Memberi Dalam 2 Korintus 9:6-12 – Pemahaman Memberi di dalam Alkitab
Memberi Dalam 2 Korintus 9:6-12
Pengajaran menurut kamus Besar Bahasa Indonesia
berasal dari kata dasar ajar yang merupakan kata benda yang memiliki arti
petunjuk yang di berikan kepada orang supaya di ketahui.[1]
Sedangkan menurut Sulaiman Masri pengajaran merupakan proses kompleks yang
dipengaruhi oleh berbagai unsur termasuk kualitas pengajaran, kecerdasan, bakat
dan minat siswa serta pengaruh motivasi, lingkungan sekolah, rumah dan dorongan
orang tua terhadap siswa. Jadi pengajaran adalah suatu proses memberikan
pelajaran dari seorang guru kepada muridnya supaya murid itu mengerti dan dapat
memahami sehingga ada perubahan pola berpikir didalam kehidupannya.
Memberi dengan Sukarela
Orang-orang Kristen dan
gereja-gereja Tuhan harus memberi tanpa paksaan. Tanpa paksaan berarti memberi
dengan sukarela, orang Kristen memiliki kebebasan untuk melakukan “pemberian
yang dipaksakan” (2 Kor. 9:5c). Memang benar bahwa orang-orang Kristen harus
memberi dengan sukarela dan mempunyai kebebasan untuk memberi. Memberi soal
kerelaan. Kebebasan untuk memberi itu ada dua arah: pertama, orang-orang
Kristen bebas untuk memberi sedikit. Kedua, orang-orang Kristen bebas untuk
memberi banyak. Dan orang-orang Kristen sering memanfaatkan kebebasan untuk
memberi sedikit. Memang orang Kristen bebas untuk memberi sedikit dan orang
Kristen selalu menyalahgunakan dan memiliki paradigma yang salah dengan
menyebutkan persembahan seorang janda miskin (Mrk. 12:41-44). Janda tersebut
hanya memberikan dua peser, janda itu tidak memberikan sedikit melainkan telah
memberi “semua yang ada padanya”, setelah janda itu memberikannya, janda itu
tidak memilki apa-apa lagi dan tinggal menunggu ajalnya.
Dalam kaitannya dengan memberi
sedikit atau banyak, berikut penuturan Ruth F. Selan:
Sedikit adalah bagian dari banyak, kita mengenal sedikit karena kita lebih dahulu mengenal banyak, jika yang banyak itu kita berikan semuanya, maka kita telah memberi banyak dan seluruhnya. Jika kita memberi sedikit, berarti yang sisa masih banyak. Jika kita memberi lebih banyak berarti sisanya sedikit.[2]
Dalam 2 Korintus 9:6 Paulus
mengingatkan tentang dampak dari pemberian kita, yakni yang memberi sedikit
akan menuai sedikit demikian pula sebaliknya, yang memberi banyak akan menuai
banyak juga. Kehidupan jemaat di Korintus yang miskin namun mereka mau memberi
dengan sukarela untuk membantu orang lain. Rasul Paulus berkata:
“Saudara-saudara kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih Karunia
yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia, selagi dicobai dengan
berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka
sangat miskin namun mereka kaya dalam kemurahan”.
Paulus berkata tentang
persembahan kasih itu yang dipraktikkan oleh orang-orang Kristen di
Makedonia.memberi dengan kerelaan hati yang nyata. Orang-orang ini memberi
bukan oleh karena mereka mempunyai kelebihan uang. Mereka hidup dalam
penderitaan dan termasuk kategori orang miskin. Orang miskin tidak tahu apa
yang akan dimakan esok hari, mereka tidak mempunyai simpanan untuk hari esok,
namun ketika mereka mendengan tentang keadaan orang Kristen di Yerusalem yang sedang
dilanda bahaya kelaparan, mereka meminta kepada Rasul Paulus agar mereka
diperbolehkan mengambil bagian dalam pelayanan kasih.
Hati orang-orang Kristen
Makedonia ini mengasihi Allah, kasih itu dinyatakan dengan pelayanan kasih,
meskipun mereka sendiri memerlukan uang untuk dapat bertahan dalam keadaan
hidup yang sulit. Mereka dengan rela hati menyisihkan satu bagian untuk mempersembahkan kepada orang-orang
Kristen di Yerusalem, masing-masing mereka memberi dengan kerelaan hati. Dasar
yang mereka pakai adalah memberi dengan kemampuan mereka. Kemampuan itu bukan
hasil pertimbangan otak mereka dengan memakai prinsip untung rugi. Kemampuan
mereka didasarkan kepada pandangan bahwa
inilah suatu kasih karunia Allah yang diberikan kepada mereka untuk menyalurkan
berkat-berkat Allah kepada orang lain yang membutuhkan. Paulus mengemukakan
dalam melakukan pelayanan kasih dengan mempersembahkan sebanyak mungkin yang
dapat dipersembahka bukan akan menjadi miskin, justru sebaliknya akan menjadi
kaya dan bertumbuh dalam iman.
Rasul Paulus menasihatkan
orang-orang Makedonia menyerahkan diri mereka yakni mereka memperhatikan dan
berpartisipasi pada pekerjaan Tuhan. Orang-orang Makedonia mendengar berita
tentang keadaan orang Kristen di Yerusalem yang sedang menghadapi bencana
kelaparan. Di sini Paulus memberitakan bahwa orang-orang Kristen adalah anggota
dari satu tubuh, yakni tubuh Kristus. Para anggota harus memperhatikan dan
membela serta menolong anggota-anggota lainnya. Pelayanan kasih ini dinyatakan
seabgai hal yang Allah kehendaki dari orang-orang yang sudah menjadi anak-anak
Allah.
Didalam Filipi 4:15 Rasul Paulus
berkata bahwa pada waktu ia meninggalkan Makedonia, hanya satu gereja yang
memberi untuk pelayanan yaitu gereja di Filipi. Dalam ayat 16 Paulus mengatakan
bawah sewaktu ia berada di Tesalonika, orang-orang Filipi sekali lagi memberi
kepada mereka yang memerlukan bantuan. Orang-orang Filipi meyakini bahwa Allah
akan mencukupi semua kebutuhan mereka dengan alasan yang sama seperti Allah
akan mencukupi semua kebutuhan orang-orang Filipi, yaitu karena mereka memberi
dengan kerelaan hati, jika orang percaya menabur benih-benih memberi maka Allah
sendiri akan mencukupi seluruh kebutuhannya dan orang percaya memberi dengan benar
karena orang percaya akan telah diberkati Allah .
Dalam Perjanjian Lamapun ternyata
sudah ada kebiasaan tentang pemberian dengan sukarela. Orang Israel membawa
persembahan sukrarela disamping korban-korban yang lain. Korban sukarela itu
berupa lembu, kambing, domba. (Bil. 15:3), perak dan emas bagi rumah Allah dan
pujian-ujian kepada Tuhan (Mzm. 116:100). Korban ini diberikan dalam keadaan
yang bebas dari sesuatu tekanan atau keadaan yang memaksa. Dengan penuh syukur
kepada Tuhan, dengan sukarela memberikan persembahan yang ekstra kepada Allah.
Dalam Kejadian 12; Abraham membawa persembahan persepuluhan dengan sukarela.
Korban persembahan yang pertama kepada Allah dalam Alkitab diberikan oleh Kain
dan Habel, mereka memberikan persembahan dengan sukarela.
Pemberian sukarela ditujukan
kepada Tuhan dan dipersembahkan secara pribadi, sebagai suatu tanggapan dalam
bentuk kasih dan pengorbanan. Pemberian sukarela ini berasal dari satu hati
yang dengan rela memberi. Tuhan sendiri yang menggerakan dan mendorong hati
mereka untuk memberi dengan sukarela. Terkait dengan hal ini H.L Senduk mengatakan:
“Korban sukarela ini hanya terjadi oleh gerakan atau dorongan Roh Kudus dalam
hati orang percaya, yang mau menyatakan rasa syukurnya kepada Tuhan.”[3]
Segenap bangsa Israel, baik
laki-laki maupun perempuan, yang terdorong hatinya membawa sesuatu untuk segala
pekerjaan yang diperintahkan Tuhan dan mereka membawa dengan sukarela bagi
Tuhan (Kel. 35:20, 29). Kepada jemaat Korintus Rasul Paulus menasihatkan agar
kita memberi dengan kerelaan hati, jangan dengan sedih hati atau karena
terpaksa sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukarela.
Ada beberapa hal yang dapat dipetik dari memberi dengan sukarela yaitu pertama, memberi dengan kerelaan dan kemurahan hati itu berarti menomorsatukan Tuhan lebih dari pada kepentingan diri sendiri, dengan demikian orang Kristen taat kepada Firman-Nya dan ketaatan ini membuat Tuhan memberkati mereka. Kedua, memberi dengan kerelaan itu menunjukkan bahwa mereka memercayai Allah, tingkat pemberian mereka merupakan sebuah tanda yang jelas dari kemerdekaan orang Kristen terhadap rasa takut, kemerdekaan dari rasa takut selalu merupakan berkat. Ketiga, dengan memberi dengan kerelaan hati, maka orang Kristen terlindung dari perangkap keserakahan dan ketamakan. Terakhir orang Kristen diberkati karena semakin orang Kristen memberi kepada Allah, semakin terbuka saluran bagi Allah sehingga mereka menerima dengan berlimpah-limpah. Sebaliknya bila mereka menahan pemberian, maka semuanya sedang menahan berkat yang Allah ingin berikan kepada mereka. Penerima yang begitu diidam-idamkan oleh kebanyakan orang sesungguhnya timbul sebagai akibat sebagai pemberian, inilah salah satu alasan mengapa Yesus mengatakan bahwa adalah lebih diberkati memberi daripada menerima, karena melalu pemberian pasti akan menerima.
Memberi Dengan Sukacita
Dalam 2 Korintus 9:7 kata
sukacita dalam bahasa Yunani ἱλαρὸν (hilarón) yang berarti sangat ramai, penuh gembira. Inilah cara
memberi yang Allah inginkan dari orang Kristen bukan memberi dengan setengah
hati tetapi memberi dengan sangat gembira. Allah ingin orang Kristen memiliki
kesukacitaan dalam memberi “Hendakalah masing-masing memberi menurut kerelaan
hatinya, jangan dengan setengah hati atau karena terpaksa, sebab Allah
mengasihi orang-orang yang memberi dengan sukacita” (2 Kor. 9:7).
Dalam ayat 7 dikatakan bahwa
Allah tidak menginginkan orang Kristen memberi dengan setengah hati, atau
karena merasa sebagai suatu keharusan. Seringkali orang Kristen memberi dengan
cara demikian dan orang Kristen memberi karena takut, karena merasa wajib dan
juga memberikan uang dengan perhitungan dan menyesal akan apa yang telah ia
berikan.
Banyak
orang Kristen yang menganggap pemberian mereka lebih sebagai suatu kewajiban
daripada sebagai benih yang ditaburkan. Orang-orang Kristen melupakan kebenaran
firman Tuhan, bahwa Allah memberkati pemberi-pemberi yang memberi dengan sukacita,
bukan pemberi yang memberi dengan setengah hati.
Pemberian
yang berkenan dihadapan Tuhan adalah memberi dengan sukacita dan kerelaan hati,
alasan untuk bersukacita karena hal itu merupakan kesempatan untuk memberi
kepada Tuhan. Hasil dari pemberian tersebut melimpahnya kasih karunia Allah,
berkecukupan dalam segala sesuatu, berkelebihan dalam kebajikan, menumbuhkan
buah-buah kebenaran. Diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, membangkitkan
rasa syukur kepada Allah, dan mencukupkan keperluan orang Kristen.
Dalam
2 Korintus 8:2 tertulis bahwa jemaat Makedonia walaupun dicobai dengan berat
dalam pelbagai penderitaan, namun sukacita mereka meluap-luap. Pencobaan
terhadap iman mereka tidak sanggup merampas dan meredamkan sukacita mereka
dalam hal memberi. Kekayaan jika dipandang dari iman adalah salah satu cara
untuk di pakai bagi kemuliaan Tuhan. Ruth Selan mengatakan bahwa: “Pelayanan
harta benda adalah bagian dari ibadah kita kepada Tuhan.”[4] Allah
menghormati bila orang Kristen mempersembahkan harta miliknya kepada Tuhan,
Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Kor. 9:7).
Dalam
2 Korintus 9:5 pemberian mereka disebut dengan ‘kemurahan atau berkat’.
Pemberian itu tidak boleh diberikan dalam paksaan atau dengan sedih hati.
Pemberian itu harus diberikan dengan sukacita sebagai ‘berkat’.
Memberi
menurut apa yang diperoleh berarti memberi persepuluhan dalam jumlah terkecil
dari apa yang kita peroleh kepada Tuhan. Setiap orang semestinya memberi
menurut apa yang diperolehnya, yaitu seperti yang dinyatakan Tuhan kepadanya
dan juga harus memberi dengan sukarela, sukacita, dan tidak menyayangkan uang
itu. Jika sayang kepada uang yang diberikannya, itu bukan pemberian.[5] Tuhan mengasihi
orang yang memberi dengan sukacita an kerelaaan hati. Allah sanggup melimpahkan
segala kasih karunia kepada umatnya supaya orang Kristen senantiasa
berkecukupan dalam segala sesuatu dan malahan berkelebihan dalam berbagai
kebajikan (2 Kor. 9:8). Paulus mengingatkan jemaat di Korintus supaya memberi
dengan sukacita kepada Tuhan maupun kepada orang-orang Kristen lainnya.
Posting Komentar untuk "Memberi Dalam 2 Korintus 9:6-12 – Pemahaman Memberi di dalam Alkitab"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.