Pandangan Kepercayaan Keselamatan Menurut Agama Hindu
Hindu
Agama Hindu
disebut sebagai “agama tertua” di dunia yang masih bertahan hingga kini. Pada
awalnya, agama Hindu bukanlah suatu agama, melainkan sejumlah agama-agama yang
serupa secara garis besar.
Oleh para pemelukknya di India, agama Hindu disebut Sanatana
Hharma, artinya agama yang kekal. Sebab para agama Hindu yakni bahwa
agamanya ini tidak terikat oleh zaman. Agama Hindu juga disebut sebagai Waidika
Dharma, artinya agama Weda.[1]
Pada jaman Weda
Samhita kelepasan bergantung pada anugerah dewa, sehingga untuk itu
dipersembahkanlah kurban-kurban bagi para dewa. Akan tetapi pada jaman
Brahmana, penekanan lebih dititikberatkan pada kurban, oleh kerenanya
kebahagiaan maupun kesedihan ditentukan oleh kurba. Sedang pada jaman Upanisad
sudah muncul pemikiran bahwa kurban bukan satu-satunya jalan kelepasan, sebab
kurban bukan hanya berbicara tentang persembahan tetapi tiap perbuatan adalah
kurban juga. Hidup yang baik akan mengahasilkan buah yang baik, dan dengan
demikian timbullah ajaran tentang karma.
Sekalipun
benih-benih ajaran tentang keselamatan atau kelepasan yang diperoleh melalui
amalan-amalan sudah dikemukkan di dalam Upanisad, tetapi ajaran kelepasan yang
lebih menonjol pada jaman ini adalah dengan jalan pengetahuan (jnana). Sebab
perbuatan baik dan amalan, bagaimanapun baik, masih menjadikan orang terlahir
kembali, maka jalan kelepasan yang lebih jitu adalah melalui pengetahuan bahwa
Atman adalah Brahmana. Pengetahuan ini memberi keyakinan bahwa apa yang nyata hanyalah Brahmana, sehingga
segala sesuatu yang nampak adalah khayanalan belaka. Keyakinan ini akan membuat
orang hidup seperti tidak hidup, bekerja seperti tidak bekerja, dan seterusnya.
Sikap hidup ini akan membebaskan Atman dari segala aktifitas hidup, dan
akhirnya ketika mati Atmannya akan kembali kepada asalnya, yaitu Brahmana.[2]
Hindu
umumnya tidak merujuk kepada tujuan mereka sebagai "keselamatan."
Harapannya adalah untuk melepaskan diri dari siklus reinkarnasi dan eksistensi
material. istilah lain yang digunakan untuk itu. Apa pun yang berkaitan dengan
meninggalkan kehidupan material atau bergerak di luar itu biasanya dikatakan
"transendental." (Istilah ini digunakan berulang kali dalam
pengenalan kepada-Bhagavad gita.)[3]
Menurut Agama
Hindu konsep keselamatan adalah untuk semua. Tidak ada yang menyangkal
keselamatan. Bahkan jika tidak percaya pada Tuhan, ateis dan agnostik dapat
mencapai keselamatan. Status tidak perlu menjadi seorang Hindu untuk mencapai
keselamatan.
Keselamatan atau kelepesan dalam Hindu dapat diperoleh
dengan hasil usaha sendiri. Para dewa tidak sepenuhnya dapat menolong. Manusia
itu sendirilah yang harus menyelamatkan dirinya. Upaya yang dilakukan dengan
melalui Samadhi atau bertapa (yoga) kelepasan. Samadhi
atau yoga adalah untuk mengatasi segala
penderitaan dan kesulitan
hidup.[4]
Diuraikan
di atas bahwa harus ada sesuatu yang diperoleh dengan usaha atau mungkin dikatakan segala sesuatu yang harus
dikerjakan, dilakukan, diusahakan oleh manusia itu untuk dapat menyelamatkan
dirinya sendiri.
Dalam
agama hindu untuk mencapai keselamatan tidak perlu ada penerangan atau harus
diterangi hatinya. Untuk mendapatkan keselamatan itu harus dengan usaha mereka
sendiri melalui pengetahuan mereka (gnosis) dengan cara bertapa atau yoga, harapannya
adalah untuk melepaskan diri dari siklus reinkarnasi dan eksistensi material.
Kata
kunci untuk keselamatan dalam Hindu adalah moksha
atau mukti. Arti dari kata
tersebut adalah pergi, bebas dari, melepaskan, membebaskan. Secara positif,
kata tersebut memuat makna ketenangan, rasa aman, kepenuhan, dan kebahagiaan.
Sedangkan secara negatif berarti pelapasan dari keterikatan terhadap lingkaran
lahir kembali yang tidak mempunyai arti.[5] Karena
manusia terikat pada permainan hasrat dan egoisme karena ketidaktahuannya akan
hakikat sejati dari kenyataan, maka manusia terikat pada kelahiran kembali
terus menerus. Manusia harus dibebaskan dari keadaan ini agar ia sungguh
selamat.
Menurut
agama Hindu, ada tiga jalan keselamatan yakni jalan karya, jalan pengetahuan,
dan jalan cinta. Cinta yang sejati adalah yang memusatkan pada Tuhan saja
secara sempurna terlepas dan terbebas dari segalanya. Keselamatan dicapai
ketika jiwa manusia tidak lagi terikat pada dunia dan hasrat serta
ketidahtahuannya, namun bersatu secara abadi dengan Brahman serta dibebaskan
dari belenggu kelahiran kembali.[6]
[1] Tony TEDJO, mengenal
Agama Hindu, Buddha, Khong Hu Cu (Bandung:
Pionir Jaya, 2011), 15.
[2] Thio Donald
Sugiarto, Dikta Kuliah (Agama Hindu-Buddha) (Surabaya : STTII SURABAYA,
2018). 26-27.
[3] https://groups.google.com/forum/m/#!topic/soc.culture.indonesia/PxtC-VPuaa8, diakses tanggal 03 desember 2019.
[4] Khotimah, Agama Hindu dan ajaran-ajaranya (Pekanbaru: Daulat Riau, 2013), 62.
[5] Mariasusai Dhavamoni, Fenomenologi Agama (Yogyakarta : Kanisius, 1995), 301-306.
[6] Ibid, 308.
Posting Komentar untuk "Pandangan Kepercayaan Keselamatan Menurut Agama Hindu"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.