Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan harian - Iman dan Janji Allah

 Renungan harian

Iman

Iman bukan perasaan atau kesan. Iman bukan juga suatu kebenaran yang kita yakini sendiri atau semacam indoktrinasi diri. Iman berarti percaya dan menerima begitu saja apa yang telah dijanjikan Allah dalam Alkitab. Seperti sikap percaya dan menerima yang dimiliki seorang anak iman ialah Tetap percaya : meskipun tidak tahu apa yang mungkin atau dapat terjadi. Iman Talah hanya mengandalkan pada janji dan Pembuat janji, dan berharap penuh. Iman semacam ini memerlukan undakan; bertindak sesuai dengan apa yang dijanjikan Allah dan mencoba memenuhi persyaratan apa pun yang dinyatakan dalam janji yang dibutuhkan untuk Allah untuk memenuhi bagian-Nya atas janji tersebut.

Menurut George Mueller, "Kesan berasal dari pertimbangan manusia yang paling tidak dapat diandalkan. Sebaliknya, iman berdasarkan pada firman Allah yang udak terkalahkan. Iman bukanlah kesan, baik itu kuat maupun lemah, yang membedakannya. Kita harus mengandalkan Firman yang tertulis. Kita harus bersandar pada Firman yang tertulis, bukan pada diri sendiri, atau kesan kita ... Iman sama sekali tidak berkaitan dengan kemungkinan. Wewenang iman akan mulai bekerja bila kemungkinan hilang dan penglihatan serta indera lak berfungsi.

Definisi iman

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. (Heb. 11:1 ITB)

Contoh tokoh yang hidup oleh iman: Abraham

Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. (Heb. 11:8 ITB)

Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. (Rom. 4:20-21 ITB)

 Janji Allah

Janji adalah suatu pernyataan yang dapat dipercayai, sesuatu yang dapat dipegang dengan penuh keyakinan, seperti janji seorang ayah kepada anak-anaknya. Di dalam Alkitab terdapat janji Allah bagi anak-Nya, ada janji yang bersifat umum yang diberikan untuk banyak orang dan ada khusus kepada seseorang sesuai dengan situasi yang unik pada waktu tertentu.

Janji dalam kamus diartikan sebagai penyataan yang memberikan kepada orang yang dijanjikan hak untuk mengklaim atau mengharpakan penggenapan dari suatu tindakan yang ditunda-tunda. Jadi, suatu janji adalah suatu pernyataan yang dapat kita dipercayai, sesuatu dimana dapat kita pegang dengan penuh keyakinan. Namun demikian janji-janji itu tergantung pada sifat dan kemampuan pribadi yang menyataakn janji tersebut.

Ada sesuatu yang lebih penting daripada usaha untu melatih iman dalam setiap janji yang menarik perhatian kita, yaitu membina sikap percaya kepada Allah, selalu memikirkan Dia, jalan-Nya, dan pekerjaan-Nya dengan pengharapan yang teguh. Dengan pola hidup seperti itu sajalah, janji-janji pribadi akan berakar dan bertumbuh. Andrew Murray

Kitab suci penuh dengan perintah, prinsip dan janji. Semuanya itu diberikan kepada kita supaya kita bias lebih mengenal sifat Allah seperti tertulis dalam firman-Nya dan supaya kita dapat memperhatikan sifat ini di dalam hidup kita sehari-hari. Kita seharusnya memperhatikan hal-hal ini ibadah pribadi kita secara pribadi atau pada waktu pemahaman Alkitab,  sambal menanyakan kepada diri sendiri bagaimana kita dapat menerapkannya dalam hidup kita, karena dengan melakukannya, kita dapat mengenal dan melayani Dia lebih baik.

Jenis-Janji

Ada dua jenis janji yang terdapat dalam Alkitab, yaitu janji umum dan janji khusus. Untuk memperoleh kedua jenis janji ini diperlukan iman supaya terpenuhi. Roma 14:6 “Siapa yang berpegang pada suatu hari yang tertentu, ia melakukannya untuk Tuhan. Dan siapa makan, ia melakukannya untuk Tuhan, sebab ia mengucap syukur kepada Allah. Dan siapa tidak makan, ia melakukannya untuk Tuhan, dan ia juga mengucap syukur kepada Allah. Mengingatkan kita bahwa "berdasarkan iman ... janji itu berlaku..." Ya, iman itu penting untuk menerima apa yang telah dijanjikan. Yang penting bukanlah besarnya iman, melainkan iman kepada Allah yang besar dan setia. Sementara kita bertumbuh dalam pengenalan akan Allah, sifat-Nya, dan kebesaran-Nya, iman kita juga akan bertumbuh. Beberapa janji sifatnya bersyarat, bergantung apakah kita benar-benar menggenapi tindak ketaatan tertentu sebelum kita melihat janji Allah. Bila persyaratan tidak dipenuhi, maka janji Allah tidak akan terwujud.

Janji umum: Diberikan bagi banyak orang dan sepanjang waktu. Kata-kata kunci dalam janji-janji umum adalah "percaya" dan "taat”. Beberapa contoh dari janji-janji umum adalah: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yoh. 3:16) atau "Barangsiapa memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya" (Yoh. 14;21). Contoh lain dari janji-janji umum adalah: "Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging" (Gal. 5:16); "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus" (Flp. 4:19); dan "Hormatilah ayahmu dan ibumu” ini adalah suatu perintah yang penting ... supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi" (Ef. 6:2-3, Ul. 5:16).

Janji khusus: Diberikan kepada seseorang sesuai dengan situasinya yang unik pada waktu tertentu. Bagian Alkitab yang khusus memuat janji ini ditanamkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus dan kita mempunyai keyakinan batiniah bahwa ini adalah bagian dari tuntunan-Nya secara khusus di dalam hidup kita. Konteks bagian ini mungkin juga berlaku bagi orang, tempat atau waktu yang lain, namun kita mendengar suara Allah berbicara dalam hati kita sesuai dengan situasi kita sekarang. Meskipun janji pribadi tertentu merupakan suatu cara Allah mengungkapkan dan meneguhkan kehendak-Nya bagi kita, kita harus selalu ingat bahwa ini adalah suatu proses yang sangat subjektif. “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? (Yer. 17:9) dan dengan demikian kita dapat saja membaca beberapa bagian tertentu dari Alkitab mengenai apa yang ingin kita baca. Kita dapat menipu diri sendiri, apabila kita tidak berhati-hati.

Jadi, tujuan Allah meberikan janji-janji supaya kita boleh bertumbuh menjadi serupa dengan Kristus dan supaya kitab oleh menjalani hidup berkemenangan atas dosa-dosa di dunia. Mintalah kepada Tuhan untuk menolong Anda supaya menjadi lebih giat mengklaim janji-janji dalam firman-Nya

Tuhan Yesus Memberkati..

Posting Komentar untuk "Renungan harian - Iman dan Janji Allah"