan-rekannya menyeberangi laut Aegea dari Troas ke Neapolis dan mengikuti
jalur Ignatian yang terkenal yang terletak sekitar delapan hingga sepuluh mil
ke atas dan sepanjang bentangan kota Filipi. Seperti biasanya dalam misinya
pelayanan Paulus, ketika ia memasuki daerah atau kota yang baru, ia selalu
terlebih dahulu mencari sinagoge, dan rupanya tidak banyak orang Yahudi yang
tinggal di Filipi. Orang-orang Yahudi di kota itu berkumpul tiap-tiap hari Sabat
di tempat sembahyang yang ada di tepi sungai di luar kota. Di sanalah ia
bertemu dengan perempuan-perempuan yang telah berkumpul di situ.
Pada
hari Sabat pertama Paulus dan rekan-rekannya memberitakan Injil di sana. Lidia
dari Tiatira membuka hatinya kepada Tuhan, lalu dibabtis. Dialah orang percaya
yang pertama di Makedonia. Kemudian Paulus melepaskan seorang budak perempuan
yang dikuasai oleh roh tenung, peristiwa ini langsung menimbulkan reaksi dari
orang-orang Filipi dan terjadilah huru hara besar, sehingga Paulus dan Silas di
masukkan ke dalam penjara (Kis. 16:22-23). Lalu dengan gempa bumi mereka
dilepaskan dari penjara, dan akibat dari peristiwa itu akhirnya kepala penjara
dan seisi rumahnya menjadi percaya kepada Tuhan Yesus. Mereka inilah yang menjadi
anggota pertama jemaat di Filipi. Dengan bertobatnya Lidia, si hamba perempuan
dan kepala penjara (Kis. 16). Kota Filipi menjadi tempat lahirnya agama Kristen
Eropa.[2]
Cikal bakal jemaat ini telah dimulai dengan tiga contoh kuasa Kekristenan di Filipi. Lidia penjual kain ungu dari Asia, yang mewakili mereka yang dipersiapkan untuk menerima Injil (Kis. 16:11-15); hamba perempuan yang roh tenungnya diusir oleh Paulus, yang menyetakan kemenangan Kristus atas kuasa kegelapan (Kis. 16:16-18); dan kepala penjara yang disadarkan melalui gempa bumi, yang menunjukkan kuasa Injil untuk mngubahkan seluruh keluarga, karena dia dan seisi rumahnya dibabtis (Kis.16:27-34).[3]
Demikianlah
terbentuknya jemaat yang pertama di dataran Eropa. Kota Filipi menjadi kota
penting dan bersejarah dalam perkembangan Kristen di dataran Eropa. Ketika Paulus memilih suatu
tempat utnuk memberitakan Injil, ia selalu melakukannya sebagai ahli strategi.[4] Paulus selalu memilih tempat yang bukan saja
penting dalam dirinya, melainkan juga merupakan titik kunci untuk seluruh
wilayah. Kota Filipi didirikan dan diberi nama oleh Filipus, ayah Alexander
Agung, yang menyadari strategisnya tempat itu. Setelah pertempuran di Pidna
tahun 168 SM, Filipi jatuh ke tangan Romawi dan menjadi bagian propinsi Romawi
wilayah Makedonia. Dalam abad pertama Masehi, Filipi dapat dinilai bukan hanya
sebagai koloni Romawi, tetapi juga sebagai kota terpenting di Makedonia,[5] Sebagai koloni Romawi, Filipi dibangun untuk
memelihara perdamaian dan untuk menguasai pusat-pusat strategis di seluruh
wilayah kekaisaran yang terbentang luas. Di manapun letaknya, koloni-koloni
Romawi merupakan bagian kecil dari Roma dan menjadi kebanggaan sebagai warga
negara merupakan ciri khas yang menyolok.[6]
Gelar koloni diberikan oleh pemerintah kepada kota yang dikehendaki pemerintah
sebagai tanda penghargaan bagi pengabdian yang setia kepada kekaisaran. Kota
Filipi merupakan kota Roma kecil, sebuah wilayah jajahan Romawi yang memiliki
kebanggan sendiri, bebas dari pajak dan dibangun sesuai dengan ibu kota dunia
itu. Warga negara Filipi secara otomatis memiliki kewarganegaraan Roma dengan
segala hak legalnya.[7]
Kota
Filipi menjadi kota kebanggan karena disekitar kota itu terdapat tambang emas
dan perak, yang sudah dikerjakan sejak jaman bangsa Fenisia. Hal ini sangat
mempengaruhi Filipi menjadi suatu pusat perdagangan yang besar pada zaman dunia
kuno. Secara geografis, kota Filipi dianggap sangat strategis karena di sana
terdapat barisan pegunungan yang memisahkan Eropa dari Asia, daerah Timur
dengan Barat, dan tepat di Filipi barisan bukit itu membentuk suatu lembah
sehingga kota itu dapat menguasai jalan dari Eropa ke Asia. Kota Filipi menjadi
daerah yang pantas dibanggakan oleh karena latar belakang geografis yang sangat
strategis dan kaya, bahkan lebih lagi status politiknya sebagai koloni Romawi.
Orang-orang Filipi merasa bangga menjadi bagian kekaisaran Romawi yang berjaya;
bukan sebagai daerah jajahan. Tata kota, arsitekstur bangunannya, dan pakaian
penduduknya secara cermat meniru Roma.
Tentu
Pauilus menyadari arti strategis dari kota Filipi ketika ia sampai di sana,
pada waktu perjalanannya yang kedua memberitakan Injil, dan itulah pertama kali
ia memberitakan Injil, dan itulah pertama kali ia memberitakan Injil di dataran
Eropa.[8]Seperti
yang dapat diketahui dari Kisah Para Rasul 16, bahwa rasul Paulus tidak lama di
Filipi, karena akibat dari tuduhan yang dilontarkan sebagai pembuat keributan
dan yang berujung kepada pemenjaraan mereka di Filipi. Namun status mereka
sebagai warga negara Roma telah membebaskan mereka dari hukuman yang lebih
berat, tetapi pelayanan mereka di Filipi tidak dapat dilanjutkan, sehingga
mereka pergi meninggalkan Filipi ke daerah yang baru lagi, menuju Tesalonika.
Lukas sebagai penulis dan pengarang kitab Kisah Para Rasul, sebelumnya bertemu
dengan Paulus dan bergabung pada waktu pelayanan di Filipi (Kis. 16:10).
Pada
Kisah Para Rasul 16:10, “setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah
“kami” mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia,” terlihat perubahan
yang mendadak pada pemakaian kata ganti orang pertama jamak “kami” yang
menunjukkan bahwa pada titik inilah penulis mulai berpartisipasi dalam kisah
ini. Dan pada Kisah 16:40, bagian “kami” berakhir, dan suatu kesimpulan dapat
ditarik bahwa Lukas sebagai penulis tetap tinggal di Filipi. Dan ketika rasul
Paulus kembali ke Filipi (Kis.
20), bagian “kami” dimulai lagi. Hal ini merupakan bukti yang cukup kuat bahwa
Lukas tinggal untuk menjadi gembala jemaat yang baru, dan mungkin sebagai
penginjil Makedonia.[9]
Setelah pelayanan Paulus dan Silas yang pertama di Filipi, mereka meninggalkan
sekelompok orang percaya di sana. Namun dapat diketahui bahwa Lukas meneruskan
pelayanan di Filipi sebagai pemimpi jemaat. Lukas menjadi gembala jemaat ini
selama keenam tahun pertama.[10]
Lukas telah membina mereka dan hasilnya dapat dialami kemudian seperti ungkapan
kebanggaan Paulus kepada jemaat dalam suratnya ke Filipi.
Pada
waktu perjalanan Paulus yang ke tiga, Ia singgah lagi di Makedonia dan juga
termasuk Filipi (Kis. 20), kemudian setelah sebentar di Yunani, ia kembali ke
Makedonia, dan selanjutnya Paulus berlayar dari Filipi ke Yerusalem. Sejak
pelayanan pertama di Filipi, hubungan Paulus dengan mereka sangat terpelihara
dengan baik. Hal ini terbukti dari perkunjungan Paulus langsung ke Filipi dan
juga beberapa utusan seperti Timotius yang pernah diutus oleh Paulus dari
Efesus.[11] Perkunjungan Paulus ini sangat didukung oleh
letak kota Filipi yang sangat strategis, karena Filipi terletak di jalur jalan
raya antara Asia dan Eropa. Apa yang dilakukan oleh Paulus juga dilakukan oleh
jemaat Filipi sebagai buah dari hubungan yang akrab dan dekat di antara mereka.
Sekurang-kurangnya jemaat itu sudah dua kali mengirimkan uang persembahan
kepada Paulus tatkala ia berada di Tesalonika (Flp.4:16), dan juga ketika Paulus
pelayanan di kota Korintus (2Kor.11:9), dan kali ini ketika Paulus berada di
Roma, jemaat Filipi memberikan persembahan serta mengutus Epafroditus untuk membantu
melayani Paulus di Roma
Penulis
Penulis
surat Filipi menggunakan cara yang umum dipakai dalam penulisan surat zaman
dulu, yaitu dengan mencantumkan nama penulis surat dan nama orang yang dikirimi
surat atau penerima serta salam kepada orang yang menerimanya.[12]
Dalam surat Filipi ini dengan jelas tercantum nama penulis surat, “Dari Paulus
dan Timotius hamba Yesus Kristus.” Dalam pembukaan surat ini Paulus menyertakan
nama Timotius sebagai penulis. Hal ini mengingatkan kembali bahwa Timotius
sudah bersama Paulus ketika Injil mula-mula diberitakan di Filipi. Timotius
merupakan teman sejawat Paulus. Timotius berada di Filipi bersama Paulus dalam
Kisah Para Rasul 16. Menurut Kisah Para Rasul 19:22 dan 20:1-6, Timotius juga
melakukan lawatan ke Makedonia. Dalam Filipi 2:20-22 terlihat bahwa Timotius
dikenal baik oleh jemaat Filipi. Meskipun dalam pembukaan menyertakan Timotius
sebagai penilis, namun selanjutnya dalam ayat 3 dan seterusnya Paulus
menggunakan kata kerja tunggal dan kata ganti orang pertama tunggal “aku” yang
menunjukkan bahwa Pauluslah penulis asli surat Filipi.[13]Nama
Timotius dicantumkan bukan karena ia menolong menulis surat ini, melainkan
sebagai suatu tanda kehormatan Paulus kepada Timotius.[14]
Paulus begitu menghormati Timotius yang juga telah dikenal baik di kalangan
jemaat Filipi.
Cukup kuat bukti dari dalam teks bahwa Pauluslah sebagai penulis surat Filipi. Para pakar Alkitab tidak pernah mempertentangkan penulisan surat Filipi sebagai tulisan Paulus, kecuali F.C. Baur dan beberapa kritikus Jerman lainnya. Bukti internal sudah sangat kuat bahwa tanpa diragukan lagi Paulus sebagai penulisnya. Kitab Filipi terdapat dalam setiap proses kanon Alkitab pada abad kedua. Kepenulisan surat ini juga diakui oleh tradisi dan bapak-bapak gereja seperti: Ireneus, Tertulian, Clement dari Alexandria. Policarpus pada abad kedua pernah mengatakan kepada jemaat Filipi, “Paulus.... yang ketika tidak di sini pernah menuliskan surat kepadamu.”[15] Dan bahkan Tertulian pernah berkata bahwa surat Filipi tetap dibaca di dalam jemaat Filipi sampai pada waktu ia hidup. Tentu Tertulian tidak dapat berkata demikian seandainya surat itu tidak diterima dan diakui sah oleh segenap Jemaat Kristus.[16] Bukti-bukti internal dan bukti eksternal melalui tradisi dan bapak-bapak gereja telah menjadi warisan dan pendahulu yang baik bagi para pembaca kitab Filipi masa kini untuk menerima sepenuhnya bahwa Paulus sebagai penulis kitab Filipi.
Tempat dan Tahun Penulisan
Dari
dalam surat Filipi dapat dengan jelas dilihat bahwa penulis surat itu ketika
menuliskan surat sedang berada dalam penjara (Flp. 1:12-26; 2:17). Surat ini
merupakan karya seorang tahanan dan sedang berada di istana. Maka “penjara” ini
menjadi tolak ukur dalam menentukan tempat penulisan surat Filipi ini. Surat
Filipi termasuk kelompok surat-surat penjara yang secara kronologis penulisannya
sama dengan surat Paulus kepada jemaat di Efesus, Kolose,, dan kepada Filemon.
Dan secara kolektif keempat surat ini disebut sebagai “surat-surat penjara”,
karena surat-surat ini ditullis ketika Paulus di penjara untuk pertama kalinya
di Roma, pada musim semi atau musim panas tahun 62.[17]
Secara tradisional surat Filipi dihubungkan dengan surat Kolosem, surat Efesus,
dan surat Filemon, dan dipercayai di tulis di Roma pada waktu pemenjaraannya.
Tradisi yang paling awal yaitu Marcionite Prologue abad kedua dan konsensus para ahli menyepakati bahwa Paulus menulis surat-surat penjara (Efesus, Filipi, Kolose, dan Filemon) dari tahanan Roma antara tahun 60-62 Masehi seperti tertulis dalam Kisah Para Rasul 28:16-31.[18]
Namun
beberapa ahli memiliki pendapat yang berbeda yang menyatakan bahwa surat Filipi
bersama dengan surat-surat penjara lainnya ditulis pada waktu Paulus berada di
penjara Kaisarea atau selama pemenjaraannya yang tidak tercatat di penjara
Efesus. Roma sebagai penjara waktu Paulus menulis surat diragukan oleh karena
beberapa pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Pendapat
yang menyatakan bahwa surat Filipi ditulis di penjara Kaisarea berpegang bahwa
istana yang tercatat di dalam Filipi 1:13 bisa dipahami sebagai istana Herodes
(Kis. 23:35). Dasar lain yang dipakai untuk membuktikan hipotesa penjara
Kaisarea ini adalah perlawanan yang terdapat di pasal 3, yang diklaim oleh
kelompok ini menyatakan bahwa Filipi ditulis pada masa kontroversi Yahudi – non
Yahudi, sehingga sejalan dengan surat-surat awal Paulus yang mengandung
beberapa ungkapan serupa dengan surat Filipi (band. Flp.3:2 dengan 2Kor.11:13 dan
Gal.5:12).[19]
Adalah
suatu hal yang sulit untuk diterima kalau penjara yang dimaksud dalam Filpi
1:13 itu adalah Kaisarea. Di Kaisarea Paulus tidak menghadapi ancaman hukuman
mati yangsangat mendesak, tetapi yang ada adalah perjalanan menuju Roma untuk
maju ke pengadilan di hadapan Kaisar, sehubungan dengan naik banding kepada
Kaisar seperti yang diceritakan dalam Kisah Para Rasul 25:11. Kemungkinan
eksekusi dalam dalam pasal 1:20 menyangkal kemungkinan Paulus di penjara
Kaisarea, sebab jika ditahan di luar Roma ia tahu, ia selalu dapat naik banding
kepada Kaisar.[20] Justru dalam pasal 1:20 terlihat bahwa dalam
pemenjaraan kali ini merupakan final dalam memutuskan perkaranya, hidup atau
mati. Sedangkan di Kaisarea ia masih tetap bisa naik banding kepada Kaisar di
Roma. Sementara pernyataan Paulus dalam pasal 1:20-23 membuktikan bahwa dirinya
sudah siap menerima apapun putusan yang akan dijatuhkan kepada dirinya, hidup
atau mati.[21]
Seluruh
keadaan yang berhubungan dengan pemenjaraan Paulus yang dipaparkan dalam pasal
Filipi pasal 1 sulit sekali menjelaskannya dengan apa yang terjadi dalam
pemenjaraan Paulus di Kaisarea. Pemenjaraan di Kaisarea berdasarkan surat Filipi
, Charles F.Pfeiffer mengatakan Filipi sendiri tidak mungkin ditulis di
Kaisarea dan harapan Paulus bahwa dirinya akan segera dibebaskan meruntuhkan
hipotesa tentang Kaisarea.[22]
Pendapat
lain yang juga diusulkan tentang penjara yang dimaksud oleh Paulus dalam Filipi
sebagai tempat penulisan surat ini adalah penjara Efesus. Pandangan ini
didukung oleh anggapan bahwa jarak antara kota asal (penjara) dengan Filipi,
karena akan lebih mudah untuk disesuaikan dengan batas waktunya. Antara waktu
pemenjaraan Paulussampai penulisan surat paling tidak membutuhkan jalur
komunikasi antara Paulus di kota pemenjaraan dengan jemaat di kota Filipi.
Hagelberg menjelaskan demikian:
Pertama: Seseorang harus membawa berita ke Filipi bahwa Paulus dipenjarakan lagi; kedua: Epafroditus harus berangkat dari Filipi kepada Paulus dengan membawa bantuan; ketiga: Seseorang harus membawa berita ke Filipi tentang sakit parah yang dialami oleh Epafroditus;keempat: Seseorang harus membawa berita kepada Epafroditus tentang kekuatiran jemaat kepadanya.[23]
Berdasarkan
keterangan di atas maka jarak dan waktu tempuh yang lebih memungkinkan menurut
pandangan ini adalah Efesus, yang membutuhkan waktu yang memungkinkan demi
mendukung arus komunikasi yang diperlukan untuk situasi di atas. Waktu normal yang dibutuhkan antara Filipi
dengan Efesus hanya berkisar tujuh sampai sepuluh hari, sedang Roma dengan
Filipi membutuhkan waktu perkiraan tujuh sampai delapan minggu.[24]
Meskipun
waktu jauh lebih lama antara Roma dengan Filipi dibangdingkan Efesus dengan
Filipi, namun setiap perjalanan tidak perlu memakan waktu lebih dari tujuh atau
delapan minggu. Yang terpenting mengenai waktu yang diperlukan untuk
terciptanya suatu rangkaian arus komunikasi seperti dijelaskan di atas adalah
masalah waktu yang tersedia. Hagelberg menyatakan bahwa:
Sangat
mungkin kalau surat ditulis ketika Paulus berada di tahanan rumah di Roma, pada
tahun 60-62 Masehi. Supaya dapat melakukan perjalanan-perjalanan itu, dan untuk
terciptanya situasi pada Filipi 1:12-18, surat itu sangat mungkin ditulis pada
akhir periode tahun 60-62 Masehi.[25]
Sedangkan
mengenai gaya bahasa yang dipakai oleh Paulus untuk menuliskan suratnya ke
Filipi ini yang dianggap tidak sama dengan seurat-surat penjara lainnya,
bukanlah alasan yang dapat dijadikan sebagai pembanding yang langsung
menempatkan surat Filipi sejajar kesejarahannya dengan surat Roma atau Galatia.
Kalau ada persamaan gaya bahasa ini dapat dibenarkan karena penulis yang sama
dan harus juga diperhatikan bahwa juga ada perbedaan yang cukup jauh. Guthrie
menyatakan bahwa anggapan ini sebenarnya adalah sebagai deduksi yang melihat
Filipi bukanlah penulisan dari pemenjaraan yang sama dengan Kolose, Efesus, dan
Filemon.[26] Dalam
surat-suratnya terdahulu, Paulus sangat gencar menyerang Yudaisme dengan penjelasan
doktrinal dan biasanya secara panjang lebar dijelaskan oleh Paulus. Sedangkan
dalam surat Filipi terlihat tidak ada pembentangan doktrin sebagai perlawanan
kepada Yudaisme. Mengenai perbedaan gaya bahasa mengatakan bahwa kemiripan
bahasa adalah suatu argumentasi yang sangat lemah, karena seorang pengarang
dapat saja mengubah gaya dan kata-katanya bukan karena waktu tetapi juga karena
kebutuhan situasi yang melatarbelakangi alasannya menulis.
Jika
Lukas mencatat semua pemenjaraan Paulus. seharusnya pemenjaraan Efesus dapat
terlihat dari karyanya di Kisah Para Rasul, namun keterangan tentang
pemenjaraan Paulus di Efesus tidak ditemukan secara langsung.[27] Dan hal yang paling ganjil jika menerima
penjara Efesus sebagai tempat penulisan surat Filipi, karena tidak ada sedikit
kesanpun yang dapat dilihat dalam surat Paulus kepada jemaat Efesus. Absennya
keterangan Lukas ini mengenai pemenjaraan Paulus di Efesus, maka tidak cukup
bukti utnuk menerima teori ini,[28]
sehingga tidak ada dasar untuk menolak teori penjara Roma.
Teori
yang terakhir sebagai asal surat Filipi adalah dari penjara di Roma. Dari dalam
surat Filipi ini, pada waktu pemenjaraan di Romalah tempat yang dapat
dipertanggungjawabkan. Pandangan ini juga merupakan pandangan yang dipegang
oleh penulis skripsi ini. Sangat banyak bukti-bukti yang menguatkan bahwa Roma
adalah penjara yang dimaksudkan dalam Filipi 1.
Tradisi
dan konsensus para ahli menyepakati bahwa surat Filipi sebagai salah satu dari
surat-surat penjara ditulis pada waktu pemenjaraan Paulus di Roma, adalah patut
untuk dipertahankan karena hal-hal yang menyatakan tentang situasi penjara dan
istana yang ada dalam surat secara tidak diragukan dapat terjadi di penjara
Roma dimana istana Kaisar berdiri. Kaisarea dan Efesus adalah tempat yang sulit
untuk diterima sebagai tempat penulisan surat. Maka dengan demikian tidak dapat
diragukan lagi bahwa penjara yang dimaksudkan Paulus dalam pasal 1:19 tentang
penjara dan istana adalah di kota Roma.
Paulus tiba di Roma pada musim semi pada tahun 60-62 sebagai tahanan ruman. Kisah Para Rasul mengisahkan bahwa Paulus tinggal dua tahun penuh di sana, di sebuah rumah yang disewa olehnya. (Kis.28:30)., yang berarti dia tinggal di sana hingga musim semi tahun 62. Secara pasti sulit untuk menemukan penulisan surat Filipi, tetapi kemungkinan yang terbesar adalah ditulis menjelang akhir dua tahun masa penahanan Paulus di Roma. Maka kemungkinan Paulus menuliskan suratnya ke jemaat Filipi dari Roma pada akhir periode 60-62 Masehi.
Maksud dan Tujuan Surat
Surat
Filipi ditulis guna mengucapakan terima
kasih atas pemberian yang dikirim jemaat Filipi kepada Paulus untuk
membantu dia dari segi keuangan sewaktu ia berada di Roma.[29]
Epafroditus, salah seorang dari anggota jemaat Filipi telah membawa pemberian
dari jemaat Filipi dan telah menolong Paulus dalam kunjungannya yang singkat ke
Roma. Satu-satunya jemaat yang dari padanya Paulus menerima bantuan adalah
jemaat Filipi.[30] Seperi
biasanya, Paulus sebenarnya tidak mau menerima upah atas pekerjaannya,
melainkan bekerja dalam usahanya sebagai pembuat kemah. Hal ini dilakukan
Paulus guna menghilangkan kesan buruk terhadap citranya sebagai hamba Kristus,
sebab banyak pelawan-pelawan dan pengajar-pengajar palsu yang siap melancarkan
serangan dan tuduhan yang bukan-bukan jikalau Paulus menerima upah.
Namun
berbeda dengan jemaat Filipi, sekurang-kurangnya jemaat itu sudah dua kali
mengirimkan uang persembahan kepada Paulus tatkala ia berada di Tesalonika (Flp.4:16),
dan juga tatkala di Korintus (2Kor. 11:9) dan kali ini ketika ia berada di Roma
(Flp.
4:18). Pemberian jemaat yang diterima oleh Paulus sekaligus juga menunjukkan
adanya hubungan yang cukup dekat antara Paulus dengan jemaat seperti yang
disampaikan John Drane bahwa Paulus sejak dulu mempunyai hubungan yang sangat
dekat dengan jemaat Kristen di Filipi.[31]
William Barclay dengan hal yang sama juga mengatakan bahwa:
Antara Paulus dan gereja Filipi telah timbul ikatan persahabatan yang lebih dekat, dibandingkan dengan hubungannya dengan jemaat lain. Merupakan kebanggaan bagi Paulus bahwa ia tidak pernah menerima bantuan dari siapapun atau dari jemaat manapun, dan bahwa dengan kedua belah tangannya, ia telah memenuhi semua kebutuhannya. Hanya dari jemaat Filipilah Paulus setuju untuk menerima suatu pemberian.[32]
Pemberian
jemaat kepada Paulus adalah juga sebagai bukti bahwa jemaat sangat mengasihi
Paulus (Flp.1:9).[33]
Demikian juga dengan Paulus bahwa ia sangat mengasihi jemaat seperti yang
terdapat dalam suratnya. Paulus menyapa jemaat sebagai “saudara-saudara yang
kukasihi, kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku (Flp.4:1).[34]
Melihat
isi surat Filipi ini nampaknya jemaat Filipi adalah jemaat yang tidak mengalami
perpecahan oleh karena pandangan-pandangan yang merusak iman dan perilaku
jemaat. Persekutuan atau hubungan Paulus dengan jemaat tidak pernah terganggu
oleh kecurigaan atau ajaran yang salah (Flp. 1:3-9).
Paulus
mengatakan dengan jujur bahwa Epafroditus telah mempertaruhkan jiwanya demi
pekerjaan Kristus. Dalam hal ini sebenarnya Paulus hendak menyatakan bahwa
sebagai utusan jemaat, Epafroditus telah melakukan tanggung jawab pelayanannya
dengan baik dan sampai mempertaruhkan nyawanya. Kepada jemaat Filipi
menjelaskan alasan sesungguhnya mengapa sang utusan itu kembali ke gereja
pengutus.[35]
Gereja
Filipi telah mengutus Epafroditus untuk tinggal bersama Paulus, bila ia kembali
tidak sedikit orang akan mengejeknya sebagai pecundang. Maka Paulus dalam surat
Filipi memberikan alasan-alasan situasional yang sedang dialami oleh
Epafroditus dan yang menyebabkan dia harus dipulangkan lebih awal.[36] Mounce mengatakan bahwa penulisan surat
kepada jemaat Filipi disamping tujuan lain tetapi juga sebagai penjelasan
terhadap kepulangan Epafroditus sebelum waktunya.[37]
Paulus menerangkan alasan kepulangan Epafroditus dengan harapan supaya orang-orang
Filipi tidak berprasangka buruk terhadap Epafroditus dan menyalahkan dia karena
meninggalkan Paulus.
Adanya
ancaman yang sedang terjadi dari pihak luar, yakni golongan Yudaisme, yang
harus diantisipasi sebelum masuk kepada jemaat. Paulus mengingatkan jemaat agar
mereka hati-hati terhadap anjing-anjing/pekerja-pekerja yang jahat serta
penyunat-penyunat palsu. Sekalipun masalah-masalah ini belum muncul ke
permukaan, tetapi jika dibiarkan tanpa kendali maka tidak lama lagi akan
menghancurkan kepentingan Kristus di Filipi. Nampaknya Paulus melihat adanya
kelemahan-kelemahan yang umum dan biasa dalam jemaat, namun kelemahan itu kalau
tidak segera diselesaikan, maka berpotensi untuk mengancam dan merusak
kelestarian hidup jemaat. Hal-hal inilah
yang juga mendorong Paulus untuk menuliskan suratnya kepada jemaat Filipi.
Tema Surat Filipi
Surat
Filipi ini ditilis oleh rasul Paulus ketika berada di dalam penjara,
tetapi dalam tulisannya rasul Paulus
justru menghimbau jemaat Filipi untuk “bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan,”(Flp. 4:4).
Sekalipun dalam keadaan yang tidak menyenangkan atau menderita di penjara Roma,
rasul Paulus merasakan sukacita. Seperti ungkapan dari Merrill C. Tenney bahwa
Paulus bersukacita dalam setiap kenangannya pada jemaat Filipi (1:3) karena
Kristus diberitakan baik dengan tulus atau dengan maksud palsu (1:18), dalam
keakraban di antara para pengikutnya (2:2), dalam pengorbanan dirinya bagi
Kristus (2:17), dan dalam pemberian dan perhatian sahabat-sahabatnya (4:10).Disepanjang
surat ini sukacita iman yanggemilang dibandingkan dengan latar belakang yang
suram dari keadaan yang tidak menyenangkan dan malapetaka yang akan datang.[38]
Yang
menghalangi kemerdekaan dan kebebasan rasul Paulus dalam memberitakan Injil
adalah keadaan, tetapi ini tidak menghalangi sukacitanya.[39]
Sukacita Paulus tetap meluap sekalipun banyak tantangan penderitaan yang
dialaminya.
[1]Dave Hagelberg, Tafsiran
Surat Filipi dari Bahasa Yunani (Yogyakarta:
Yayasan Andi, 2008), xvi.
[2]Robert H. Mounce, “Filipi” dalam Tafsiran Alkitab Wycliffe (Malang: Gandum Mas, 2001), 767
[3]Donal Guthrie, Pengantar Perjanian Baru. Vol.2 (Surabaya: Momentum, 2009), 129.
[4]William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari – Filipi, Kolose, 1&2 Tes (Jakarta: BPK.Gunung Mulia, 2010), 11.
[5]F.Foulkes.“Filipi” dalam Tafsiran Masa kini. Jil.3 (Jakarta:Yayasan Komunikasi, 2008), 609.
[6]Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari- Surat Filipi, Kolose, 1dan 2 Tes., 13.
[7]Hagelberg. Tafsiran Surat Filipi dari bahasa Yunani (Yogyakarya: Yayasan Andi, 2008), xiv.
[8]Foulkes, “Filipi” dalam Tafsiran
Alkitab Masa Kini (Jakarta:
Yayasan Komunikasi, 2008), 609.
[9]Foulkes, “Filipi” Dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini (Jakarta: Yayasan Komunikasi, 2008), 346.
[10]Halley, Penuntun ke Dalam Perjanjian Baru, 235.
[11]Brill, Tafsiran Surat Filipi, 17.
[12]Brill. Tafsiran Surat Filipi, 27.
[13]Hagelberg. Tafsiran Surat Filipi dari Bahasa Yunani, (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2008), 19.
[14]Brill. Tafsiran Surat Filipi, 27.
[15]Mounce,” Filipi” Dalam Tafsiran Alkitab Wycliffe, 767.
[16]Brill, Tafsiran Surat Filipi, 20.
[17]Jarry Autrey, Surat Kiriman Penjara (Malang: Gandum Mas, 1988), 69.
[18]Hagelberg, Tafsiran Surat Filipi dari Bahasa Yunani (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2008), xvii.
[19]Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru jil.2, 134.
[20]Hagelberg, Tafsiran Surat Filipi dari Bahasa Yunani (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2008), xvii
[21]Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru, Jil. 2, 134.
[22]Mounce, ” Filipi” Dalam Tafsiran Alkitab Wyclife, 767.
[23]Hagelberg, Tafsiran Surat Filipi dari Bahasa Yunani (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2008), xviii.
[24]Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru, jild.2, 140.
[25]Hagelberg, Tafsiran Surat Filipi dari Bahasa Yunani (Yogyakarta: Yayasan Andi 2008), xix.
[26] Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru, jil.2, 140.
[27] Hagelberg, Tafsiran Surat Filipi dari Bahasa Yunani (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2008), xviii.
[28]Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru. Jil. 2, 142.
[29]John Drane, Memahami Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 390.
[30]Hendry H. Helley, Penuntun ke dalam Perjanjian Baru (Surabaya: Yakin, 1979), 234.
[31]John Drane, Memahami Perjanjian Baru (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2008), 391.
[32]William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari – Surat Filipi. Kolose, 1&2 Tesalonika, 15.
[33]J.Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab Jil.4 (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2002), 118.
[34]J.Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab Jil.4 (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2002), 234.
[35]Hagelberg, Tafsiran Surat Filipi dari Bahasa Yunani (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2008) 66
[36]William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari, 79
[37]Mounce. “Filipi” Dalam Tafsiran Alkitab Wycliffe, 769
[38] Merrill C. Tenney, Survey Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas 1997), 403.
[39]Agnes Maria. Filipi Jil.1 (Surabaya:
Yayasan Maranatha Krista 2007), 68.
Posting Komentar untuk "Latar Belakang Surat Filipi Dalam Sejarah Alkitab"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.