Mengenal dan Penyebab LGBT (Lesbian, gay, biseksual, dan transgender)
Isu LGBT kian ramai diperbincangkan seolah ini ancaman yang dulu tidak ada dan sekarang ada. Padahal isu LGBT telah ada sejak zaman Sodom dan Gomora. Isu ketertarikan sejenis maupun perilaku homoseksual hanyalah salah satu dosa seksual, bukan satu-satunya dan juga bukan yang terbesar, juga bukan yang terberat. Mari kita mengenali LGBT, memandangnya secara proporsional, dan mengusahakan pemulihannya.
Istilah
LGBT sangat banyak digunakan untuk penunjukan diri atau identitas. Istilah ini
juga diterapkan oleh mayoritas kelompok dan media di Amerika Serikat serta
beberapa negara berbahasa Inggris lainnya. Tidak semua kelompok setuju dengan
akronim ini. Beberapa orang menyatakan bahwa pergerakan transgender berbeda
dengan pergerakan kaum LGB dan perlu dipisahkan. Juga ada yang tidak peduli.
Akronim LGBT merupakan sebuah usaha untuk mengategorikan berbagai kelompok
dalam satu area dan menandai perjuangan untuk kesetaraan. Di sisi lain, muncul
juga LBGTQI. Q = Queer: untuk orang yang masih belum yakin dengan identitas
seksualnya. Interseks: Kaum interseks juga ingin dimasukkan ke dalam kelompok
LGBT. Interseks adalah variasi karakteristik kelamin yang membuat seseorang
tidak dapat diidentifikasi sebagai laki-laki atau perempuan. Variasi ini
meliputi ambiguitas jenis kelamin dan kombinasi genotip kromosom dan fenotip
seksual selain XY (laki-laki) dan XX (perempuan).
LGBT
seperti tiba-tiba menjadi topik hangat di Indonesia sejak tahun 2015, tepatnya
sejak Mahkamah Agung (MA) Amerika Serikat mengesahkan pernikahan sesama jenis
pada tanggal 26 Juni 2015 di 50 negara bagian. Sebelumnya, pernikahan sesama
jenis hanya legal di 36 negara bagian. Melalui keputusan Mahkamah mencabut
larangan pernikahan sesama jenis yang diterapkan oleh 14 negara bagian.
Keputusan ini merupakan kemenangan bagi aktivis kaum gay yang selama ini
mengampanyekan pengesahan pernikahan. Pernikahan sesama jenis semakin mendapat
dukungan dari warganegara Amerika, terutama kaum muda. Hal ini tecermin dalam
survei yang menunjukkan bahwa 57 persen warga Amerika mendukung pernikahan
sesama jenis.
Sesungguhnya, legalisasi pernikahan sejenis sudah dilakukan belasan hingga puluhan tahun di negara-negara Eropa. Rupanya kita orang Indonesia sangat Amrik minded. Apa-apa yang terjadi di Amerika Serikat, kita tiru: makanan, film, lagu, gaya hidup termasuk pola relasi seks permisif, juga soal model gereja dan teologi. Akhirnya krisisnya juga kita tiru. Di Negara bagian tertentu di Amerika Serikat ada gereja yang ditutup karena tidak mau menikahkan kaum sesama jenis.
LGBT bisa dipisahkan dalam 2 kelompok:
1.
LGB
(Lesbian – Gay – Biseksual) itu berbicara tentang orientasi seksual atau
ketertarikan seksual.
2. T (Transgender) berbicara tentang
identitas seksual, sebagaimana KTP. Sesama laki-laki saling tertarik secara
seksual disebut kaum Gay, sementara bila ketertarikan itu di antara sesama
perempuan disebut Lesbian. Selain itu bila laki-laki tertarik secara seksual
kepada keduanya, dengan laki-laki dan perempuan, disebut Biseksual. Transgender
berbicara tentang identitas seksual, dengan kaum transgender ingin ada pilihan
ketiga dalam KTP: L (laki), P (perempuan), dan T (transgender). Penampilan
sebagai laki-laki tetapi jiwanya seorang perempuan, disebut waria atau
sebaliknya laki-laki tampil dalam tubuh perempuan. Kaum transgender biasanya
ingin operasi plastik misalnya dengan silicon dan lain-lain.
Kalau
kita mengikuti media pemberitaan nasional, tertangkap situasi kepanikan di
kalangan pemuka agama dan tokoh-tokoh sehingga berbagai forum membicarakan dan
ramai-ramai mengutuk LGBT. Sikap ini kurang proporsional. Jika kita membaca Kejadian
19:5, peristiwa Sodom dan Gomora, penduduk kota Sodom adalah pelaku sodomi.
Di Imamat 18, ada banyak larangan lain misalnya incest, hubungan seks
dengan binatang. Kita bisa menemukan bahwa perilaku seks sejenis merupakan
salah satu pergumulan seksual manusia sejak kejatuhan manusia. Keliru besar
jika beranggapan karena saya bukan LGBT, saya lebih bersih dan kudus. Anda
mungkin bukan LGBT, tapi bergumul dengan masturbasi, mengalami keterikatan
dengan pornografi, ya sama-sama berdosanya. Lewat pembahasan ini marilah kita
bersikap proporsional. Gereja dan orang tua Kristen harus memandang masalah
LGBT ini sesuatu yang serius, karena mereka berusaha memengaruhi orang lain
untuk menjadi anggota LGBT.
Disisi
lain, di Amerika Serikat terbongkar kasus prostitusi terselubung lewat dunia
maya yang menyingkap lebih dari seratus pemimpin gereja dan teolog yang
terkenal di tingkat dunia. Skandal-skandal seks para hamba Tuhan dan pelaku
pelayanan juga terjadi di Indonesia. Isu LGBT bukanlah isu terbesar
dibandingkan skandal seks yang merupakan fenomena gunung es ini.
Ada 3 penyebab ketertarikan sejenis yaitu :
- Cinta utuh kedua orang tua kandung tidak didapatkan oleh anak
- Pelecehan seksual di masa anak
- Pengaruh buruk lingkungan
PERTAMA:
Cinta utuh kedua orangtua kandung tidak didapat oleh anak (masa 0 – 12 tahun)
Cinta yang utuh memiliki dua sisi, yaitu sisi kasih sayang dan sisi arahan atau
disiplin.
Kasih sayang meliputi :
- Sentuhan sehat, misalnya dipeluk, dikecup, dibelai.
- Kebersamaan yang dirasakan anak. Orang tua menemani sehingga anak tidak merasa kesepian.
- Kata-kata peneguhan, misalnya "Kamu cantik", "Bapak bangga dengan kamu".
- Perawatan fisik, misalnya makanan diperhatikan, kebersihan badan, ketika sakit diperhatikan.
- Arahan dan disiplin termasuk batasan-batasan, termasuk pendidikan seks sesuai tahap perkembangan anak.
Firman
Tuhan dari Matius 9:13,
"Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah
belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil
orang benar, melainkan orang berdosa". Berita inilah yang perlu kita
terapkan dalam isu LGBT, bagian kita menyatakan belas kasihan lebih daripada
kita menghakimi dan menolak orang-orang yang bergumul dengan isu LGBT ini.
Seseorang
dapat terikat isu LGBT karena berbagai hal. Kekurangan cinta yang utuh dari
kedua orangtua pada masa nol – 12 tahun sangat besar pengaruhnya pada
pengembangan identitas seksual anak. Ditambah dengan pelecehan seksual pada
anak dan pengaruh buruk lingkungan, ketiga hal ini dapat menyebabkan seseorang
terikat LGBT di masa dewasanya
Penyebab ketertarikan sejenis yang pertama adalah karena anak tidak mendapat cinta yang utuh dari orangtua kandungnya khususnya di masa nol – 12 tahun tahap perkembangannya. Mengapa cinta yang utuh dari orangtua kandung sangat penting didapatkan anak pada masa ini ? Karena masa nol – 12 tahun merupakan tahap perkembangan identitas seksual, yang dijelaskan sebagai berikut:
- 0 – 2 tahun : tahap keberadaan diri. Keberadaan ibu secara konsisten membentuk kelekatan. Anak akan merasa dicintai, dilindungi, eksis (aku ada). Membentuk rasa aman tingkat dasar pada anak.
- 2 – 4 tahun : tahap kemandirian, anak diteguhkan oleh ayah untuk berani dan aman sehingga anak merasa aman dengan ayah dan lingkungan sekitar, bisa lepas dari dari pelukan ibunya. Anak merasa aman tingkat yang paling dasar.
- 4 – 6 tahun : tahap terbentuknya identitas seksual lewat interaksi dengan orang tua sejenis. Anak laki dengan ayah, anak perempuan dengan ibunya. Sangat disayangkan bila ayah tidak hadir pada usia balita ini.
- 6 – 12 tahun : tahap ikatan teman sebaya yang sejenis. Peran ayah dan ibu penting, dijabarkan dalam relasi dengan teman sebaya. Bila 3 tahap sebelumnya bisa dilewati dengan baik, maka tahap ini akan terjadi secara alamiah. Apa yang sudah dia pelajari, imitasi, identifikasi, tiru dari keseharian bergaul dengan ayah bagi anak laki-laki atau keseharian bergaul dengan ibu bagi anak perempuan, maka dia implementasikan dalam relasi sebaya. Bagaimana sesama laki-laki berbeda pendapat, bekerja sama, bersahabat, bagaimana menyelesaikan konflik sebagai lelaki. Yang anak perempuan juga begitu. Suka main boneka, main plastisin, suka dengan keindahan dan kerajinan, penampilan dengan rok.
Pada
masa nol – 12 tahun kehadiran ayah dan ibu betul-betul sangat dibutuhkan supaya
menjadi model buat anak-anak mereka, supaya wanita menjadi wanita, pria menjadi
pria.
Pada masa remaja, anak
perlu peneguhan dari orang tua lawan jenis. Anak laki-laki perlu peneguhan dari
ibu, anak perempuan perlu peneguhan dari ayah. Orangtua jangan mengacaukan
identitas seksual anak, misalnya dengan melarang anak perempuannya memakai rok.
Cinta yang utuh, yang telah dibahas sebelum ini, sangat menentukan, karena
orang tua sudah mengajari, "Ini yang benar. Yang ini keliru. Pornografi
itu salah." dan lain-lain. Edukasi seks juga termasuk dalam bagian cinta
yang utuh dari orangtua kandung.
Penyebab
ketertarikan sejenis yang kedua adalah pelecehan seksual. Kalau anak mengalami
pelecehan seksual, karena telah mendapatkan cinta yang utuh, yang sudah, sedang
dan akan diterima terus, maka pelecehan seksual dapat dipulihan dari
dampak-dampak traumanya asalkan orang tua mendampingi dengan konsisten. Penyebab ketertarikan sejenis yang
ketiga adalah pengaruh buruk lingkungan. Faktor ini paling digembar-gemborkan
oleh mereka yang anti LGBT. Cara menangkalnya yang utama adalah dengan cinta
utuh yang dialami oleh anak.
Bagi
yang telah jatuh ke dalam cinta sejenis, secara medis hampir tidak mungkin untuk
disembuhkan atau dipulihkan. Maksudnya mereka yang usia remaja atau dewasa awal
sulit untuk bisa hilang sama sekali rasa ketertarikannya. Ada 2 kemungkinan,
yaitu baru sebatas ketertarikan seksual atau sudah melakukan perilaku seks
sejenis, apabila belum telanjur masih bisa dipulihkan.
Firman
Tuhan dari Efesus 6:4 bunyinya, "Dan kamu bapa-bapa, janganlah
bangkitkan amarah di hati anak-anakmu. Tetapi didiklah mereka di dalam ajaran
dan nasehat Tuhan." Para
orang tua, kerjakan bagian kita sejak anak berusia dini, konsisten sampai anak
usia remaja maka kita akan melihat anak-anak yang diberkati.
Posting Komentar untuk "Mengenal dan Penyebab LGBT (Lesbian, gay, biseksual, dan transgender) "
Berkomentar yg membangun dan memberkati.