Pebedaan Keselamatan dan Anugerah Allah dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam Alkitab Kristen
Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru
Keselamatan meliputi segala
karya Allah, the master planning of God (suatu rencana Allah sejak awal).
Artinya, kematian Yesus Kristus karena dosa-dosa dunia bukanlah rencana B, atau
pun suatu yang ditambahkan ketika ciptaan menjadi kacau. Persediaan sudah
diadakan oleh hikmat Allah yang mengetahui segala sesuatu dari semula, bahkan
sebelum kejatuhan yang terjadi dalam taman Eden (Ef. 1:4), di dalam rencana
penyelamatan tersebut, Allah tidak pernah merencanakan atau memiliki tujuan
untuk membinasakan manusia kemudian Allah memilih orang-orang yang khusus untuk
diselamatkan dan menjadi bagian dalam kerajaanNya yang kekal. Allah telah
memberikan kepada manusia kehenadak bebas “Free Will” sehingga dapat
memilih mau mengikuti dan menaati kehendak Tuhan atau tidak. Kejatuhan dalam
dosa mengakibatkan manusia kehilaangan
kemuliaan Allah ( Roma 3:23) dan antara Allah dengan manusia memiliki
jurang pemisah, yakni dosa, upah dari pada dosa adalah maut (Roma 3:23) karena
Dia yang Maha pengasih maka, “ Allah sendiri yang mengambil inisiatif pengadaan
jalan keselamatan sebagaiman yang telah Ia janjikan dalam kejadian 3:15, sesaat
manusia jatuh didalam dosa dan janji itu disampaikan secara sepihak (unirateral))”.[1]
Salah satu sifat yang sangat
menonjol dalam kepribadian Allah adalah anugrah atau kasih karunia yang
merupakan inti dari kepercayaan kekristenan. Tanpa anugrah Allah ini, kehidupan
kekristenan tidak ada artinya, sia-sia belaka. Sehingga dengan konsep anugrah
ini, membedakan kekristenan kepercayaan Agama-agama lain. Inilah aspek pribadi
Allah yang harus dipahami apabila sesorang ingin memperoleh pengertian yang
benar tentang pengajaran Kristen, dimana Yesus adalah Wahyu yang tertinggi dari
Anugrah Allah dan kehidupan Kristen berpangkal pada Anugrah. Dengan tindakan
Allah membebaskan manusia dalam dosa, bukan seolah-olah memperbaiki hasil
karyaNya dan merasa gagal, namun ada alasan tertentu
Alkitab paling sedikit menunjukkan tiga alasan mengapa Allah berkehendak untuk menyelamatkan orang-orang berdosa. (1) hal ini merupakan perwujudan yang paling besar dan paling nyata dari kasih Allah (Yoh. 3:16),(2) keselamatan juga menunjukan karunia atau anugrah Allah yang kekal (Ef. 2:7), (3) Allah juga menghendaki suatu umat yang akan melakukan pekerjaan baik meskipun tidak sempurna, tentang Allah yang baik (Ef. 2:10).[2]
Ketika Allah mengambil
keputusan untuk membebaskan manusia dari dosa, tanpa dipengaruhi oleh situasi
atau keadaan dari apapun maupun dorongan dari luar, karena Dia adalah kasih,
maka wujud dari semuanya itu ialah mengorbankan diri Nya sendiri yang dinyatakan
di dalam Yesus Kristus, nama yang berkuasa yang oleh nya kita dapat
diselamatkan (Kis4:12). Yesus telah mengerjakan keselamatan tersebut, tetapi
manusia menerima keselamatan itu dengan jalan iman di dalam Kristus. Iman yang
benar adalah suatu keyakinan dan kepercayaan hati, bahwa Firman Allah adalah
pasti dan benar.
Defenisi
dan Etimologi
Defenisi dan etimologi adalah
hal yang sangat penting untuk dipahami sebelum melakukan pembahasan lebih jauh.
Pada bagian ini penulis membahas defenisi dan etimologi kata “Keselamatan” dan
“Anugerah” dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Di dalam Perjanjian Lama (PL)
Soteriologi atau keselamatan
dari akar kata: “Logos” Firman, sedangkan “Soteria” yakni: Deliverance
(Pembebasan/Kelepasan) atau preservation (Pemeliharaan, pengawetan, penjagaan).[3] Di dalam
Perjanjian Lama dapat dilihat dari kata-kata seperti “Yasa” yang berarti
“Kemerdekaan dari larangan-larangan dan ikatan-ikatan, melepaskan dari
kehancuran moral, dan memberikan kemenangan.[4] “Pada
mulanya kata itu berarti lebar atau luas, lawan dari kesempitan atau tindasan.
Dengan demikian, itu berarti kebebasan, pelepasan atau memberikan keluasan dan
kelapangan kepada sesuatu. Kadang-kadang pembebasan ini terjadi melalui
perantaraan manusia (Mis: melalui Hakim-Hakim, Hak. 2:18; 6:14; 8:22; 12:2;
atau Raja-Raja, 1 Sam. 23:2), dan kadang-kadang karena perbuatan Yahweh (Mzm.
20:7; 34:7; Yes. 61:10; Yeh. 37:23; Za. 3:4) kadang-kadang keselamatan itu
berlaku untuk seseorang (Mzm. 86:1-2)
dan kadang-kadang untuk suatu kelompok, yaitu suatu bangsa (Yesaya 12:2).
Di dalam Perjanjian Baru (PB)
Di dalam bahasa Yunani, kata
keselamatan berasal dari kata kerja “sozo” yang arti dasarnya ialah:
“menjadi sehat, menyembuhkan, menyelamatkan, mengawetkan”, dan dalam kaitannya
dengan manusia berarti: “menyelamatkan dari kematian atau mempertahankan
hidup.”[5] Tetapi
beberapa kali golongan “sozo” merupakan terjemahan dari “shalom”,
damai atau keutuhan, dan juga kata-kata yang sama awalnya. Jadi, keselamatan
dapat berarti perawatan, kesembuhan, pertolongan, penyelamatan, penebusan atau
kesejahtraan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pemeliharaan dari bahaya,
penyakit, ataupun kematian (Mat. 9:22; Kis. 27:20, 31-34; Ibr. 5:7). Tetapi
pemakaian Kristen yang penuh, berarti penyelamatan dari kematian kekal dan
pemberian hidup yang kekal kepada seseorang (Rm. 5:9; Ibr 7:25).
Pemakaian kata saja tidak
cukup untuk dapat memahami seluruh pernyataan Alkitab yang menyatakan tentang
keselamatan. Penulis memaparkan bagaimana Allah menyematkan umat manusia
melalui kasih karunia yang ada didalam Kristus, kematian Kristus di kayu salib
merupakan satu-satunya dasar bagi keselamatan itu (Kis. 4:12; Ibr. 5:9), dimana
keselamatan mempunyai aspek masa lampau yang terjadi pada saat kita percaya,
aspek masa kini, dan penyempurnaan dimasa yang akan datang.
Konsep
Anugerah dan Keselamatan
Alkitab mengajarkan bahwa
Allah telah menyediakan keselamatan melalui pribadi dan karya putra-Nya yang
disingkapkan didalam Perjanjian Lama dengan “Injil Pertama” yang disebut “Protoevangelion”
(Kej. 3:15). Sekalipun kejatuhan di dalam dosa mengakibatkan manusia kehilangan
kekudusan yang disebut “total Deprafiti” (Kehancuran total), dengan demikian
tujuan Allah untuk menyediakan keselamatan bagi umat manusia ditunjukan melalui
sisa-sisa pengetahuan akan Allah yang Ia biarkan tetap dimiliki.
Anugrah Di dalam Perjanjian
Lama
“Khen” memiliki
kata kerja Khanan, yang artinya “membongkok” dan “merendahkan diri” yang
meliputi pengertian menurunkan perhatian atau kasih. Secara umum, Khen mengandung
pengertian pembebasan dari kesulitan hidup sehari-hari. Secara khusus, Khen
memiliki pengertian pemberian yang cuma-cuma dari yang Superior pada yang
inferior, yaitu suatu yang disangka-sangka dan tidak ada kelayakan dari
penerimanya.
Istilah
Khen ini digunakan dalam beberapa bagian Alkitab untuk menggambarkan Kasih
Karunia Allah yang menakjubkan kepada manusia, misalnya terdapat dalam Keluaran
44:13, Keluaran 34:6-9, Yeremia 31:2, dan Zakaria 12:10. Pribadi Allah menuntut
keselamatan manusia. Satu sifat yang menonjol dari kepribadian Allah dalam
keselamatan adalah anugerah atau kasih karunia. Kepribadian Allah ini merupakan
sifat hakiki kepercayaan Kristiani.[6]
Jadi, Khen adalah pemberian
kasih karunia cuma-cuma dari Allah kepada manusia tanpa kelayakan dari manusia
itu sendiri untuk menerimanya. Dalam hal ini, Allah membungkuk, merendahkan
diri dengan memberikan kasih karunia kepada manusia yang tidak layak
mendaptkannya.
Kata “Khesed” memiliki
beberapa arti, yang pertama adalah perasaan yang dalam, yang kedua adalah
hubungan intim satu arah antara Allah dengan manusia. Apabila kedua pengertian
diatas digabungkan, maka didapatkan pengertian bahwa Anugerah Allah yang teguh,
tahan uji, dan kokoh. Jadi, ide pokok dari anugerah ini bukanlah kebaikan, melainkan
kesetiaan Allah yang menguasai hubungan ini. Jadi, Khesed adalah kasih
setia yang teguh antara perjanjian Allah dengan umatnya. Khesed-Nya adalah
sebagai jaminan yang kuat atas perjanjian-Nya.
Khesed/kasih
karunia adalah istilah anugerah Allah dalam PL lain, yang merupakan istilah
yang punya hubungan dengan istilah PB yaitu Kharis yang berarti
anugerah. Dalam pengertian istilah ini terkandung unsur perasaan yang dalam,
hubungan yang intim antara Allah dan manusia dalam rangka perorangan ataupun
kelompok karena perjanjian unilateral dan juga adanya unsur keteguhan, tahan
uji dan kokoh/kesetiaan.[7]
Kesimpulan: Berarti konsep
anugerah di dalam Perjanjian Lama sangat jelas ketika sebelum kejatuhan manusia
dalam dosa, dan kepada orang-orang beriman pada masa hukum taurat dan dalam
pekerjaan keselamatan dalam Perjanjian Lama. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada
dua macam anugrah, yang pertama adalah anugrah umum (Common Grace) yang
berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari manusia, dan yang kedua, anugerah
khusus (Special Grace) yang berhubungan dengan keselamatan dari dosa.
Keselamatan Di dalam
Perjanjian Lama
Dari kedua konsep diatas,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa Keselamatan dalam Perjanjian Lama adalah
keselamatan yang merupakan anugerah dari Allah dan Allah sendiri sebagai pelaku
keselamatan.[8]
Dalam tiap-tiap ujian, ternyata manusia gagal, sehingga untuk selamat, manusia
tergantung pada anugerah Allah. Allah adalah sasaran iman (Bil. 14:11, 20:12; Ul. 1:32; 2 Raj. 17:14; 2
Taw. 20:20), dan Allah Juru Selamat sebagai sasaran iman (2 Sam. 22:3; 1 Sam. 2:1; Mzm. 119:123).
Bahkan Ia dinyatakan sebagai sumber keselamatan satu-satunya (Yun. 2:9; 1 Sam
14:39; Yer 17:14). Maka, dari penggunaan kata untuk keselamatan tersebut maka
dapatlah diambil kesimpulan bahwa keselamatan dalam PL merupakan tindakan atau
hasil dari pembebasan atau pemeliharaan dalam bahaya atau penyakit, mencakup
kesehatan, keselamatan dan kemakmuran.[9]
Kesimpulan: bahwa konsep keselamatan dalam Perjanjian Lama mengacu
pada Iman orang percaya kepada Kristus yang akan datang. Karena keselamatan
adalah bersifat pribadi dan bergantung pada bagaimana kepercayaan terhadap
Tuhan, kepercayaan ini berakibat tindakan yang membuktikan imannya, kedua hal
ini saling melengkapi untuk mencapai keadaan yang sempurna.
Anugerah Di dalam Perjanjian
Baru
“Kharis” digunakan
155 kali dalam PB, 10 kali diantaranya oleh Paulus. Berikut beberapa arti dari
penggunaan kata Kharis: berhubungan dengan sukacita dan kepuasan serta
keindahan (Luk. 4:22, Ef. 4:29), perbuatan baik, kasih, karunia, simpati (Luk.
1:3; 2:52; KPR. 7: 10, 46; 11:23), berhubungan Allah menyatakan kesih-Nya tanpa
disebabkan kebaikan (KPR. 11:23; Rom. 11:6; II Kor. 4:15; 6:1; II Tes. 1:2) dan
penggunaan dalam pengucapan syukur (I Tim. 1:2; II Tim. 1:3)
Arti yang menyatakan
berkat-berkat yang bersumber pada anugerah keselamatan dalam Kristus, antara
lain: Pertama, meliputi anugerah keselamatan oleh Yesus (I Pet 1:10-13). Kedua,
meliputi Kristus Pribadi sebagai usaha anugerah kebenaran (I Kor. 15:8-10).
Ketiga, meliputi seluruh kondisi keselamatan seseorang (Rom. 5:2; I Pet 5:12).
Keempat, meliputi berkat-berkat sementara di dunia ini (II Kor. 9:8).
Konsep anugerah dalam Perjanjian Baru
meliputi juga arti dalam bahasa Ibrani dan Yunani klasik. Konsep ini
dipertinggi dengan pengertian Juruselamat Yesus Kristus. Pemberian Cuma-Cuma
anugerah Allah dalam pribadi Kristus itu adalah arti khusus Perjanjian Baru.
Pengorbanan diri-Nya sendiri sebagai anugerah ( Rom 6:10; 5:15; Ef 2:8 ) dan
yang menang atas hukuman dan kuasa dosa. Bila telah diterima, anugerah itu
memerintah hidup rohani penerima dan mendatangkan anugerah demi anugerah.
Akibatnya orang-orang beriman (Kristen) itu memulangkan syukur kepada Allah
bagi kekayaan anugerah yang tak terlukiskan itu ( II Kor 9:15 ).[10]
Puncak dari anugerah Allah adalah pengorbangan Kristus di
kayu salib. keselamatan manusia itu bukkan hasil usaha dari manusia untuk dapat
menyelamatkan dirinya dari cengkraman dosa, karena kecederungan untuk berbuat
dosa mengakibatkan manusia bermusuhan dengan Allah. Setiap perbuatan yang
bertentangan dengan karakter Allah pasti berdampak negatif pada diri manusia.
Dalam kitab Roma Paulus mengatakan bahwa, oleh karena dosa masuk melalui satu
orang, semua manusia telah berdosa dan kehilangan kemulian Allah. Yesus Kristus
yang merupakan korban tebusan yang tak bernoda, tak bercacat cela,
dipersembahkan sebagai korban yang sempurna. Pengorbanan Yesus di kayu salib
melipun penebusan dosa manusia yang lahir baru dan percaya kepada-Nya di segala
zaman dosa mereka diselesikan oleh-Nya, sehingga manusia diperdamaikan dengan
Allah, seketika manusia masih menjadi seteru Allah Roma 5:10.
Keselamatan Di dalam
Perjanjian Baru
Akibat dari anugerah yang
diberikan Allah yang secara cuma-cuma di dalam Pribadi Kristus, maka
keselamatan yang dinubuatkan di dalam Kejadian 3:15 telah tergenapi. Apabila
telah diterima, maka anugerah tersebut memerintah hidup Rohani penerima dan
mendatangkan anugerah demi anugerah. Ia lengkapi, menguatkan dan mengontrol
semua bidang hidupanya (Kol 4:6; II Tes. 2:16; II Tim 2:1). Akibat dari
anugerah tersebut, orang-orang beriman yang menerima anugerah tersebut memberi
syukur kepada Allah atas kekayaan anugerah-Nya yang tidak terlukiskan (II Kor.
9:15).
Kesimpulan:
Perspektif
|
Keselamatan |
Anugerah
|
Perjanjian
Lama |
Konsep keselamatan dalam Perjanjian Lama
mengacu pada iman orang percaya kepada Yesus Kristus yang akan datang. Di
mana keselamatan tersebut bersifat pribadi dan bagi orang percaya, berakibat
tindakan yang membuktikan imannya untuk mencapai keadaan yang sempurna (Ibr.
10:1). |
Perjanjian Lama menjelaskan konsep anugerah,
yakni: pertama, anugerah umum (Common Grace) yang berkaitan dengan
kebutuhan sehari-hari manusia, dan yang kedua, anugerah khusus
(Special Grace) yang berhubungan dengan keselamatan dosa. |
Perjanjian
Baru |
Konsep keselamatan di dalam Perjanjian Baru
kerena anugerah Allah yang berpusat pada pengakuan dan iman kepada Yesus
Kristus sebagai Juruselamat manusia (Rom. 10:9) |
Konsep
anugerah dalam Perjanjian Baru mengacu kepada pribadi Yesus yang menyatakan
berkat rohani maupun jasmani (Ef. 1:3; Mat. 6:33-34) |
Tabel: Konsep Keselamatan Dan
Anugerah
Doktrin keselamatan adalah
suatu dokrin yang sederhana, tetapi juga kompleks. Namun inilah suatu doktrin
yang perlu dimengerti secara tepat karena suatu “anathema” (kutuk) diletakan
diatas siapapun juga, termasuk malaikat-malaikat dan pendeta-pendeta serta
utusan-utusan injil yang mengkhotbahkan injil yang lain dari injil yang
sebenarnya (Gal. 1:7-8). Jadi penting sekali mengetahui Injil yang sebenarnya
dan berusaha menjelaskannya dengan setepat-tepatnya pula. Karena titik awal
penyelamat manusia dimulai dari pribadi Allah, di mana keselamatan tergantung
mutlak atas nilai Juruselamat-Nya.
Untuk mengespresikan hal
tersebut, Allah memiliki suatu sifat yang menonjol dalam kepribadian-Nya,
yakni: anugerah atau kasih karunia, sifat ini merupakan inti kepercayaan kekristenan.
Dari sudut pandangan Allah, keselamatan
meliputi seluruh karya Allah dalam membawa manusia keluar dari hukuman menuju
pembenaran, dari kematian ke kehidupan kekal, dari musuh menjadi anak. Dari
sudut pandangan manusia keselamatan mencakup segala berkat yang berada di dalam
Kristus, yang bisa diperoleh dalam kehidupan sekarang maupun kehidupan yang
akan datang.
[1] Chris
Marantikan, Doktrin Keselamatan Dan Kehidupan Rohani, (Yogyakarta: Iman
Press,2007), 17.
[2] Charles C.
Ryrie, Teologi Dasar 2, (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2008), 16.
[3] Jonathan
Oktavianus, Diktat Soteriologi, 1.
[4] Chris
Marantika, Doktrin Keselamatan Dan Kehidupan Rohani (Yogyakarta: Iman
Press,2007), 16.
[5] Carl W.
Wilson, Baker’s Dictionary Fo Theology (Grand Rapids, MI: Baker Book
House, 1999), 469.
[6] Chris
Marantika, Soteriologi, 9.
[7] Charles C.
Ryrie, The Grace Of God (Chicago: Moody Pres, 1970,) 16.
[8] Williem
Wilson, Old Testament Word Study (Grand Rapids Michigan: Kregel
Publication, 1980), 366.
[9] G. Walters
& B.A Milne, Penj. H.A Oppusunggu, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini 2
(Jakarta: OMF, 1997), 375.
[10] Chris Marantika, Doktrin
Keselamtan dan Kehidupan Rohani (Yokyakarta: Iman perss, 2002 ), 37.
Posting Komentar untuk "Pebedaan Keselamatan dan Anugerah Allah dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam Alkitab Kristen"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.