Melihat Kemuliaan Allah Yehezkiel Pasal 1 - 7 - Renungan Harian Tahun 2023
Melihat Kemuliaan Allah
Yehezkiel 1
Dalam Perjanjian Lama, Allah
menampakkan diri melalui penglihatan yang menunjukkan kemuliaan-Nya. Ini
disebut "teofani", yakni manifestasi Allah yang dapat disadari oleh
indra manusia. Allah pun menyatakan
diri-Nya kepada Yehezkiel ketika Yehezkiel berada di negeri orang Kasdim. Bukan
karena Yehezkiel hebat, melainkan karena kekuasaan Allah yang meliputi dia.
Penglihatan Yehezkiel digambarkan lebih terperinci daripada sejumlah nabi
lainnya. Meski demikian, Yehezkiel tidak menyebutkan penglihatannya secara
spesifik, melainkan menggunakan kata "seperti", "yang
menyerupai", dan "kelihatan".
Yehezkiel memakai benda dan
binatang yang ia ketahui untuk mencoba menjelaskan apa yang disaksikannya. Awan
dan api menunjukkan kehadiran dan kemuliaan Allah. Makhluk-makhluk
menggambarkan Allah Yang Mahahadir dan Mahatahu. Roda-roda penuh mata
melambangkan Allah yang dapat melihat segalanya. Mengapa? Karena Yehezkiel
menyadari bahwa pemahaman manusia tentang Allah sangatlah terbatas. Firman
Allah datang kepada Yehezkiel secara nyata, maka ia sembah sujud dan memasang
telinganya untuk mendengarkan Allah berfirman.
Allah memang jauh melampaui
pemikiran manusia. Yoh 1:18 mencatat: "Tidak seorang pun yang pernah
melihat Allah". Namun, Allah ingin menyatakan diri-Nya kepada manusia,
supaya manusia dapat mengenal-Nya. Ia pun memperdengarkan kehendak-Nya kepada
orang-orang pilihan-Nya.
Mungkin Allah tidak secara
langsung menyatakan diri-Nya kepada kita, tetapi firman-Nya selalu nyata
melalui Alkitab yang kita baca. Ketika Allah menyatakan diri-Nya, Yehezkiel
merespons dengan tepat. Ia tidak melarikan diri, tetapi bersiap untuk
mendengarkan Allah. Respons inilah yang harus dimiliki setiap orang percaya.
Bukan sekadar tahu, tetapi ada tindakan nyata untuk menaati dan menyembah-Nya,
karena kehadiran Allah nyata dalam hidup kita dan Ia hendak berfirman kepada
kita.
Mari kita menilik hati dan
mengoreksi diri. Apakah selama ini kita mengabaikan penyataan Allah? Sudahkah
kita berdiam diri untuk melihat kemuliaan Allah di dalam hidup kita?
Melangkah Saja
Yehezkiel 2:1-3:3
Mendapat penglihatan akan
kemuliaan Allah memang hal yang luar biasa. Tetapi, peristiwa ini diikuti
dengan perintah yang tidak mengenakkan. Setelah
melihat kemuliaan Allah, Yehezkiel diperintahkan untuk pergi kepada bangsa
Israel. Tentu bukan hal yang mudah karena mereka adalah bangsa pemberontak yang
melawan Allah, yang keras kepala dan tegar hati. Namun, Allah tetap mengutus
Yehezkiel sebagai nabi agar berada di tengah bangsa itu. Bagaimana mungkin
bangsa pemberontak itu mau mendengarkan dirinya? Bisa jadi, bangsa itu berbalik
melawan atau bahkan melukainya.
Allah tahu kegelisahan hati
Yehezkiel. Karena itu, Allah berfirman: "janganlah takut" dan
"janganlah gentar". Allah meneguhkan hati nabi yang diutus-Nya agar
tetap percaya kepada-Nya. Untuk itu, Allah menegaskan agar ia tetap
menyampaikan perkataan-Nya terlepas dari mereka mau mendengarkan atau tidak.
Secara sekilas hal ini
terkesan seperti pekerjaan yang sia-sia, tetapi sebenarnya tidak. Karena apa
yang akan ia sampaikan adalah firman Allah yang diberikan dalam wujud gulungan
kitab. Firman Allah mendatangkan kabar penghukuman bagi bangsa Israel, tetapi
firman itu terasa manis bagi Yehezkiel, karena itulah yang baik bagi manusia.
Yehezkiel tidak berdebat
dengan Allah karena ia menyadari tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang
nabi, dan ia telah dipilih untuk menyampaikan peringatan Allah bagi bangsa
Israel. Sebagai seorang nabi, ia ada di sana bukan untuk menyenangkan hati
mereka, tetapi untuk mengucapkan kebenaran secara mutlak tanpa berkompromi
dengan situasi yang ada.
Kita sebagai orang Kristen
mempunyai tanggung jawab yang sama untuk memberitakan kebenaran firman Tuhan.
Saat menghadapi situasi yang tak terduga dan orang-orang yang tidak mau
mendengarkan, kita harus belajar dari Nabi Yehezkiel yang taat untuk melakukan
apa yang diperintahkan Allah. Hendaknya kita pun mengerjakan bagian kita.
Jangan takut, melangkah saja sebab firman Allah yang adalah kebenaran telah
kita terima dan itulah yang kita kabarkan kepada sesama.
Allah Meneguhkan Hati
Yehezkiel 3:4-15
Bukan hal yang mudah
menghadapi orang keras kepala. Apa pun yang kita sampaikan tidak akan
didengarnya, seperti bicara pada tembok. Kita capek hati, bahkan emosi
terkuras. Menghadapi satu orang saja sangat sulit, terlebih lagi harus
menghadapi satu bangsa.
Yehezkiel diutus menghadapi
bangsanya sendiri, yakni kaum Israel, untuk menyampaikan perkataan Allah.
Seharusnya mudah bagi Yehezkiel karena ia bukan berbicara kepada bangsa asing
yang berbeda bahasa. Namun, kenyataannya lebih sulit karena ia menghadapi kaum
Israel yang berkepala batu dan tegar hati. Bangsa itu tidak mau mendengarkan
Allah, terlebih lagi Yehezkiel.
Namun, Allah tetap mengutus
hamba-Nya. Allah meneguhkan hati Yehezkiel dan membuat semangatnya membaja
untuk melawan mereka. Seperti batu intan yang lebih keras daripada batu,
peneguhan Allah bagi Yehezkiel lebih kuat daripada ketegaran hati mereka.
Ketika bangsa Israel menjauh dari-Nya, Allah tetap memberikan firman-nya dan
mengutus seorang nabi.
Perikop ini belum menjelaskan
secara terperinci apa yang difirmankan Allah kepada Yehezkiel. Namun, Yehezkiel
turut merasakan murka Allah. Ia tidak pergi dengan hati yang gembira, tetapi
dengan hati panas dan perasaan pahit. Yehezkiel bukan hanya pembawa pesan yang
tidak merasakan apa-apa, melainkan seorang nabi yang telah melihat kemuliaan
Allah dan dipenuhi kekuasaan-Nya.
Terkadang manusia tidak mau
mendengarkan bukan karena halangan teknis, seperti perbedaan bahasa, melainkan
karena kekerasan hati mereka. Justru kepada orang-orang seperti itulah Allah
mengutus kita untuk memberitakan Injil-Nya. Allah ingin supaya kita menerima
firman-Nya dan menyampaikannya kepada sesama. Untuk itu, Allah sudah menyiapkan
perlengkapan untuk kita; Ia memberikan keberanian agar kita sanggup menghadapi
kesulitan yang akan kita hadapi.
Karena itu, dalam situasi apa
pun, kita tetap mengerjakan tugas dan tanggung jawab dari Allah. Ketakutan bisa
saja melanda, tetapi kita akan mengalahkan rasa takut itu dengan tetap beriman
kepada Allah. Dialah yang selalu meneguhkan hati kita.
Mencari Tahu Kehendak Allah
Yehezkiel 3:16-27
Tugas seorang penjaga benteng
adalah mengawasi dan memperingatkan adanya bahaya. Ia dituntut untuk selalu
waspada dan berjaga-jaga karena ia tidak tahu kapan musuh menyerbu. Yehezkiel dipanggil untuk menjadi penjaga
Israel setelah ia berdiam diri di tepi sungai Kebar selama tujuh hari. Sebagai
penjaga, ia harus siap sedia untuk menerima firman Allah dan menyampaikannya
kepada kaum Israel. Yehezkiel harus memperingatkan mereka akan kejahatan mereka
sekalipun bangsa itu memberontak karena Allah akan menuntut
pertanggungjawabannya bila ia diam saja. Sebaliknya, Allah akan memberikan
keselamatan bila ia angkat bicara dan menyuarakan peringatan Allah.
Seorang nabi harus bersiap
untuk menyerukan firman Allah, tetapi bukan berarti ia dapat melakukannya
dengan gegabah. Yehezkiel bersiap diri untuk mendengarkan Allah, namun sungguh
heran, ia malah diminta untuk pulang dan mengurung diri. Ibarat seorang prajurit
di medan perang yang disuruh mundur dan bukannya maju berperang. Misi Yehezkiel
seakan-akan terhenti di sini. Namun, kenyataannya tidak demikian. Semua ini
karena Allah tidak ingin Yehezkiel bertindak sebelum waktunya. Ia belum boleh
menemui kaum Israel dan berbicara sebelum Allah berfirman kepadanya. Allah tahu
waktu yang tepat, dan Ia ingin agar Yehezkiel mempersiapkan diri lagi.
Sebagai hamba Tuhan yang
dipanggil untuk membawa firman Tuhan pun kita harus terus mencari kehendak
Allah. Hal ini karena kapan kita bertindak dan bagaimana kita memperingatkan
sesama sepenuhnya bergantung pada kehendak Allah. Tentu, kita bisa melakukannya
dengan menyediakan waktu untuk belajar kebenaran itu sendiri. Pemahaman yang
kuat sangat diperlukan agar apa yang kita lakukan atau tidak kita lakukan bukan
hanya untuk memuaskan perasaan kita, melainkan untuk melaksanakan kehendak
Allah bagi umat-Nya.
Ada saatnya kita keluar dan
menyerukan peringatan Allah, ada juga saatnya kita berdiam diri dan
mendengarkan Allah. Hal yang lebih penting adalah mencari tahu kehendak-Nya
sehingga kita dapat melangkah dengan benar dan kebenaran itu disampaikan dengan
tepat.
Ketika Anugerah Diremehkan
Yehezkiel 4
Yehezkiel telah melihat
kemuliaan Tuhan, dan akhirnya tiba saatnya untuk menyampaikan peringatan Tuhan
atas kaum Israel. Tuhan berfirman kepada Yehezkiel tentang penghakiman
Yerusalem dengan memberikan sejumlah tindakan simbolis.
Beberapa penekanan yang Tuhan
nyatakan menggambarkan kondisi yang akan menimpa kota Yerusalem. Pertama,
Yehezkiel diminta untuk memperagakan Yerusalem yang terkepung oleh pasukan
musuh dengan ia berbaring ke kiri selama 390 hari dan ke kanan selama 40 hari.
Pengepungan akan menimpa Kerajaan Israel di utara selama 390 tahun dan Kerajaan
Yehuda di selatan selama 40 tahun.
Kedua, Yehezkiel juga diminta
untuk makan dan minum seperti saat kota dikepung, yaitu roti dari campuran
biji-bijian seberat 20 syikal (280 gram) dan air seperenam hin (1 liter)
sehari. Umat yang dikepung akan mengalami kekurangan makanan dan penderitaan
yang besar.
Ketiga, Yehezkiel disuruh
membakar roti itu di atas kotoran manusia, suatu kenajisan besar bagi orang
Israel, apalagi bagi Yehezkiel. Karena itu, ia memohon supaya ia tidak hidup
dalam kenajisan dan Tuhan memperbolehkan dia membakar rotinya di atas kotoran
lembu.
Semua ini memperlihatkan
dahsyatnya penghakiman Tuhan. Ketika Yerusalem diserang dan penduduknya
menderita, itulah saat Tuhan sendiri menghukum umat-Nya. Hal ini sangat penting
karena sesungguhnya umat hidup dalam pemberontakan, sehingga mereka mengalami
kejatuhan dan kesombongan mereka hancur di bawah penghukuman Tuhan.
Mungkin kita berpikir bahwa
Tuhan lebih beranugerah dalam masa Perjanjian Baru karena Ia tidak lagi
menghukum umat-Nya seperti masa Perjanjian Lama. Padahal, hal ini seharusnya
menyadarkan kita bahwa makin besar anugerah, makin tinggi standar yang
dituntut. Jika umat Israel yang menerima hukum Taurat saja dihukum dengan
begitu berat, apalagi kita yang telah menerima Injil Yesus Kristus (Ibr
10:26-29).
Penghakiman yang sama
seharusnya menimpa kita juga, tetapi Tuhan telah menebus dan menguduskan kita.
Karena itu, jangan kita memandang rendah atau meremehkan anugerah yang
diberikan Tuhan.
Sedikit yang Setia
Yehezkiel 5
Pengepungan Yerusalem
merupakan kabar buruk bagi kaum Israel. Namun, nubuat dari Tuhan belum
berakhir. Dalam nas hari ini,
Yehezkiel disuruh mencukur rambut dan janggutnya. Ini menandakan penghinaan
terhadap Yerusalem dan hilangnya jati diri mereka. Kemudian, sepertiga dari
rambut tersebut harus dibakar, sepertiga dipotong dengan pedang, dan sepertiga
dihamburkan ke dalam angin. Ini artinya sepertiga umat akan mati kena sampar
dan kelaparan, sepertiga akan mati oleh serangan musuh, dan sepertiga akan
disebarkan ke pembuangan. Dengan demikian, Yerusalem yang dibanggakan oleh kaum
Israel sebagai pusat bangsa-bangsa akan dibuat menjadi reruntuhan dan celaan.
Apakah artinya tidak ada umat
yang akan diselamatkan? Ternyata masih ada sedikit umat yang diambil. Dalam
ayat 3, Tuhan berkata kepada Yehezkiel: "Engkau harus mengambil sedikit
dari rambut itu dan bungkus di dalam punca kainmu." Ini menandakan sedikit
umat yang akan hidup di pembuangan di Babel. Meski mereka juga hidup dalam
penderitaan, mereka diluputkan dari kematian. Itulah umat yang setia, yang
biasanya disebut "yang sisa" yang akan Tuhan pelihara. Mereka tetap
menyembah Tuhan di tengah mayoritas umat yang menolak hukum Tuhan dan menyembah
berhala. Dari sekian banyak kaum Israel yang binasa, ada sedikit yang setia.
Dengan demikian, Alkitab jelas
mengajarkan bahwa tidak semua umat Tuhan adalah umat yang sungguh-sungguh
setia. Bahkan, mayoritas umat dalam masa hidup Yehezkiel adalah umat yang hidup
dalam kejahatan dan kekejian. Bagaimana dengan orang Kristen pada masa
sekarang? Apakah masih ada orang Kristen yang tidak sungguh-sungguh setia?
Tentu saja. Banyak orang Kristen mengaku sebagai pengikut Kristus, tetapi
sedikit yang tetap menaati Tuhan dan mempertahankan jati diri sebagai umat
Tuhan.
Pada akhirnya, Tuhan akan
memisahkan umat yang setia (orang Kristen lahir baru) dari umat yang tidak
setia (orang Kristen KTP). Setiap kita perlu merefleksikan diri: umat seperti
apakah kita? Perbuatan dan perilaku dalam hidup kita akan membuktikan kesetiaan
seperti apa yang kita miliki.
Supaya Umat Bertobat
Yehezkiel 6
Tuhan telah menyatakan
penghakiman-Nya atas pemberontakan kaum Israel. Dalam nas ini, Tuhan menyatakan
kehancuran atas kekuatan yang selama ini mereka andalkan. Tuhan menyuruh Yehezkiel untuk bernubuat
melawan gunung-gunung Israel. Ini menunjuk pada bukit-bukit pengorbanan yang
dipakai umat untuk menyembah dewa-dewi Kanaan. Kata-kata penghakiman
menunjukkan bahwa Tuhan akan mendatangkan perang, menghancurkan mazbah-mazbah
berhala, dan mencampakkan orang Israel di depan berhala mereka.
Namun, sebagian umat tidak
akan mati, melainkan dibuang. Dan, di pembuangan itu mereka akan ingat kembali
kepada Tuhan dan bertobat dari dosa mereka. Bahkan, orang-orang yang dahulu
berzina kepada berhala akan merasa mual terhadap kejahatan dan perbuatan keji
mereka.
Kita dapat melihat bahwa
ketika Tuhan memberikan penghakiman, ada tujuannya. Firman ini diberikan supaya
pada saat kehancuran dan pembuangan itu terjadi, umat dapat mengetahui bahwa
"Akulah TUHAN". Ialah YHWH, satu-satunya Tuhan mereka. Ketika banyak
orang mati di bawah amarah Tuhan dan berhala mereka tidak bisa melakukan
apa-apa, mereka mau tidak mau mengakui bahwa Tuhan saja yang berkuasa.
Manusia berdosa sering tidak
sadar akan keseriusan dosanya sampai Tuhan menghukum. Karena itu, hukuman
sering Tuhan pakai untuk menyadarkan umat dari dosa mereka. Tuhan juga sengaja
memberitakan apa yang akan Ia lakukan sebelum semua itu terjadi, supaya umat
mengetahui bahwa peringatan-Nya akan benar-benar terjadi karena merupakan
firman yang penuh kuasa yang harus sungguh-sungguh diperhatikan.
Tuhan akan melakukan banyak
hal saat umat-Nya memberontak, termasuk menghukum kita, umat-Nya, dengan berat.
Ketika Tuhan memberikan ganjaran, kita bersyukur karena kita adalah anak yang
dikasihi-Nya. Hal ini berarti Tuhan tidak meninggalkan kita, melainkan mendidik
dan membentuk kita. Bahkan mungkin Tuhan sedang mempersiapkan kita untuk dipakai-Nya
dengan lebih lagi setelah kita bertobat.
Sebagai umat Tuhan yang hidup,
kita harus sadar bahwa Tuhan ingin kita setia kepada-Nya.
Pengadilan Pasti Datang
Yehezkiel 7
Tuhan kita adalah Tuhan yang
adil, yang menyatakan penghukuman-Nya atas orang yang bersalah. Akan tetapi,
apakah itu semua benar-benar terjadi? Tuhan
bernubuat bahwa kesudahan Israel telah tiba dan mereka akan berakhir. Tuhan
akan mencurahkan murka-Nya atas umat-Nya, menghakimi mereka selaras dengan
tingkah laku mereka, dan akan membalaskan segala perbuatan keji mereka.
Pernyataan itu diulang dua kali, menekankan betapa pentingnya umat mengerti
prinsip ini.
Dahulu mereka meminta bantuan
kepada berhala dan menyombongkan diri dengan segala kemewahan. Sekarang
penghukuman Tuhan tiba dan mereka tidak berdaya. Semua kebanggaan mereka
dirampas dan dihancurkan. Pasukan perang, emas, dan patung berhala sama sekali
tidak mengubah situasi. Bahkan, Bait Suci akan dibiarkan Tuhan untuk dijarah
dan dinajiskan oleh musuh. Apa pun usaha yang mereka lakukan, Tuhan akan
menyatakan penghakiman-Nya dan Ia tidak akan membatalkannya. Pada akhirnya,
mereka tunduk di bawah pengadilan-Nya dan Tuhan menyatakan diri-Nya:
"Akulah TUHAN".
Ketika kita melihat kejatuhan
kaum Israel, kita harus mengingat bahwa Tuhan itu adil dan kuasa pengadilan-Nya
sungguh nyata. Di dalam Perjanjian Lama, hukum keadilan Tuhan adalah "mata
ganti mata, gigi ganti gigi". Ini adalah perintah yang diberikan supaya
umat yang bersalah diadili dan dihukum secara setimpal.
Apakah hukum ini juga berlaku
bagi kita sekarang? Tentu saja. Kita memang tidak lagi tinggal di masa
Perjanjian Lama, tetapi bukan berarti kita terlepas dari keadilan-Nya.
Tuhan kita adalah Tuhan Yang
Adil dan Mahakuasa. Ialah Sang Hakim yang berkuasa mengadili segala ciptaan.
Kita semua nanti akan menghadap takhta pengadilan Kristus dan memperoleh apa
yang patut kita terima, sesuai dengan yang kita lakukan dalam hidup ini. Kita
harus mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar, karena pengadilan
Tuhan pasti datang, dan kita akan diminta pertanggungjawaban atas semua
perkataan dan perbuatan kita.
Posting Komentar untuk "Melihat Kemuliaan Allah Yehezkiel Pasal 1 - 7 - Renungan Harian Tahun 2023"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.