Makna Pertumbuhan Iman Dalam Kehidupan Orang Percaya
Makna Pertumbuhan Iman
Gereja yang
sehat adalah gereja yang mengalami pertumbuhan, dan yang terpenting orang-orang
percaya yang memiliki pertumbuhan iman. Bertumbuh berarti adanya perubahan
dalam kehidupan seseorang yang telah percaya atau lahir baru. Firman Allah yang
berperan untuk mengubah dan memberi pertumbuhan. Firman Allah punya kuasa untuk
memperbarui kehidupan, membentuk karakter dan
menuntun kepada kelahiran spiritual seperti yang telah diungkapkan oleh
Evans, dalam bukunya yang berjudul The
Perfect Christian:
Firman punya kemampuan untuk
menusuk dalam sekali dan memisahkan “jiwa dan roh” dan “sendi-sendi dan tulang
sumsum” dan “sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita” (Ibr.
4:12). Dengan kata lain, Firman Allah punya kuasa untuk mengubah kita dan
menumbuhkan kita ke dalam citra Kristus, contoh dari kesempurnaan yang Allah
tuntut dari kita.[1]
Supaya iman
dapat bertumbuh, maka yang harus diperhatikan lebih dahulu adalah dimana
seseorang membangun dasar hidupnya. Bila seseorang telah meletakkan dasar
imannya dengan tepat dan benar, maka imannya akan bertumbuh. Yang menjadi dasar
iman Kristen adalah Yesus Kristus dan firman-Nya. Pernyataan
mengenai dasar iman Kristen dapat dibuktikan dalam Alkitab, firman-Nya di dalam surat
rasul Paulus kepada jemaat Korintus (1Kor. 3:11), menyatakan: “Karena tidak ada
seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah
diletakkan, yaitu Yesus Kristus.” Petrus juga mengungkapkan, katanya, “Sebab
ada tertulis dalam Kitab Suci: “Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah
batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya
kepada-Nya, tidak akan dipermalukan,”(1Ptr. 2:6). Dalam bukunya yang berjudul Diselamatkan Oleh Anugrah, Anthony A.
Hoekema menyatakan sebagai berikut:
Yang harus menjadi dasar
bukanlah dogma atau ajarannya, bukan aliran agama atau upacaranya. Dasarnya
harus Yesus Kristus sendiri... dan tidak ada... dasar yang lain... yang
diletakkan.[2]
Yesus Kristus
adalah Firman Allah yang hidup, yang sanggup mengubah kehidupan orang percaya
menjadi ciptaan yang baru, Memiliki kehidupan yang baru sebagai orang percaya
pasti ditandai dengan adanya perubahan di dalam hidupnya. Perubahan yang
artinya mengalami pertumbuhan rohani. Seperti yang dinyatakan oleh rasul Paulus
dalam 2 Korintus 5:17, yang mengatakan bahwa, siapa yang ada di dalam Kristus
ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah
datang.
Orang percaya
bertumbuh melalui pemahaman akan firman Allah. Sama seperti gereja mula-mula
yang bertumbuh melalui pengajaran Firman Tuhan, didalam Kisah Para Rasul 2:42,
yaitu bahwa mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.
Jemaat mula-mula bertumbuh dalam pengajaran dan dalam persekutuan. Pengajaran
yang benar akan Firman Tuhan adalah hal yang sangat penting, dengan pengajaran
yang benar akan Firman Tuhan, maka jemaat akan bertumbuh, sebab apabila salah
dalam memberikan ajaran tentang Firman, maka akan memiliki pemahaman yang salah
pula, sehingga iman jemaat tidak bertumbuh. Pada masa kini banyak pengajaran-pengajaran yang sesat,
Petrus menyatakan, bahwa akan muncul guru-guru palsu, yang harus diwaspadai
oleh jemaat. “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat
Allah, demikian pula diantara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan
memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan
menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera
mendatangkan kebinasaan atas diri mereka,” (2 Ptr. 2:1). Oleh sebab itu orang
percaya harus hati-hati dan kritis dengan setiap pengajaran yang diterimanya,
Setiap pengajaran harus diuji kebenarannya, apakah sesuai atau tidak dengan
Firman Tuhan. Dalam bukunya yang berjudul Berubah
untuk Berbuah, Ranto Sari Siahaan menyatakan sebagai berikut:
Ajaran sangat penting. Tanpa
pengajaran yang benar Anda tidak punya iman yang benat. Bersorak-sorak dalam
memuji Tuhan memang penting. Kesembuhan ilahi memang penting. Namun, ajaran
harus diperkuat karena dalam ajaran kita punya iman yang kokoh.[3]
Selain
bertumbuh dalam pengajaran, orang percaya harus bertumbuh dalam persekutuan,
baik secara pribadi dengan Tuham juga bersekutu dengan sesama orang percaya.
Seperti yang diungkapkan oleh Yohanes dalam surat-Nya yang pertama (1Yoh. 1:3),
yaitu: “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami
beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan
persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus
Kristus.” Persekutuan pribadi dengan Tuhan adalah dengan berdoa. Tanpa doa
orang percaya tidak akan mengalami pertumbuhan rohani. Gereja yang bertumbuh,
gereja yang kuat dan mampu mengatasi kesesatan adalah gereja yang bergumul
dalam doa. Ranto Sari Siahaan mengungkapkan bahwa doa adalah dasar, bukan
hafalan, bukan jimat, tetapi doa adalah membangun relasi, mengenal Dia lebih
dalam, menikmati persekutuan yang indah dengan Tuhan sehingga kita semakin
dibawa dalam kehendak-Nya. Selain itu juga harus ada persekutuan dengan
sesama orang percaya. Persekutuan dengan sesama akan membentuk iman bertumbuh
semakin kuat, untuk itu orang percaya harus bersatu. Rasul Paulus menekankan
kepada jemaat di Filipi, supaya sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa,
satu tujuan (Flp.
2:2).
Berdoa dan
Firman Allah adalah cara untuk meningkatkan iman. Jikalau seseorang rindu untuk
mendapatkan iman yang lebih kuat, haruslah iman yang ada padanya ditingkatkan
dengan jalan percaya yang
sungguh-sungguh kepada Yesus Kristus dan Firman-Nya sebagai dasar utama
imannya. Satu-satunya kebutuhan kita adalah tetap hidup oleh iman, menjadi kuat
dan teguh, tidak melepaskan apa yang kita terima dan tidak menjauhkan diri dari
Yesus.[4] Apabila setiap
orang Kristen benar-benar memiliki dasar iman yang kuat, maka hidupnya tidak
akan mudah digoyahkan oleh berbagai ajaran dan filsafat dunia yang menyesatkan
dalam situasi dan kondisi apapun.
Orang percaya
haruslah memiliki pemahaman yang benar akan Firman Allah, bahwa ketika
seseorang telah menjadi percaya, ia harus memikul salibnya, berani bayar harga
sebagai pengikut Kristus Apabila seseorang menolak penderitaan karena Kristus,
maka ia tidak memiliki iman yang benar. Anda tidak bisa menjadi orang Kristen
yang kuat, kokoh, teguh, dewasa dan berbuah tanpa pengajaran yang kuat dan
benar. Ajaran sangat penting. Tanpa pengajaran yang benar, anda tidak punya
iman yang benar Kalau orang Kristen taat
melakukan pengajaran yang benar sesuai Firman-Nya, orang tersebut
akan memiliki iman yang sejati
Iman yang sejati selalu membawa
ke arah ketaatan kehendak Allah. Nuh percaya akan Allah dan membuktikannya
dengan taat kepada Allah dan membuat bahtera. Abraham percaya kepada Allah dan
membuktikannya dengan meninggalkan negara asalnya dan pergi ke tanah yang tidak
dikenal.[5]
Yesus berkata
bahwa orang yang mendengar dan melakukan perkataan atau firman-Nya, ia sama dengan
orang yang bijaksana yang mendirikan rumahnya di atas baru, kemudian hujan
turun dan banjir datang, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak
roboh. Tetap kuat sebab didirikan di atas batu.
Pertumbuhan
iman adalah perihal yang sangat penting. Gereja yang sehat adalah gereja yang
mengalami pertumbuhan, bertumbuh dalam segala hal ke arah Dia, Kristus yang
adalah Kepala (Ef.
4:15).
Setiap orang
percaya atau Kristen perlu untuk mengetahui dengan pasti dimana orang itu
membangun dasar hidupnya. Sebab salah satu penyebab yang menjadikan orang
percaya/Kristen tidak hidup oleh iman adalah karena orang itu tidak tahu dengan
pasti kepada siapa orang itu percaya. Agar orang percaya/Kristen tidak mudah
diperdaya oleh berbagai ajaran sesat dan berbagai situasi yang menyulitkan
hidupnya, orang itu harus memiliki dasar iman yang teguh, sehingga pada
akhirnya orang itu dapat memperoleh janji-janji Allah yang tergenapi dalam
hidupnya.
Yang menjadi
dasar iman Kristen adalah Yesus Kristus dan firman-Nya. Pernyataan
mengenai dasar iman Kristen dapat dibuktikan dalam Alkitab seperti yang tertulis
dalam surat Paulus kepada jemaat di Korintus sebagai berikut :”Karena tidak ada
seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang diletakkan,
yaitu Yesus Kristus (1Kor. 3:11). Pernyataan yang sama juga diungkapkan Petrus,
katanya : sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: “Sesungguhnya, aku meletakkan
dasar di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu yang mahal, dan siapa yang
percaya kepadaNya tidak akan dipermalukan” (1Pet. 2:6). Dan pernyataan
Petrus merupakan kutipan dari Perjanjian Lama, yaitu di dalam Yesaya 28:16 yang
bunyinya : Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu
yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang
percaya tidak akan gelisah!”
Ungkapan sebuah
batu sebagai dasar itu oleh Petrus dimaksudkan dan ditujukan kepada Yesus
Kristus yang menjadi dasar iman setiap orang percaya/Kristen. Jadi, baik
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru menegaskan akan kebenaran yang hakiki
yaitu yang harus menjadi dasar utama kehidupan orang percaya atau Kristen
adalah Yesus Kristus.Yang harus menjadi dasar bukanlah dogma atau ajarannya,
bukan aliran agama atau upacaranya. Dasarnya harus Yesus Kristus sendiri dan
tidak ada dasar lain yang diletakkan.[6]
Firman Allah
juga dinyatakan sebagai Dasar Iman. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma
menyatakan dengan jelas dan tegas bahwa Paulus mempunyaim keyakinan yang kokoh
dalam Injil yang adalah Firman Allah yang berisi kabar baik bagi semua orang.
Melalui Injil Paulus mendengar dan menerima, sehingga timbul iman atau percaya
bahwa Injil adalah Firman Allah yang dapat menyelamatkan setiap orang percaya,
termasuk diri Paulus sendiri. Bahkan
Paulus mengakui dengan iman yang teguh bahwa Injil nyata kebenaran Allah.
Paulus sadar bahwa iman bukan datang dengan sendirinya, melainkan iman datang
karena karunia Allah melalui mendengar Firman Kristus.
Firman Allah
disebut dasar iman, karena dari Firman Allah-lah maka timbul iman percaya dalam
hati seseorang. Firman Allah dipakai oleh Allah sebagai dasar iman, dan Firman
itu tersedia bagi tiap-tiap orang (Rm. 10:17).[7]
Ada dua bentuk
tentang Firman Allah, yaitu Firman Allah yang tertulis atau yang disebut
Alkitab atau Kitab Suci (2Tim. 3:15), dan Firman Allah yang hidup
yaitu Yesus Kristus (Yoh. 1:1, 14). Untuk Firman Allah yang tertulis
(Alkitab/Kitab Suci), setiap orang percaya atau Kristen harus rajin dan tekun
mendengar, membaca, menghafal dan menyimpannya dalam hati, serta merenungkan
Firman itu siang dan malam, yang pada akhirnya menjadi pelaku Firman dalam
hidupnya. Sebab dengan langkah ini, di
dalam diri seseorang akan timbul iman, bertumbuh dan akan menghasilkan iman
yang besar, dewasa dan kuat.
Sedangkan untuk
Firman Allah yang hidup (Yesus Kristus),
setiap orang percaya atau Kristen harus memberi pengakuan dan percaya kepada-Nya dengan iman yang
tulus. Orang percaya atau Kristen harus menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan
dan Juruselamat secara pribadi dalam hidupnya, dan menjalin persekutuan yang
intim dengan-Nya
melalui doa. Berdoa dan Firman Allah adalah cara untuk meningkatkan iman.
Jikalau seseorang rindu untuk mendapatkan iman yang lebih kuat, haruslah iman
yang ada padanya ditingkatkan dengan
jalan percaya yang sungguh-sungguh kepada Yesus Kristus dan Firman-Nya sebagai dasar
utama imannya. Satu-satunya kebutuhan kita adalah tetap hidup oleh iman,
menjadi kuat dan teguh, tidak melepaskan apa yang kita terima dan tidak
menjauhkan diri dari Yesus.[8] Apabila setiap
orang Kristen benar-benar memiliki dasar iman, maka hidupnya tidak akan mudah
digoyahkan oleh berbagai ajaran dan filsafat dunia yang menyesatkan dalam
situasi dan kondisi apapun.
Setelah
membangun dasar iman dalam Yesus Kristus, maka pengajaran tentang iman dan penderitaan harus dipahami dengan benar
karena keduanya adalah anugerah yang Allah berikan dalam satu paket (tidak bisa
memilih salah satu). Apabila seseorang menolak penderitaan karena Kristus, maka
ia tidak memiliki iman yang benar. Anda tidak bisa menjadi orang Kristen yang
kuat, kokoh, teguh, dewasa dan berbuah tanpa pengajaran yang kuat dan benar.
Ajaran sangat penting. Tanpa pengajaran yang benar, anda tidak punya iman yang
benar[9]Kalau orang
Kristen taat melakukan pengajaran yang benar sesuai Firman-Nya, orang tersebut
akan memiliki iman yang sejati.
Iman yang sejati selalu membawa
ke arah ketaatan kehendak Allah. Nuh percaya akan Allah dan membuktikannya
dengan taat kepada Allah dan membuat bahtera. Abraham percaya kepada Allah dan
membuktikannya dengan meninggalkan negara asalnya dan pergi ke tanah yang tidak
dikenal.[10]
Yesus berkata
bahwa orang yang mendengar dan melakukan perkataan atau firman-Nya, ia sama
dengan orang yang bijaksana yang mendirikan rumahnya di atas batu, kemudian
hujan turun dan banjir datang, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu
tidak roboh. Tetap kuat sebab didirikan di atas batu.
Posting Komentar untuk "Makna Pertumbuhan Iman Dalam Kehidupan Orang Percaya"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.