Mezbah Keluarga Dalam Alkitab - Mezbah Orang Percaya
Mezbah
Keluarga Dalam Alkitab
Mezbah
keluarga yang juga sering dikenal dengan sebutan ibadah keluarga, adalah bukan
sebuah hal yang asing didalam Alkitab. Ada banyak tokoh didalam Alkitab telah mempraktekkan
apa yang saat ini dapat diidentifikasikan sebagai mezbah keluarga, baik dalam
masa Perjanjian Lama maupun masa Perjanjian Baru.
Dalam
Perjanjian Lama
Sejak
awal Allah menginginkan adanya persekutuan dengan umat-Nya, baik itu secara
pribadi lepas pribadi maupun secara kolektif. Oleh karenanya Allah membentuk pernikahan
yang kemudian menjadi sebuah lembaga keluarga, agar persekutuan yang erat
dengan Allah dapat terbentuk pula melalui lembaga yang paling mendasar ini,
sehingga nama Allah dipermuliakan didalamnya. Beberapa contoh pelaksanaan mezbah
keluarga didalam kehidupan umat Allah
selama era Perjanjian Lama adalah antara lain sebagai berikut:
Adam dan Hawa
Pieter
Sakul mengatakan bahwa Adam dan Hawa, berdua mereka bersekutu dengan Allah di
taman Eden sebelum kejatuhan mereka dalam dosa. Hubungan yang harmonis diantara
Adam dan Hawa dengan Tuhan telah terbentuk melalui persekutuan yang mereka
bangun, dan Allah sangat menikmati persekutuan ini. Sampai akhirnya Adam dan
Hawa terjatuh kedalam dosa, mereka diusir keluar dari taman Eden, namun
demikian ibadah mereka kepada Allah tetap berlanjut.[1]
Dalam Kejadian 4:1b dikatakan demikian “Aku
telah mendapat seorang anak laki-laki atas pertolongan Tuhan.” Ini
menandakan bahwa hubungan antara manusia dengan Tuhannya tidak berakhir begitu
saja ketika manusia terjatuh dalam dosa, tetapi Allah berkenan tetap
memeliharakan mereka dan bahkan memberi berkat pada mereka. Walaupun Adam dan Hawa telah terjatuh dalam
dosa, namun sebenarnya Allah masih mengasihi mereka, karena terbukti mereka
masih diijinkan untuk beribadah, dan mengajarkan pada anak-anak mereka untuk
beribadah kepada-Nya (Kej. 4:3-4). Persekutuan tetap terjalin, walaupun tidak
seindah pada saat sebelum kejatuhan manusia dalam dosa.
Nuh dan keluarganya
Selanjutnya
dalam era Nuh, yang telah membawa seluruh keluarganya hidup berkenan dihadapan
Allah. Ketika air bah telah surut, Nuh bersama-sama dengan anak-anaknya dan
isterinya dan isteri anak-anaknya keluar dari bahtera itu, lalu mendirikan
mezbah bagi Tuhan. Dan ketika Tuhan mencium persembahan yang harum itu, yang
dinaikkan oleh Nuh beserta seluruh keluarganya, Tuhan berkenan kepada Nuh atas
persembahan dan ibadahnya tersebut.[2]
Ibadah yang dilakukan oleh Nuh beserta keluarganya ini dapat disebut sebagai
tonggak penanda baru riwayat pemeliharaan Tuhan atas umat manusia. Dan keluarga
Nuh yang beribadah dan berkenan dihadapan-Nya telah terpilih untuk menjadi
jalan bagi kelangsungan keberadaan manusia (Kej.9:8-9).
Keluarga Israel pada jaman
Musa
Ketika
bangsa Israel hendak keluar dari tanah Mesir, Allah memberi perintah agar umat
Israel beribadah dengan menyembelih korban paskah. Dengan demikian paskah
pertama dimulai dalam ruang lingkup keluarga, seperti yang tertulis dalam kitab
Keluaran pasal 12.[3] Dan
mezbah keluarga yang diadakan oleh seluruh bangsa Israel ini, sekali lagi
dipakai Tuhan sebagai penanda pemeliharaan Tuhan atas umat-Nya, karena tak
satupun anak sulung bangsa Israel mati pada peristiwa itu, sehingga kemuliaan Tuhan
dinyatakan melalui mezbah keluarga ini.
Demikian
pula bangsa Israel sejak jaman Keluaran, juga telah melaksanakan mezbah keluarga,
yang terbukti dari perintah Allah untuk mengajarkan Firman Tuhan dari generasi
ke generasi, keturunan demi keturunan, dalam setiap waktu yang memungkinkan,
baik di rumah maupun dalam perjalanan, dalam ibadah dan pengajaran seperti yang
tertulis didalam kitab Ulangan 6:1-13.[4]
Ini membuktikan bahwa sebenarnya pelaksanaan mezbah keluarga adalah bukan
sekedar saran belaka, tetapi adalah suatu perintah dari Tuhan bagi setiap orang
percaya.
Dan
kemudian juga ditegaskan oleh pernyataan Yosua dalam kitab Yosua 24:15. Dengan
tegas Yosua berkata “Tetapi aku dan seisi
rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” Sebuah tekad dan kemantapan
iman yang tidak bisa ditawar-tawar dari seorang kepala keluarga yang mengetahui
dengan jelas tanggung jawabnya untuk memimpin seisi keluarganya, untuk setia
beribadah kepada Tuhan yang hidup.
Dalam
Perjanjian Baru
Nilai
ibadah keluarga sangat besar artinya. Selama beratus-ratus tahun, banyak orang
yang saleh hidupnya telah membuktikan pengaruh ibadah keluarga didalam
kehidupan mereka.[5] Dalam
era Perjanjian Baru sebagai salah satu contohnya, banyak keluarga telah
mendapatkan berkat yang luar biasa melalui pelaksanaan mezbah keluarga dalam
kehidupan mereka, seperti sebagai berikut:
Jemaat mula-mula di
Yerusalem
Setelah
peristiwa pentakosta atau turunnya Roh Kudus di kota Yerusalem, dan setelah
khotbah Petrus, sebanyak 3000 orang menjadi percaya dan memberi diri mereka
dibaptis. Mereka yang menjadi percaya ini bertekun dalam pengajaran rasul-rasul
dan dalam persekutuan. Persekutuan-persekutuan ini mereka lakukan baik di Bait
Allah secara bersama-sama, maupun dalam rumah mereka masing-masing dalam sebuah
persekutuan keluarga seperti yang tertulis didalam Kisah Para Rasul 2:46.[6]
Dan bertolak dari persekutuan didalam wadah keluarga ini, terbukti dikemudian
hari kerohanian orang percaya dibangun, sehingga pertumbuhan jumlah orang
percaya meningkat dengan begitu pesatnya, didalam situasi yang terburuk
sekalipun pada masa itu.
Keluarga Kornelius
Meneladani
kehidupan ibadah orangYahudi, Kornelius seorang perwira pasukan yang disebut
pasukan Italia yang tinggal di kota Kaisarea, ia beserta keluarganya juga telah
menyelenggarakan mezbah keluarga didalam kehidupan mereka, seperti yang
tertulis didalam Kisah Para Rasul 10:1-2 demikian:
Di Kaisarea ada seorang yang bernama
Kornelius, seorang perwira pasukan yang disebut pasukan Italia. Ia saleh, ia
serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat
Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah.
Walaupun
Kornelius dan keluarganya bukanlah orang Yahudi, namun Kornelius beserta seisi
rumahnya takut dan senantiasa berdoa kepada Allah orang Yahudi. Agaknya
Kornelius telah menaruh minat pada Yudaisme, bahkan telah menjadi penganutnya,
walaupun belum secara sah masuk menjadi anggotanya, karena aturan-aturan yang
didasari eksklusifitas Yudaisme yang masih menghalangi. Ia dianggap mewakili sebagian
orang bukan Yahudi pada masa itu yang sedang berusaha mencari kebenaran yang
hakiki, seperti disebutkan dalam penjelasan Alkitab Sabda sebagai berikut:
Pada kurun waktu pemerintahan Yunani-Romawi, jumlah orang yg masuk agama Yahudi menjadi banyak sekali. Sekalipun non-Yahudi benci kepada sunat, sabat-sabat dan larangan makan daging babi, namun moralitas dan monoteisme Yahudi menarik beberapa dari antara mereka. Ada orang yg menerima ajaran, sunat dan baptisan, lalu mempersembahkan korban di Bait Suci. Ada juga orang lain yg mengagumi agama Yahudi, tapi tidak dapat menanggapi seluruh tuntutannya. Mereka berbakti dan belajar di sinagoge, namun tetap tidak disunat, seperti simpatisan agama Kristen yg tidak mengambil bagian dalam perjamuan kudus.[7]
Pada
akhirnya Kuasa Ilahi menuntun Petrus kepada Kornelius, sehingga melalui khotbah
Petrus, Kornelius beserta keluarganya menjadi percaya dan dibaptis dalam nama
Yesus Kristus.[8] Hal
ini menunjukkan bahwa mezbah keluarga tidak hanya dilakukan oleh keluarga
Yahudi saja, namun juga dilakukan oleh keluarga non Yahudi, seperti halnya yang
terjadi pada keluarga Kornelius. Penerapan mezbah keluarga ini, akan membawa
kehidupan sebuah keluarga semakin saleh dan semakin dekat pada Tuhan. Namun
demikian, perlu diingat bahwa semua ini dapat terjadi pada keluarga Kornelius,
hanya karena anugerah, yang diwujudkan melalui peran aktif Roh Kudus dalam
melahirbarukan Kornelius beserta seluruh keluarganya.
Jemaat Dalam Kisah
Para Rasul 12
Persekutuan
diantara dua atau tiga orang dalam nama-Nya ini dapat pula berarti persekutuan
diantara sesama saudara didalam Kristus, seperti tertulis dalam Efesus 2:19-20
yang menjelaskan demikian :
Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
Dengan demikian
jemaat Allah yang tersebut dalam Kisah Para Rasul 12:5, yang diceritakan sedang
mendoakan Petrus yang sedang berada didalam penjara, mereka juga adalah
keluarga dalam konteks dipersatukan didalam Kristus yang mana juga merupakan
contoh penerapan praktis dari Matius 18:20.
Pentingnya Mezbah Keluarga Dalam Kehidupan Orang Percaya
[1] Pieter Sakul, Buku Pedoman Katekesasi Pernikahan
(Surabaya: Sinode Gereja Kristen Abdiel, 2005), 12
[2] Sakul, Buku Pedoman Katekesasi Pernikahan, 12
[3] Marulak Pasaribu, Pernikahan dan Keluarga Kristen (Batu:
Departemen Literatur YPPII), 124
[4] Sakul, Buku Pedoman Katekesasi Pernikahan, 12
[5] Narramore, Mengadakan Renungan Keluarga, 7
[6] Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru (Malang: Gandum
Mas, 1997), 296
[7] ANUT, PENGANUT AGAMA YAHUDI [ensiklopedia], Yayasan Lembaga Sabda -
Alkitab Sabda Online. http://alkitab.sabda.org
[8] Tenney, Survei Perjanjian Baru, 308
Posting Komentar untuk "Mezbah Keluarga Dalam Alkitab - Mezbah Orang Percaya"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.