Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Tentang Iman Dalam Kekristenan – Menurut Alkitab

 

Pengertian Tentang Iman Dalam Kekristenan – Menurut Alkitab


Pengertian Tentang Iman

Kasih TUHAN membawa keselamatan kepada setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus (Yohanes 3:16). Tuhan Yesus yang sudah lahir ke dunia, menderita, mati, dikuburkan, bangkit pada hari yang ke tiga dan naik ke surga. Inilah berita Injil (berita keselamatan), bagi manusia yang berdosa. Kita manusia yang mengakui diri kita sebagai orang yang berdosa, meminta ampun kepada TUHAN dan bertobat, maka dosa itu akan diampuni oleh darah Tuhan Yesus, dan kita menjadi selamat. Menaruh percaya, berharap dan berserah itu adalah iman.

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak bisa kita lihat. Iman Kristen adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Artinya, bahwa iman percaya itu akan terlihat dalam perbuatan. Iman percaya itu dapat melihat dan meyakini sesuatu hal yang belum kita lihat. Contoh: tentang surga. Kita yakin surga itu ada, meskipun kita belum melihat.  Dari manakah  iman itu? Iman adalah anugerah TUHAN dalam diri Tuhan Yesus kepada manusia (Roma 12:3)   Iman datang dari mendengar firman TUHAN dan menerimanya dalam kehidupan (Roma 10:17).

Arti hidup beriman,  menaruh percaya mutlak, mantap, tidak tergoyahkan dan tidak menaruh kepercayaan pada tradisi-tradisi yang lain. Mengendalikan diri, sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, kita harus mampu mengendalikan hidup secara tepat dan cermat.  Cara memelihara iman,  tetap membangun relasi dengan TUHAN melalui pujian, doa, saat teduh, merenungkan firman Tuhan, dan membaca Alkitab (Roma 10:17).  Tetap setia dalam pengharapan dan pengiringan kepada-Nya melalui ibadah (Ibrani 10:25). Tetap setia menjaga kekudusan secara holistik (menyeluruh) yang meliputi aspek tubuh, jiwa dan roh (Ibrani 12:14).

Arti Pengharapan (Roma 5:2-5, 2 Korintus 1:7), Ada tiga hal yang dapat menggerakkan kehidupan manusia yaitu iman, pengharapan dan kasih. Pengharapan adalah kunci keberhasilan. Semua orang yang berhasil pasti berkata bahwa tidak ada keberhasilan tanpa pengharapan. Harapan adalah mekanisme yang menjaga agar manusia dengan gigih mempertahankan hidup dan merencanakan hidup yang akan datang.

Untuk mengerti secara jelas dan benar tentang definisi iman, sangat perlu melihat beberapa pengertian tentang iman. Kata iman berasal dari bahasa Yunani dari  kata pistis  ( PISTIS), dalam terjemahan bahasa Inggris adalah ‘FAITH’.

Dalam buku “Greek - English Lexicon of  The New Testament” kata  ‘iman’ mengandung arti : Keyakinan akan truph keyakinan apapun suatu keyakinan atau kepercayaan menghormati hubungan manusia kepada TUHAN dan ilahi, termasuk ide kepercayaan dan semangat suci  lahir dari termasuk kepercayaan dan kontra  bergabung dengan itu:  DIKAIOS EK PISTEOS menjadi terkait, mirip dengan iman. [1]

Iman adalah cara bereksistensi dari hidup yang baru oleh karena Roh. Artinya, hidup yang baru yang dikuasai Roh Kudus itu adalah hidup di dalam iman. Hidup dari iman berarti hidup di dalam persekutuan dengan Kristus, sedang hidup di dalam persekutuan Roh Kudus.

Menurut Spiros dalam bukunya The Complete Word Study Dictionary ‘iman’ mengandung arti: ‘PISTIS’ - menang atas (mengatasi) keyakinan -  iman. Secara subyektif berarti keyakinan yang teguh, keyakinan, percaya dalam kebenaran, ketulusan (Kebenaran), kenyataan atau kesetiaan (jarang dipakai). Secara obyektif berarti yang dipercayai, doktrin, artikel-artikel yang diterima atau iman. [2]

Dalam Ibrani 11:1 diterangkan mengenai definisi iman: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang benar kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang orang percaya yang tidak lihat.” Definisi dari Alkitab ini memberitahukan bagaimana iman dapat dimengerti bahwa iman bekerja (beroperasi) di dalam wilayah diluar apa yang dapat dilihat dan di luar kenyataan yang dapat diraba. Iman tidak memerlukan turut campurnya sesuatu di antara iman itu sendiri dengan TUHAN. Iman bukanlah melangkah ke dalam kegelapan, tetapi iman didukung oleh firman-Nya yang kekal. Iman tidak sama dengan pengharapan, walaupun memang hal itu berhubungan. Pengharapan merupakan keinginan setiap orang, iman merupakan alas (dasar) setiap orang percaya. Tanpa pengharapan kehidupan Kristen akan sangat membosankan, tanpa iman hidup ini pasti akan hancur. Iman membawa masa depan kepada setiap orang Kristen melalui  ujian-ujian, cobaan-cobaan yang pada  akhirnya menimbulkan kesabaran dan ketekunan. Iman bukanlah merupakan emosi yang meliputi orang percaya, tetapi merupakan keyakinan yang bekerja melalui orang percaya.


Sebab iman bukan hanya soal akal, melainkan soal seluruh kehidupan  manusia, iman adalah soal hati, soal inti manusia. Orang yang beriman mempercayai segala janji dan kuasa TUHAN, tidak menyandarkan diri kepada perkara duniawi, tidak  menyandarkan kepada Taurat, serta amal-amal manusia, melainkan menyerahkan dirinya secara mutlak kepada karunia TUHAN. [3]

Iman berarti kepercayaan yang berkenan dengan agama, keyakinan dan kepercayaan kepada TUHAN, nabi, kitab dan sebagainya. Iman juga berarti ketetapan hati, keteguhan hati, dan keseimbangan hati.

PISTIS (Faith) berarti memberi kepercayaan kepada seseorang, yang berkaitan dengan kata ‘peithomai’ : percaya kepada, mengandalkan seseorang, mempercayakan diri kepada ................, kepercayaan. [4]

 

Arti iman sendiri ialah suatu tunjangan atau tumpuan, khususnya pada suatu pribadi, yang padanya pihak lain tanpa ragu bisa mengandalkan atau mempercayakan dirinya. Iman juga berarti bersandar penuh atau mempercayakan seluruh hidup jasmani dan  rohani.

Dalam hal ini iman mempunyai dua hal. Yang pertama yaitu iman yang menyelamatkan melalui percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi, dan yang kedua iman yang menguatkan yang terus menerus mempercayakan hidupnya untuk dipimpin oleh TUHAN.

Iman adalah elemen atau unsur positif dari perpalingan (konversi) kepada Kristus. Sesudah perubahan pikiran, perasaan dan tujuan hidup, maka iman kepada Kristus barulah benar-benar bermanfaat. [5]

 

Iman juga seringkali dipakai sebagai ilustrasi / gambaran-gambaran untuk memudahkan dalam memahaminya. Salah satunya adalah iman digambarkan sebagai tinggal di dalam Kristus: “Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia  berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh. 15:5). Sebagaimana cabang yang berbuah harus tetap menyatu dengan pokoknya, maka kitapun harus tetap berada di dalam Kristus.

Iman bukan sekedar mempercayai bahwa Kristus telah melakukan sesuatu bagi kita bertahun-tahun yang lalu, iman mencakup pula pengakuan bahwa Kristus sekarang hidup di dalam kita dan bahwa kitapun sekarang sedang hidup di dalamnya.

Dalam Perjanjian Lama, kata iman memakai bahasa Ibrani yaitu ‘EMUN’ atau ‘EMUNA’, ‘HEEMIN’, yang berasal dari akar kata ‘MN’: “TETAP” yang berarti “BERTAHAN”. Kata ‘EMUN’ ini dalam Perjanjian Lama muncul hanya dua kali, yaitu dalam Ulangan 32:20 yang dalam terjemahan Bahasa Indonesia disebutkan sebagai “KESETIAAN”, dan dalam Habakuk 2:4 sebagai “PERCAYA”. Dalam hal ini iman dikaitkan dengan hubungan hidup yang sudah stabil antara dua insan yaitu TUHAN dan manusia. Ada unsur kata lain, yaitu ‘BATAHK’ yang artinya “Mengandalkan seseorang”, “percaya kepada”.

Tiga kata yang paling umum di dalam Perjanjian Lama untuk iman adalah he’emin, bãtach, dan chãsah. He’emin adalah bentuk hiphil dari ‘aman. Menurut leksikon bahasa Ibrani Brown-Driver-Bringgs, arti dasar kata ini dalam bentuk Qal adalah “meneguhkan atau mendukung”. Dengan demikian bentuk hiphil berarti “menyebabkan untuk mendukung” atau “menyebabkan menjadi teguh”; jika diterapkan kepada seseorang, maka kata ini berarti “menyebabkan seseorang untuk mendukungmu” dengan demikian didapat arti “mempercayai atau mempercayakan diri kepada seseorang” (Kejadian.15:6; Yesaya.7:9; Habakuk. 2:4; Mazmur.78:22). Kata kedua,bãtach’.’. Ini berarti “yakin akan, bersandar kepada, mempercayai” (Mazmur. 25:2, 13:6a; Amsal.16:20; Yesaya. 26:3-4). Ketiga, adalah ‘chãsah’ yang berarti “mencari perlindungan” (Mazmur. 54:2, 2:12, 25:20; 31:2, dan 91:4).

Definisi iman dalam Perjanjian Lama dapat dipahami melalui kehidupan iman Abraham. Sebab panggilannya itu mengandung pernyataan Perjanjian Lama mengenai maksud TUHAN untuk menebus dan menyelamatkan umat manusia. TUHAN  bermaksud memiliki seseorang yang mengenal dan melayani-Nya dengan iman yang tulus dan murni.

Abraham disebut tokoh iman dalam Perjanjian Lama. Abraham adalah seorang yang mempercayakan hidupnya secara penuh kepada TUHAN. Dalam seluruh hidupnya, Abraham membuktikan bahwa Abraham sungguh-sungguh percaya kepada  TUHAN dengan iman yang mendalam. Melalui firman-Nya TUHAN  berjanji kepada Abraham bahwa akan membuat Abraham menjadi bangsa yang besar, membuat namanya termashyur, memberkati dan menjadi berkat bagi bangsa oleh keturunannya (Kejadian 12:1). Dari Abraham akan tampil keluarga yang mengenal, mengajarkan, dan memelihara jalan-jalan Tuhan (Kejadian. 18:19). Dari keluarga akan muncul sebuah bangsa pilihan yang akan hidup terpisah dari ketidaksalehan bangsa-bangsa lain serta alasan melaksanakan kehendak-Nya. Dari bangsa pilihan akan datang Tuhan Yesus Kristus, Juruselamat dunia, keturunan wanita yang dijanjikan (Kejadian 3:15; Galatia 3:4, 9,16, 18; 4:4).

Apa yang dibicarakan Paulus adalah langkah iman pertama dari Abraham, yakni iman yang diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran (Roma 4:3, 9-10; bdk. Kejadian 15:6), dalam ayat itu Paulus mengutarakan pandangannya terhadap “kebenaran Abraham yang disahkan-Nya”. Paulus seolah berkata, Seandainya Abraham dibenarkan menurut kebaikan dan perbuatannya, apa salahnya? Abraham sendiri sesungguhnya adalah seorang hamba-Nya yang setia dan tulus.

Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Adakah ucapan bahagia ini hanya berlaku bagi orang bersunat saja atau juga bagi orang tak bersunat? Sebab telah kami katakan, bahwa kepada Abraham iman diperhitungkan sebagai kebenaran.

Namun, TUHAN tidak mau memakai ukuran itu karena jika memakai ukuran itu, ada kemungkinan Abraham akan memegahkan dirinya”. Untuk membenarkan pandangannya, Paulus mengutip Kejadian 15:6, yang disisipkannya dalam ayat 3. “Lalu percayalah Abraham kepada TUHAN, dan TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran”. Abraham tahu dan yakin bahwa yang dipercayainya itu adalah TUHAN atas seluruh alam semesta, TUHAN yang Mahakuasa dan Mahakasih.

Oleh karena pengetahuan dan keyakinannya itu, iman Abraham semakin teguh. Ia percaya dengan segenap jiwannya bahwa sandaran tempatnya menaruh harapan bukan sandaran yang kosong. Namun, syukur dan puji kepada TUHAN karena teladan iman yang diberikan Abraham kepada kita itu tidak luntur. Abraham bersandar dengan teguh karena buah-buah iman yang dipetiknya di kemudian hari membuktikan kepada kita bahwa sandaran iman Abraham itu bukan sandaran yang kosong.

Abraham tidak pernah sedikitpun meragukan janji TUHAN, oleh sebab itutanpa keraguan, ia telah meninggalkan tanah airnya karena menuruti perintah-Nya.Tanpa ada keraguan ia menumpang dan memasang kemahnya di negeri orang yang belum dikenalnya. Iman Abraham yang dibenarkan TUHAN adalah iman yang tidak ragu atau iman yang tulus dan benar.     

Setelah TUHAN membenarkannya, namanya yang dahulu Abram diganti dengan Abraham, yang berarti “Bapa sejumlah besar bangsa”. Setelah memakai nama yang baru itu, ia pakai dengan penuh penuh kehormatan dan pengucapan syukur.Kemungkinan besar pada saat itu, orang-orang yang hidup pada zaman itu banyak yang mengolok-olok karena nama dan keadaannya tidak cocok. Sudah pasti, jika ejekan itu sampai di telinga Abraham, ia akan menjawab, “saya tidak akan malu memakai nama baru itu karena TUHAN yang menjadikan seluruh alam semesta kelak akan menggenapi janji-Nya. Tampak jelas bahwa Paulus menguraikan dan menjelaskan hal “dibenarkan dan diselamatkan oleh iman” karena ilham Roh Kudus.      Yakobus berbicara tentang suatu masa, beberapa tahun sesudahnya, ketika Abraham dipanggil untuk mempersembahkan anaknya, Ishak (yang belum lahir pada masa yang dibicarakan oleh Paulus) sebagai kurban (Yakobus 2:21-22; bdk. Kejadian 22:2-18).Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.

Dalam hal itu, tampaklah bahwa TUHAN telah menunjukkan mujizat-Nya kepada Abraham. Ishak dilahirkan meskipun umur Abraham sudah seratus tahun dengan tubuh yang sudah sangat lemah dan Rahim Sara yang telah tertutup. Dengan demikian, tidak ada yang mustahil bagi TUHAN yang mampu menghidupkan orang yang telah mati dan menciptakan segala sesuatu. Bahkan, dikemudian hari Abraham tidak segan-segan mengorbankan buah hatinya, Ishak, asal hal itu berkenan di hati-Nya. Abraham memperoleh kemenangan dalam hal berserah kepada TUHAN karena ia mempersembahkan anaknya Ishak, dengan hati yang percaya dan iman yang teguh.

Tanpa keraguan Abraham hidup rukun bersama istrinya, yang sampai tua masih belum memiliki anak. Bahkan tanpa keraguan Abraham membawa putranya Ishak, untuk mendaki gunung Moria untuk dipersembahkan di sana berdasarkan perintah TUHAN. Tanpa keraguan iapun menerima perjanjian TUHAN yang ajaib itu, yang menetapkannya menjadi Bapa dari suatu bangsa yang besar yang banyaknya seperti bintang di langit dan pasir di tepi pantai.

Dalam Perjanjian Baru, kata iman memakai bahasa Yunani yaitu yang disebut sebagai kata benda ‘PISTIS’ dan kata kerja ‘PISTEO’, keduanya muncul lebih 240 kali, dan kata sifat ‘PISTOS’ muncul 67 kali. Tekanan  yang diberikan kepada iman harus dilihat dengan latar belakang karya penyelamatan-Nya dalam pribadi Kristus. “Penampilan iman dalam Perjanjian Baru dilukiskan dalam kehidupan Paulus, seperti ayat ini “karena aku percaya kepada-Nya, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku” (Kisah Para Rasul 27:25).

Istilah “percaya” diartikan secara khusus, yaitu pengandalan diri secara mutlak kepada karya penyelamatan Kristus yang sempurna dan telah selesai.”[6] 

Paulus mengambil kesimpulan tentang iman yang secara khusus merupakan definisi iman dalam Perjanjian Baru. Menurut Paulus iman berarti:

Melepaskan segala kepercayaan yang mengandalkan kemampuan diri untuk mendapatkan keselamatan sebagai imbalan dari jasa atau amal bakti. Beroleh keselamatan hanyalah dengan percaya sepenuhnya menerima  karunia  Allah  di  dalam  Kristus,  mengandalkan  Kristus  dan  hanya  Dia  untuk  memperoleh  segenap  arti  keselamatan. [7] 

Adapun definisi iman yang mengandung empat unsur utama, yaitu: Pertama, iman berarti percaya sungguh-sungguh kepada Kristus yang tersalib dan bangkit sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Hal ini meliputi percaya dengan sepenuh hati, menyerahkan seluruh kehendak kita dan mengabdikan secara mutlak kepada Yesus Kristus. Kedua, iman meliputi pertobatan, yaitu berbalik dari dosa dengan penyesalan yang mendalam, dan berbalik kepada Yesus Kristus dan firman-Nya. Ketiga, iman termasuk ketaatan kepada Yesus Kristus dan firman-Nya sebagai suatu cara hidup yang diilhamkan oleh iman seseorang, oleh rasa syukur kepada-Nya dan oleh karya Roh Kudus yang memperbaharui. Itulah ketaatan yang bersumber dari iman. Keempat, iman meliputi pengabdian pribadi yang sepenuh hati dan ikatan kepada Tuhan Yesus Kristus yang terungkap dalam kepercayaan, rasa syukur, kasih dan kesetiaan.

Iman berarti jawaban pribadi manusia atas prakarsa TUHAN yang dikenal dalam firman-Nya dan dalam campur tangan TUHAN demi keselamatan. Iman bukan hasil refleksi (gerakan, usaha) manusia, tetapi merupakan buah cuma-cuma yang dihasilkan oleh kuasa-Nya dalam diri manusia. Menyambut firman-Nya berarti menyerahkan seluruh dirinya ke dalam persekutuan dengan TUHAN. Iman itu percaya secara mutlak kepada-Nya yang hidup dan benar, bergantung pada-Nya secara eksklusif dan taat kepada-Nya.[8]

 

Iman juga merupakan pertahanan atau benteng kehidupan, artinya, orang hidup harus berjaga-jaga. Berjaga-jaga bukan dalam ketegangan, ketakutan, kecemasan dan kebimbangan, tetapi berjaga-jaga dengan penuh kepercayaan.

Iman merupakan langkah sukarela dan sikap seorang pribadi dimana ia meletakkan beban kebutuhannya dan membiarkan kegiatannya dikendalikan oleh sesuatu yang dipercayainya. Dalam bidang Alkitab sesuatu yang dipercayainya itu ialah TUHAN dan langkah sukarela itu timbul karena percaya mendengar firman-Nya.[9] 

Sedangkan kata-kata yang paling sering digunakan untuk iman di dalam Perjanjian Baru adalah kata benda ‘pistis’ yang dapat dipergunakan dalam pengertian “iman yang dengannya kita mempercayai”, untuk menyatakan suatu keyakinan atas kebenaran dari suatu hal. Dan kata kerja pisteuein yang memiliki arti : Pertama, berpikir bahwa sesuatu adalah benar (Matius 24:23). Kedua, menerima pesan-Nya yang disampaikan oleh irang yang ditunjuk oleh TUHAN (Kisah Para Rasul 24:14). Ketiga, menerima Tuhan Yesus sebagai Mesias, sumber keselamatan kekal yang ditetapkan secara ilahi (Yohanes 3:16).

Sebagai ringkasan, boleh dikatakan bahwa iman dalam Perjanjian Baru melibatkan penerimaan atas suatu rangkaian kebenaran yang didasarkan pada kesaksian para rasul atau orang-orang lainnya yang menyebarkan kesaksian itu, dan suatu kepercayaan pribadi kepada Kristus sebagai Juruselamat pribadi. Iman merupakan inti dari kehidupan umat-Nya baik di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

Saat kita melanjutkan ke masa bapa-bapa iman (patriakh), Abraham merupakan contoh yang paling menonjol di dalam Perjanjian Lama tentang iman, sedemikian menonjolnya sehingga Abraham disebut “bapa dari orang-orang beriman”. Paulus mengajarkan bahwa Abraham dibenarkan karena iman (Roma 4:1-3), dan bahwa semua orang percaya adalah anak-anak Abraham (Galatia 3:7). Sara, Ishak, dan Yakub – mereka semuanya hidup oleh iman. [10]

Jika iman dalam Perjanjian Lama adalah mengucapkan  “Amin” kepada TUHAN, maka iman dalam Perjanjian Baru adalah mengucapkan “Amin” kepada Injil. Iman bukan hanya suatu bentuk pengakuan tentang Kristus, tetapi juga suatu tindakan yang terbit dari hati orang percaya sebagai pengikut Kristus. Dalam hal ini bukan merupakan tindakan sesaat, tetapi tindakan dan sikap yang berkesinambungan yang harus bertumbuh dan dikuatkan secara terus menerus, hari lepas hari.

Iman membawa seseorang ke dalam suatu hubungan yang baru dengan TUHAN dan membebaskannya dari dosa dan didiami oleh Roh Kudus yang memampukannya untuk terus hidup dalam iman. Orang yang beriman mempunyai pegangan, kepastian di dalam jiwanya sedalam-dalamnya yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Iman tidak hidup di atas keragu-raguan, tetapi berdiri di atas janji-janji-Nya yang penuh dengan kepastian.

 



1.Thayer, Greek. English Lexicon Of The New Testament. (Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1992), 512-513.

2. Spiros Zodhiates. The Complete Word Study Dictionary. (Chatansga, TN37422: AMG Publisers, 1993),  1162

[3] Hadiwijono, Harun. Iman Kristen. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 405.

[4] Xafier Leon – Dufor. Ensiklopedi Perjanjian Baru. (Yogyakarta: Kanisius, 1990), 281.

[5] Chris Marantika. Doktrin Keselamatan dan Kehidupan Rohani. (Yogyakarta: Iman Press, 2002), 89.

6 Chris Marantika. Doktrin Keselamatan dan Kehidupan Rohani. Yogyakarta: Iman Press, 2002), 90-91

[7] Douglas JD. Ensiklopendi Alkitab Masa Kini I. (Jakarta: YKBK, 1996), 432

[8] Xafier Leon - Dufor. Ensiklopedi Perjanjian Baru. (Yogyakarta: Kanisius, 1990), 282.

[9] Harold M. Frelight. Delapan Tiang Keselamatan. (Bandung: Yayasan Kalam Hidup 2002), 25.

[10] Anthony A. Hoekema. Diselamatkan oleh Anugerah. (Surabaya:  Momentum, 2001), 190.

Posting Komentar untuk "Pengertian Tentang Iman Dalam Kekristenan – Menurut Alkitab"