Pengertian Tentang Iman Dalam Kekristenan – Menurut Alkitab
Pengertian Tentang
Iman
Kasih TUHAN membawa keselamatan kepada
setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus (Yohanes 3:16). Tuhan Yesus yang
sudah lahir ke dunia, menderita, mati, dikuburkan, bangkit pada hari yang ke
tiga dan naik ke surga. Inilah berita Injil (berita keselamatan), bagi manusia
yang berdosa. Kita manusia yang mengakui diri kita sebagai orang yang berdosa,
meminta ampun kepada TUHAN dan bertobat, maka dosa itu akan diampuni oleh darah
Tuhan Yesus, dan kita menjadi “selamat”. Menaruh percaya, berharap dan
berserah itu adalah iman.
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang
kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak bisa kita lihat. Iman
Kristen adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Artinya, bahwa
iman percaya itu akan terlihat dalam perbuatan. Iman percaya itu dapat melihat
dan meyakini sesuatu hal yang belum kita lihat. Contoh: tentang surga. Kita
yakin surga itu ada, meskipun kita belum melihat. Dari
manakah iman itu? Iman adalah anugerah TUHAN dalam diri Tuhan Yesus
kepada manusia (Roma 12:3) Iman datang dari mendengar firman
TUHAN dan menerimanya dalam kehidupan (Roma 10:17).
Arti hidup beriman, menaruh
percaya mutlak, mantap, tidak tergoyahkan dan tidak menaruh kepercayaan pada
tradisi-tradisi yang lain. Mengendalikan diri, sebagai orang yang percaya
kepada Tuhan Yesus, kita harus mampu mengendalikan hidup secara tepat dan
cermat. Cara memelihara iman, tetap membangun relasi
dengan TUHAN melalui pujian, doa, saat teduh, merenungkan firman Tuhan, dan
membaca Alkitab (Roma 10:17). Tetap setia dalam pengharapan dan
pengiringan kepada-Nya melalui ibadah (Ibrani 10:25). Tetap setia menjaga
kekudusan secara holistik (menyeluruh) yang meliputi aspek tubuh, jiwa dan roh
(Ibrani 12:14).
Arti Pengharapan (Roma 5:2-5, 2 Korintus
1:7), Ada tiga hal yang dapat menggerakkan kehidupan manusia yaitu iman,
pengharapan dan kasih. Pengharapan adalah kunci keberhasilan. Semua orang yang
berhasil pasti berkata bahwa tidak ada keberhasilan tanpa pengharapan. Harapan
adalah mekanisme yang menjaga agar manusia dengan gigih mempertahankan hidup
dan merencanakan hidup yang akan datang.
Untuk
mengerti secara jelas dan benar tentang definisi iman, sangat perlu melihat
beberapa pengertian tentang iman. Kata
iman berasal dari bahasa Yunani dari kata “ pistis ( PISTIS),
dalam terjemahan bahasa Inggris adalah ‘FAITH’.
Dalam buku “Greek - English Lexicon of The
New Testament” kata ‘iman’
mengandung arti : Keyakinan akan truph keyakinan apapun suatu keyakinan atau
kepercayaan menghormati hubungan manusia kepada TUHAN dan ilahi, termasuk ide
kepercayaan dan semangat suci lahir dari termasuk kepercayaan dan kontra bergabung dengan itu: DIKAIOS
EK PISTEOS menjadi terkait, mirip dengan iman. [1]
Iman
adalah cara bereksistensi dari hidup yang baru oleh karena Roh. Artinya, hidup
yang baru yang dikuasai Roh Kudus itu adalah hidup di dalam iman. Hidup dari
iman berarti hidup di dalam persekutuan dengan Kristus, sedang hidup di dalam
persekutuan Roh Kudus.
Menurut Spiros dalam bukunya The Complete Word Study Dictionary ‘iman’ mengandung arti: ‘PISTIS’ - menang atas (mengatasi) keyakinan - iman. Secara subyektif berarti keyakinan yang teguh, keyakinan, percaya dalam kebenaran, ketulusan (Kebenaran), kenyataan atau kesetiaan (jarang dipakai). Secara obyektif berarti yang dipercayai, doktrin, artikel-artikel yang diterima atau iman. [2]
Dalam Ibrani 11:1 diterangkan mengenai definisi iman:
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang benar kita harapkan dan bukti dari
segala sesuatu yang orang percaya yang tidak lihat.” Definisi
dari Alkitab ini memberitahukan bagaimana iman dapat dimengerti bahwa iman
bekerja (beroperasi) di dalam wilayah
diluar apa yang dapat dilihat dan di luar
kenyataan yang dapat diraba. Iman tidak memerlukan
turut campurnya sesuatu di antara iman itu sendiri
dengan TUHAN. Iman bukanlah melangkah ke dalam kegelapan, tetapi iman didukung
oleh firman-Nya yang kekal. Iman tidak sama dengan pengharapan, walaupun memang
hal itu berhubungan. Pengharapan merupakan keinginan setiap orang, iman
merupakan alas (dasar) setiap orang percaya. Tanpa pengharapan kehidupan
Kristen akan sangat membosankan, tanpa iman hidup ini pasti akan hancur. Iman
membawa masa depan kepada setiap orang Kristen melalui ujian-ujian, cobaan-cobaan yang pada akhirnya
menimbulkan kesabaran dan ketekunan. Iman
bukanlah merupakan emosi yang meliputi orang percaya, tetapi merupakan
keyakinan yang bekerja melalui orang percaya.
Sebab iman bukan hanya soal akal, melainkan soal seluruh kehidupan manusia, iman adalah soal hati, soal inti manusia. Orang yang beriman mempercayai segala janji dan kuasa TUHAN, tidak menyandarkan diri kepada perkara duniawi, tidak menyandarkan kepada Taurat, serta amal-amal manusia, melainkan menyerahkan dirinya secara mutlak kepada karunia TUHAN. [3]
Iman berarti kepercayaan yang berkenan dengan
agama, keyakinan dan kepercayaan kepada TUHAN, nabi, kitab dan sebagainya. Iman juga berarti ketetapan
hati, keteguhan hati, dan keseimbangan hati.
PISTIS
(Faith) berarti memberi kepercayaan
kepada seseorang, yang berkaitan dengan kata ‘peithomai’ : percaya kepada, mengandalkan seseorang, mempercayakan
diri kepada ................, kepercayaan. [4]
Arti iman sendiri ialah suatu tunjangan atau tumpuan,
khususnya pada suatu pribadi, yang padanya pihak lain tanpa ragu bisa
mengandalkan atau mempercayakan dirinya. Iman
juga berarti bersandar
penuh atau mempercayakan seluruh hidup jasmani dan rohani.
Dalam hal ini iman mempunyai dua hal. Yang pertama
yaitu iman yang menyelamatkan melalui percaya kepada Tuhan Yesus Kristus
sebagai Juruselamat pribadi, dan yang kedua iman yang menguatkan yang terus
menerus mempercayakan hidupnya untuk dipimpin oleh TUHAN.
Iman adalah
elemen atau unsur positif dari perpalingan (konversi) kepada Kristus. Sesudah
perubahan pikiran, perasaan dan tujuan hidup, maka iman kepada Kristus barulah
benar-benar bermanfaat. [5]
Iman juga seringkali dipakai sebagai ilustrasi /
gambaran-gambaran untuk memudahkan dalam memahaminya. Salah satunya adalah iman
digambarkan sebagai tinggal di dalam Kristus: “Barangsiapa tinggal di
dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia
berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa”
(Yoh. 15:5). Sebagaimana cabang yang berbuah harus tetap menyatu dengan
pokoknya, maka kitapun harus
tetap berada di dalam Kristus.
Iman bukan sekedar mempercayai bahwa Kristus telah
melakukan sesuatu bagi kita bertahun-tahun yang lalu, iman mencakup pula
pengakuan bahwa
Kristus sekarang hidup di dalam kita dan bahwa kitapun sekarang sedang hidup di
dalamnya.
Dalam Perjanjian Lama, kata iman memakai bahasa Ibrani
yaitu ‘EMUN’ atau ‘EMUNA’, ‘HEEMIN’, yang berasal dari
akar kata ‘MN’: “TETAP” yang berarti
“BERTAHAN”. Kata ‘EMUN’ ini dalam
Perjanjian Lama muncul hanya dua kali, yaitu dalam Ulangan 32:20 yang dalam
terjemahan Bahasa Indonesia disebutkan sebagai “KESETIAAN”, dan dalam Habakuk
2:4 sebagai “PERCAYA”. Dalam hal ini iman
dikaitkan dengan hubungan hidup yang sudah stabil antara dua insan yaitu TUHAN
dan manusia. Ada unsur kata lain, yaitu ‘BATAHK’
yang artinya “Mengandalkan seseorang”, “percaya kepada”.
Tiga kata yang paling umum di dalam Perjanjian Lama
untuk iman adalah he’emin, bãtach, dan chãsah. He’emin
adalah bentuk hiphil dari ‘aman.
Menurut leksikon bahasa Ibrani Brown-Driver-Bringgs,
arti dasar kata ini dalam bentuk Qal adalah “meneguhkan atau mendukung”.
Dengan demikian bentuk hiphil berarti “menyebabkan untuk mendukung” atau
“menyebabkan menjadi
teguh”; jika diterapkan kepada seseorang, maka kata ini berarti “menyebabkan
seseorang untuk mendukungmu” dengan demikian didapat arti “mempercayai atau
mempercayakan diri kepada seseorang” (Kejadian.15:6; Yesaya.7:9; Habakuk. 2:4;
Mazmur.78:22). Kata kedua,‘bãtach’.’.
Ini berarti “yakin akan, bersandar kepada,
mempercayai” (Mazmur. 25:2, 13:6a; Amsal.16:20; Yesaya. 26:3-4). Ketiga, adalah
‘chãsah’
yang berarti “mencari perlindungan”
(Mazmur. 54:2, 2:12, 25:20; 31:2, dan 91:4).
Definisi iman dalam Perjanjian Lama dapat dipahami
melalui kehidupan iman Abraham. Sebab panggilannya itu mengandung pernyataan
Perjanjian Lama mengenai maksud TUHAN untuk menebus dan menyelamatkan umat
manusia. TUHAN bermaksud memiliki
seseorang yang mengenal dan melayani-Nya dengan iman yang tulus dan murni.
Abraham disebut tokoh iman dalam Perjanjian Lama.
Abraham adalah seorang yang mempercayakan hidupnya secara penuh kepada TUHAN.
Dalam seluruh hidupnya, Abraham membuktikan bahwa Abraham sungguh-sungguh
percaya kepada TUHAN dengan iman yang
mendalam. Melalui firman-Nya TUHAN berjanji
kepada Abraham bahwa akan membuat Abraham menjadi bangsa yang besar, membuat
namanya termashyur, memberkati dan menjadi berkat bagi bangsa oleh keturunannya
(Kejadian 12:1). Dari Abraham akan tampil keluarga yang mengenal, mengajarkan,
dan memelihara jalan-jalan Tuhan (Kejadian. 18:19). Dari keluarga akan muncul
sebuah bangsa pilihan yang akan hidup terpisah dari ketidaksalehan
bangsa-bangsa lain
serta alasan melaksanakan kehendak-Nya. Dari bangsa pilihan akan datang Tuhan Yesus
Kristus, Juruselamat dunia, keturunan wanita yang dijanjikan (Kejadian 3:15;
Galatia 3:4, 9,16, 18; 4:4).
Apa yang dibicarakan Paulus adalah langkah iman
pertama dari Abraham, yakni iman yang diperhitungkan kepadanya sebagai
kebenaran (Roma 4:3, 9-10; bdk. Kejadian 15:6), dalam ayat itu Paulus
mengutarakan pandangannya terhadap “kebenaran Abraham yang disahkan-Nya”.
Paulus seolah berkata, Seandainya Abraham dibenarkan menurut kebaikan dan
perbuatannya, apa salahnya? Abraham sendiri sesungguhnya adalah seorang
hamba-Nya yang setia dan tulus.
Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu
percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya
sebagai kebenaran." Adakah ucapan bahagia ini hanya berlaku bagi orang
bersunat saja atau juga bagi orang tak bersunat? Sebab telah kami katakan,
bahwa kepada Abraham iman diperhitungkan sebagai kebenaran.
Namun, TUHAN tidak mau memakai ukuran itu karena
jika memakai ukuran itu, ada kemungkinan Abraham akan memegahkan dirinya”.
Untuk membenarkan pandangannya, Paulus mengutip Kejadian 15:6, yang
disisipkannya dalam ayat 3. “Lalu percayalah Abraham kepada TUHAN, dan TUHAN
memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran”. Abraham tahu dan yakin
bahwa yang dipercayainya itu adalah TUHAN atas seluruh alam semesta, TUHAN yang
Mahakuasa dan Mahakasih.
Oleh karena pengetahuan dan keyakinannya itu, iman
Abraham semakin teguh. Ia percaya dengan segenap jiwannya bahwa sandaran
tempatnya menaruh harapan bukan sandaran yang kosong. Namun, syukur dan puji
kepada TUHAN karena teladan iman yang diberikan Abraham kepada kita itu tidak
luntur. Abraham bersandar dengan teguh karena buah-buah iman yang dipetiknya di
kemudian hari membuktikan kepada kita bahwa sandaran iman Abraham itu bukan
sandaran yang kosong.
Abraham tidak pernah sedikitpun meragukan janji
TUHAN, oleh sebab itutanpa keraguan, ia telah meninggalkan tanah airnya karena
menuruti perintah-Nya.Tanpa ada keraguan ia menumpang dan memasang kemahnya di
negeri orang yang belum dikenalnya. Iman Abraham yang dibenarkan TUHAN adalah
iman yang tidak ragu atau iman yang tulus dan benar.
Setelah TUHAN membenarkannya, namanya yang dahulu
Abram diganti dengan Abraham, yang berarti “Bapa sejumlah besar bangsa”.
Setelah memakai nama yang baru itu, ia pakai dengan penuh penuh kehormatan dan
pengucapan syukur.Kemungkinan besar pada saat itu, orang-orang yang hidup pada
zaman itu banyak yang mengolok-olok karena nama dan keadaannya tidak cocok.
Sudah pasti, jika ejekan itu sampai di telinga Abraham, ia akan menjawab, “saya
tidak akan malu memakai nama baru itu karena TUHAN yang menjadikan seluruh alam
semesta kelak akan menggenapi janji-Nya. Tampak jelas bahwa Paulus menguraikan
dan menjelaskan hal “dibenarkan dan diselamatkan oleh iman” karena ilham Roh
Kudus. Yakobus berbicara tentang
suatu masa, beberapa tahun sesudahnya, ketika Abraham dipanggil untuk
mempersembahkan anaknya, Ishak (yang belum lahir pada masa yang dibicarakan
oleh Paulus) sebagai kurban (Yakobus 2:21-22; bdk. Kejadian 22:2-18).Bukankah
Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia
mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? Kamu lihat, bahwa iman
bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman
menjadi sempurna.
Dalam hal itu, tampaklah bahwa TUHAN telah
menunjukkan mujizat-Nya kepada Abraham. Ishak dilahirkan meskipun umur Abraham
sudah seratus tahun dengan tubuh yang sudah sangat lemah dan Rahim Sara yang
telah tertutup. Dengan demikian, tidak ada yang mustahil bagi TUHAN yang mampu
menghidupkan orang yang telah mati dan menciptakan segala sesuatu. Bahkan,
dikemudian hari Abraham tidak segan-segan mengorbankan buah hatinya, Ishak,
asal hal itu berkenan di hati-Nya. Abraham memperoleh kemenangan dalam hal
berserah kepada TUHAN karena ia mempersembahkan anaknya Ishak, dengan hati yang
percaya dan iman yang teguh.
Tanpa keraguan Abraham hidup rukun bersama
istrinya, yang sampai tua masih belum memiliki anak. Bahkan tanpa keraguan
Abraham membawa putranya Ishak, untuk mendaki gunung Moria untuk dipersembahkan
di sana berdasarkan perintah TUHAN. Tanpa keraguan iapun menerima perjanjian
TUHAN yang ajaib itu, yang menetapkannya menjadi Bapa dari suatu bangsa yang
besar yang banyaknya seperti bintang di langit dan pasir di tepi pantai.
Dalam Perjanjian Baru, kata iman memakai bahasa Yunani
yaitu yang disebut sebagai kata benda ‘PISTIS’
dan kata kerja ‘PISTEO’, keduanya
muncul lebih 240 kali, dan kata sifat ‘PISTOS’
muncul 67 kali. Tekanan yang diberikan kepada iman harus dilihat
dengan latar belakang karya penyelamatan-Nya dalam pribadi Kristus. “Penampilan iman
dalam Perjanjian Baru dilukiskan dalam kehidupan Paulus, seperti ayat ini “karena
aku percaya kepada-Nya, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang
dinyatakan kepadaku” (Kisah Para Rasul 27:25).
Istilah “percaya” diartikan secara khusus, yaitu pengandalan diri secara mutlak kepada karya penyelamatan Kristus yang sempurna dan telah selesai.”[6]
Paulus mengambil kesimpulan tentang iman yang
secara khusus merupakan definisi iman dalam Perjanjian Baru. Menurut Paulus
iman berarti:
Melepaskan segala kepercayaan yang mengandalkan kemampuan diri untuk mendapatkan keselamatan sebagai imbalan dari jasa atau amal bakti. Beroleh keselamatan hanyalah dengan percaya sepenuhnya menerima karunia Allah di dalam Kristus, mengandalkan Kristus dan hanya Dia untuk memperoleh segenap arti keselamatan. [7]
Adapun definisi iman yang mengandung empat unsur
utama, yaitu: Pertama, iman berarti percaya sungguh-sungguh kepada Kristus yang
tersalib dan bangkit sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Hal ini meliputi
percaya dengan sepenuh hati, menyerahkan seluruh kehendak kita dan mengabdikan
secara mutlak kepada Yesus Kristus. Kedua, iman meliputi pertobatan, yaitu
berbalik dari dosa dengan penyesalan yang mendalam, dan berbalik kepada Yesus
Kristus dan firman-Nya. Ketiga, iman termasuk ketaatan kepada Yesus Kristus dan
firman-Nya sebagai suatu cara hidup yang diilhamkan oleh iman seseorang,
oleh rasa syukur kepada-Nya dan oleh karya Roh Kudus yang memperbaharui. Itulah
ketaatan yang bersumber dari iman. Keempat, iman meliputi pengabdian pribadi
yang sepenuh hati dan ikatan kepada Tuhan Yesus Kristus yang terungkap dalam
kepercayaan, rasa syukur, kasih dan kesetiaan.
Iman berarti
jawaban pribadi manusia atas prakarsa TUHAN yang dikenal dalam firman-Nya dan
dalam campur tangan TUHAN demi keselamatan. Iman bukan hasil refleksi (gerakan,
usaha) manusia, tetapi merupakan buah cuma-cuma yang dihasilkan oleh kuasa-Nya
dalam diri manusia. Menyambut firman-Nya berarti menyerahkan seluruh dirinya ke
dalam persekutuan dengan TUHAN. Iman itu percaya secara mutlak kepada-Nya yang
hidup dan benar, bergantung pada-Nya secara eksklusif dan taat
kepada-Nya.[8]
Iman juga merupakan pertahanan atau benteng
kehidupan, artinya, orang hidup harus berjaga-jaga. Berjaga-jaga bukan dalam
ketegangan, ketakutan, kecemasan dan kebimbangan, tetapi berjaga-jaga dengan
penuh kepercayaan.
Iman merupakan langkah sukarela dan sikap seorang pribadi dimana ia meletakkan beban kebutuhannya dan membiarkan kegiatannya dikendalikan oleh sesuatu yang dipercayainya. Dalam bidang Alkitab sesuatu yang dipercayainya itu ialah TUHAN dan langkah sukarela itu timbul karena percaya mendengar firman-Nya.[9]
Sedangkan kata-kata yang paling sering digunakan untuk
iman di dalam Perjanjian Baru adalah kata benda ‘pistis’ yang dapat
dipergunakan dalam pengertian “iman yang dengannya kita mempercayai”, untuk
menyatakan suatu keyakinan atas kebenaran dari suatu hal. Dan
kata kerja ‘pisteuein’ yang memiliki arti :
Pertama, berpikir bahwa sesuatu adalah benar (Matius 24:23). Kedua, menerima
pesan-Nya yang disampaikan oleh irang yang ditunjuk oleh TUHAN (Kisah Para
Rasul 24:14). Ketiga, menerima Tuhan Yesus sebagai Mesias, sumber keselamatan kekal yang
ditetapkan secara ilahi (Yohanes 3:16).
Sebagai ringkasan, boleh dikatakan bahwa iman dalam
Perjanjian Baru melibatkan penerimaan atas suatu rangkaian kebenaran yang
didasarkan pada kesaksian para rasul atau orang-orang lainnya yang
menyebarkan kesaksian itu, dan suatu kepercayaan pribadi kepada Kristus sebagai
Juruselamat pribadi.
Iman merupakan inti dari kehidupan umat-Nya baik di dalam Perjanjian Lama
maupun Perjanjian Baru.
Saat kita
melanjutkan ke masa bapa-bapa iman (patriakh), Abraham merupakan contoh yang
paling menonjol di dalam Perjanjian Lama tentang iman, sedemikian menonjolnya
sehingga Abraham disebut “bapa dari orang-orang beriman”. Paulus mengajarkan
bahwa Abraham dibenarkan karena iman (Roma 4:1-3), dan bahwa semua orang percaya
adalah anak-anak Abraham (Galatia 3:7). Sara, Ishak, dan Yakub – mereka
semuanya hidup oleh iman. [10]
Jika iman dalam Perjanjian Lama adalah mengucapkan “Amin” kepada TUHAN, maka iman dalam
Perjanjian Baru adalah mengucapkan “Amin” kepada Injil. Iman bukan hanya suatu
bentuk pengakuan tentang Kristus, tetapi juga suatu tindakan yang terbit dari
hati orang percaya sebagai pengikut Kristus. Dalam hal ini bukan merupakan
tindakan sesaat, tetapi tindakan dan sikap yang berkesinambungan yang harus bertumbuh dan
dikuatkan secara terus menerus, hari lepas hari.
Iman membawa seseorang ke dalam suatu hubungan yang
baru dengan TUHAN dan membebaskannya dari dosa dan didiami oleh Roh Kudus yang
memampukannya untuk terus hidup dalam iman. Orang yang beriman mempunyai pegangan,
kepastian di dalam jiwanya
sedalam-dalamnya yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Iman tidak hidup di
atas keragu-raguan, tetapi berdiri di atas janji-janji-Nya yang penuh dengan
kepastian.
1.Thayer, Greek. English Lexicon Of
The New Testament. (Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1992), 512-513.
2. Spiros Zodhiates. The Complete
Word Study Dictionary. (Chatansga, TN37422: AMG Publisers, 1993), 1162
[3] Hadiwijono, Harun. Iman
Kristen. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 405.
[4] Xafier Leon – Dufor.
Ensiklopedi Perjanjian Baru. (Yogyakarta: Kanisius, 1990), 281.
[5] Chris Marantika. Doktrin Keselamatan dan Kehidupan Rohani. (Yogyakarta: Iman Press, 2002), 89.
[7] Douglas JD. Ensiklopendi Alkitab Masa Kini I. (Jakarta: YKBK, 1996), 432
[8] Xafier Leon - Dufor.
Ensiklopedi Perjanjian Baru. (Yogyakarta: Kanisius, 1990), 282.
[9] Harold M. Frelight.
Delapan Tiang Keselamatan. (Bandung: Yayasan Kalam Hidup 2002), 25.
[10] Anthony A. Hoekema. Diselamatkan
oleh Anugerah. (Surabaya: Momentum,
2001), 190.
Posting Komentar untuk "Pengertian Tentang Iman Dalam Kekristenan – Menurut Alkitab"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.