Renungan Harian Tahun 2023 – Yehezkiel Pasal 8 - 14
Kesabaran Tuhan Ada Batasnya
Yehezkiel 8
Kita mengenal Tuhan kita
sebagai Tuhan yang panjang sabar dan Maha Pengampun. Namun, bukan berarti Ia
akan tinggal diam ketika umat-Nya berbuat keji terhadap-Nya. Melalui penglihatan, Tuhan menunjukkan
Yerusalem kepada Yehezkiel untuk melihat kekejian besar yang dilakukan oleh
umat Tuhan, yakni dosa penyembahan berhala. Pertama, mereka melakukan
penyembahan kepada berhala cemburuan. Penyembahan berhala adalah dosa yang
paling dibenci oleh Tuhan dan menimbulkan cemburu-Nya. Umat seharusnya setia
kepada Tuhan saja, tetapi mereka berzina kepada allah lain.
Kedua, mereka beribadah kepada
segala jenis binatang najis. Penyembahan berhala adalah dosa yang sama sekali
tidak ada dasarnya. Para penatua secara sembunyi-sembunyi menyembah berhala
dengan alasan bahwa Tuhan tidak peduli kepada umat-Nya. Padahal, bagaimana
mungkin Tuhan Yang Mahakuasa yang menebus mereka tidak melihat dan memelihara
umat-Nya?
Ketiga, para perempuan
mengikuti dewi Ishtar meratapi dewa Tamus karena dewa ini diyakini mati setiap
musim gugur dan akan hidup lagi pada musim semi jika ditangisi dewi Ishtar. Apakah ada yang lebih bodoh daripada
menangisi ilah yang mati? Penyembahan berhala adalah dosa yang sangat bodoh.
Keempat, mereka sujud
menyembah kepada Samas dewa matahari. Penyembahan berhala selalu merupakan dosa
yang keterlaluan. Ini terlihat ketika umat Tuhan menyembah berhala dengan
membelakangi Bait Suci. Tidak mengherankan Tuhan yang panjang sabar pun
akhirnya bertindak dalam murka-Nya.
Coba refleksikan, betapa tidak
masuk akal, bodoh, dan keterlaluan ketika kita meninggalkan Tuhan yang telah
menebus kita untuk bergantung kepada sesuatu yang lain seperti uang, kuasa,
bahkan pelayanan dan keluarga kita. Memang Tuhan kita panjang sabar dan sering
tidak langsung menghukum. Namun, bukan berarti kita dapat meremehkan kesabaran-Nya
dan menyakiti hati-Nya terus-menerus.
Cepatlah bertobat! Tuhan kita
satu-satunya yang layak menerima kesetiaan kita. Jangan sampai Tuhan kehilangan
kesabaran lalu menyatakan murka-Nya.
Kesetiaan Tuhan
Yehezkiel 9
Ancaman Tuhan tidak pernah
merupakan ancaman kosong. Dalam pasal sebelumnya dinyatakan bahwa Tuhan akan
membalas dalam murka-Nya, sekarang Ia menyuruh para eksekutor untuk
melaksanakan penghakiman-Nya.
Tuhan mengirim para
malaikat-Nya untuk menghancurkan Yerusalem. Namun, sebelum penghakiman
dilakukan, Tuhan menyuruh seorang dari mereka untuk memberikan tanda T pada
dahi orang-orang yang berkeluh kesah karena segala kekejian yang terjadi.
Mereka adalah umat yang setia, yang menangis karena dosa penyembahan berhala
yang dilakukan di sana. Tuhan memerintahkan supaya mereka tidak disentuh. Tuhan
tidak akan membiarkan umat yang setia dihukum seperti mereka yang tidak setia.
Dalam murka-Nya sekalipun, Tuhan tetap meluputkan dan melindungi umat-Nya yang
setia.
Penghakiman Tuhan dimulai dari
tua-tua di hadapan Bait Suci, dan terus dijalankan kepada semua orang yang
tidak bertanda T. Bait Suci yang seharusnya dijadikan tempat penyembahan yang
kudus, kini dinajiskan dan dipenuhi dengan orang-orang yang mati.
Penghakiman Tuhan begitu
mengerikan sampai-sampai Yehezkiel tidak tahan melihatnya dan memohon kepada
Tuhan. Namun, kesalahan umat sudah keterlaluan. Mereka hidup dalam kemurtadan
dan berharap kepada dewa-dewi Babel. Mereka tidak lagi menghormati Tuhan sebagai
Tuhan atas mereka. Karena itu, Tuhan menjatuhkan hukuman yang setimpal dengan
ketidaksetiaan mereka.
Dengan demikian, sangat
penting bagi kita sebagai umat Tuhan untuk mengerti betapa pentingnya
menjalankan kehidupan dengan takut akan Dia. Kita akan dituntut dengan standar
yang lebih tinggi dan dihakimi terlebih dahulu. Akan tetapi, jangan lupa bahwa
Ia adalah Allah Yang Setia, yang akan menunjukkan penyertaan dan kesetiaan-Nya
kepada orang-orang yang setia dan taat kepada-Nya.
Percayalah bahwa Tuhan selalu
setia. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak setia kepada-Nya. Ia selalu
menunjukkan penyertaan dan perlindungan-Nya. Itulah berkat bagi mereka yang
tetap setia kepada-Nya di tengah dunia yang keji.
Allah Meninggalkan Umat-Nya?
Yehezkiel 10
Bait Suci menjadi simbol
kehadiran Allah di dunia. Di situ tempat Allah bertakhta dan menyampaikan
kehendak-Nya kepada umat-Nya. Inilah yang dilihat oleh Nabi Yehezkiel. Allah menyatakan kehendak-Nya kepada
Yehezkiel dalam suatu penglihatan. Ia melihat keagungan Allah di atas takhta
dari permata yang berkilauan. Dari takhta itu Allah memerintahkan penghukuman
bagi Yerusalem. Allah turun ke Bait Suci dan memenuhi tempat itu dengan
kemuliaan-Nya.
Kemudian, malaikat melakukan
kehendak Allah itu dengan cara mengambil bara api dan memberikannya kepada
seorang berpakaian lenan. Itulah api penghukuman Allah yang dijatuhkan kepada
setiap orang yang berbuat keji. Lalu, Allah meninggalkan Bait Allah dengan cara
berada di atas sayap malaikat dan dibawa naik. Apakah ini artinya Allah
sungguh-sungguh meninggalkan umat-Nya?
Allah kita adalah Allah Yang
Mahabesar. Ia memberikan penglihatan kepada orang yang dipilih-Nya untuk
menyatakan kehendak-Nya. Ia ingin agar manusia yang lemah tetap dapat memahami
kehendak-Nya. Dahulu Allah memerintahkan umat untuk membangun Bait Suci supaya
mereka dapat beribadah kepada-Nya di dalam kekudusan dan kelayakan. Namun,
mereka justru mencemarkan Bait Suci dengan penyembahan berhala. Padahal, Allah
yang bertakhta di tempat itu merupakan satu-satunya Allah mereka.
Melalui penglihatan itu, Allah
ingin menyatakan bahwa mereka telah menolak kehadiran-Nya dengan kekejian
mereka sendiri. Ia ingin agar umat-Nya menggantungkan hidup mereka hanya
kepada-Nya, bukan kepada ilah lain atau benda-benda. Jika tidak, Ia akan
mendatangkan hukuman. Allah yang meninggalkan bait-Nya merupakan gambaran hidup
yang tidak berkenan di hadapan Allah. Jadi, Allah tetap bertakhta di atas
segala sesuatu dan Ia tetap melihat kita, umat-Nya, tetapi kemuliaan Allah
tidak lagi terpancar di dalam hidup kita.
Hidup sebagai umat Allah perlu
dinyatakan dengan menghormati kemuliaan-Nya dan menaati kehendak-Nya. Untuk
itu, kita harus menjalani kehidupan ini hanya untuk menyembah Allah, tanpa ada
yang lain.
Akibat Kejahatan
Yehezkiel 11:1-13
Ada peribahasa yang
mengatakan: "Tak ada asap jika tak ada api". Artinya, tidak ada
akibat tanpa sebab. Penghukuman yang terjadi atas umat Israel bukan tanpa
sebab. Roh Allah mengangkat Yehezkiel ke gerbang
timur Bait Allah. Yehezkiel melihat di dalamnya ada 25 orang, di antaranya ada
pemimpin Israel, yaitu Yaazanya bin Azur dan Pelaca bin Benaya. Allah
mengatakan bahwa mereka semuanya adalah orang-orang yang merencanakan kejahatan
di Yerusalem. Mereka memengaruhi warga Yerusalem untuk mengabaikan bahaya musuh
dan membangun rumah-rumah baru karena yakin bahwa mereka akan tetap aman di
balik tembok kota.
Hati mereka tidak lagi setia
kepada Allah, sehingga mereka mendapat kebalikan dari yang mereka harapkan.
Tembok kota tidak berguna sama sekali. Mereka tidak akan terlindung, tetapi
akan dibawa keluar dan mati terbunuh oleh pasukan Babel. Mereka telah memulai
kejahatan dengan membunuh penduduk Yerusalem. Kini mereka menjadi korban
kejahatan yang dilakukan oleh bangsa Babel.
Allah melakukan penghukuman
sebagai peringatan bahwa akibat dari hidup tidak setia kepada-Nya adalah
datangnya kematian sebagai hukuman dari Tuhan. Inilah yang membuat Yehezkiel
memohon pengampunan bagi umat Israel.
Berhati-hatilah dalam
menjalani hidup. Ingat bahwa ada akibat dari setiap hal yang kita lakukan. Kita
harus menghindari penyebab dosa dengan menjaga hidup sesuai dengan kehendak
Allah. Umat Israel pernah mengalaminya. Pada awalnya mereka hidup aman dalam
perlindungan Allah. Karena menyembah berhala, mereka menjalani hidup dengan
cara-cara yang jauh dari kehendak Allah. Akibatnya, umat Israel hidup terbuang
dari negerinya, menjadi tawanan bangsa Babel. Hidup mereka serba tidak bebas
dan terancam.
Kehidupan kita perlu kita
perhatikan dengan saksama. Janganlah kita menggunakan kelemahan manusia sebagai
alasan untuk lepas tangan. Sekalipun ada pelanggaran yang mendatangkan
kesusahan, kita tetap dapat memohon anugerah pengampunan-Nya. Allah tidak
pernah mengabaikan umat-Nya yang mau bertobat.
Hidup dalam Pemeliharaan Allah
Yehezkiel 11:14-25
Umat Israel telah berbuat keji
terhadap Allah sehingga harus menderita dalam pembuangan. Apakah mereka akan
tetap di sana selamanya? Allah
menjawab Yehezkiel yang bergumul karena umat Israel telah menjauhi-Nya.
Akibatnya, mereka harus menjalani hukuman dengan cara menjadi orang buangan di
negeri asing. Namun, hal ini bukan akhir bagi mereka. Allah tetap berjanji
bahwa suatu saat nanti Ia akan menghimpun mereka kembali. Akan tiba saatnya
Allah menuntun mereka pulang ke Tanah Perjanjian dan mereka akan tetap tinggal
di sana.
Konsekuensinya, umat Israel
harus bertobat. Setelah dibebaskan dari pembuangan, mereka harus meninggalkan
segala penyembahan berhala. Mereka
akan hidup dalam ketaatan kepada Allah dengan mengikuti hukum Allah dengan
setia, dan hidup mereka sungguh-sungguh menunjukkan jati diri sebagai umat
milik Allah. Akan tetapi, jika mereka tetap menyembah berhala, maka hukuman
yang lebih berat menanti mereka.
Kasih Allah yang sempurna
terlihat dari pemeliharaan-Nya. Ia ingin agar manusia yang dikasihi-Nya hidup
di dalam segala berkat-Nya. Namun, manusia adalah makhluk tidak sempurna yang
selalu berpotensi melakukan kesalahan. Kita sudah melihat bagaimana Allah
menghukum umat-Nya yang berbuat dosa. Meski demikian, Allah tetap mengasihi
mereka dan ingin agar mereka selamat. Allah menjatuhkan penghukuman, tetapi di
saat bersamaan Ia juga menjanjikan pemulihan dan pembaruan.
Keyakinan akan kasih Allah
yang sempurna seharusnya membuat kita berusaha untuk melakukan segala
kehendak-Nya. Tidak lagi melakukan dosa; sebaiknya, menjadi manusia baru yang
lebih dekat dengan-Nya. Karena itu, tindakan yang perlu dilakukan adalah
belajar dari kesalahan. Hidup ini kita gunakan untuk taat kepada firman Allah
dan dengan sepenuh hati tunduk kepada-Nya.
Jika saat ini kita ada dalam
penyesalan karena perbuatan dosa yang terjadi, tetaplah tenang dan bertekad
untuk hidup baru. Jangan gelisah, apalagi hilang semangat hidup. Tinggalkanlah
perbuatan yang salah dan hidup sesuai kehendak-Nya, maka kita akan menikmati
kehidupan yang baik dalam pemeliharaan Allah.
Sisi Positif Hukuman
Yehezkiel 12
Tidak ada orang yang suka
menerima kabar buruk, apalagi kabar penghukuman. Tidak ada hal positif yang
didapatkan, yang ada hanyalah kehancuran dan penderitaan. Allah mengatakan bahwa umat Israel dihukum
karena mereka hidup sebagai kaum pemberontak. Melalui tindakan simbolis Yehezkiel,
ditunjukkan bahwa mereka akan menjadi tawanan bangsa lain dan hidup susah.
Ditegaskan juga bahwa apa yang dilakukan Yehezkiel adalah lambang penghukuman
yang akan menimpa setiap orang Israel. Mereka berusaha melarikan diri, tetapi
akan ditangkap oleh pasukan Babel. Mereka tidak akan makan dan minum dengan
tenang, dan kota kebanggaan umat Allah akan hancur dan menjadi sepi.
Setelah mendengar itu semua,
umat Israel masih menyindir dan meremehkan kuasa Allah. Padahal, selama ini
penglihatan diberikan supaya mereka sadar akan pemberontakan mereka dan kembali
menyembah Allah. Kini, hukuman bagi umat Israel akan segera terjadi. Segala
sesuatu yang telah dinyatakan Allah pasti akan terjadi sesuai dengan ketetapan
waktu-Nya.
Biasanya orang melihat sebuah
hukuman dari satu sisi saja, yaitu dampaknya yang merugikan dan menimbulkan
efek jera. Hal ini membuat hukuman menjadi menakutkan. Padahal, ada sisi yang
sebaliknya dari hukuman, yaitu sebagai sebuah peringatan. Hukuman diberikan supaya
orang menghindari kesalahan secara sadar, lalu memilih untuk melakukan hal yang
benar.
Kasih Allah kepada umat-Nya
bersifat kekal dan tidak terbatas. Di saat Ia menghukum, kasih-Nya kepada
umat-Nya tetap nyata. Penghukuman memiliki tujuan ganda: bukan semata-mata
untuk menjatuhkan umat-Nya, tetapi juga untuk menyadarkan dan memberikan
peringatan kepada mereka. Jika saat ini kita merasa sedang dihukum Allah, kita
perlu sadar bahwa Allah tidak ingin membuat kita hancur. Sebaliknya, Allah
sedang membentuk kita. Ia ingin agar umat-Nya menjadi manusia baru yang
mengingat kasih-Nya yang sempurna.
Kita akan terus berjalan dalam
kasih-Nya sekalipun kita sedang menghadapi dampak dari kesalahan yang kita
lakukan, karena kita melihat ada sisi positif dalam hidup kita. Kehendak Allah
selalu baik.
Wawas Diri terhadap Kepalsuan
Yehezkiel 13
Kita semua pasti menginginkan
barang yang asli. Masalahnya, apakah kita sadar bahwa apa yang kita terima
adalah sesuatu yang asli atau palsu? Ada
orang-orang yang mengeklaim diri mereka sebagai nabi-nabi yang menyampaikan
kehendak Allah. Padahal, mereka hanya menuruti keinginan hati mereka sendiri.
Mereka mengatakan nubuat yang berasal dari khayalan dan penglihatan yang palsu.
Atas semua kebohongan itu, Allah sendiri akan menentang nabi-nabi palsu
tersebut. Penyesatan dan upaya mereka dalam menutupi bahaya akan lenyap di
bawah amarah Allah.
Ada juga kaum perempuan yang
bernubuat sesuka hati. Mereka membuat gelang dan selendang yang diyakini
memiliki kesaktian untuk meramal masa depan. Mereka juga memakainya untuk
menghakimi orang secara tidak adil. Atas pelanggaran ini, Allah akan mematahkan
kuasa dan perkataan mereka. Umat-Nya akan dibebaskan dari penipuan dan
nabiah-nabiah palsu akan sujud di hadapan Allah.
Setiap individu ingin
dipandang sebagai orang hebat atau lebih unggul dari yang lainnya. Salah satu
contohnya adalah jabatan nabi. Seorang nabi diangkat oleh Allah untuk
menyatakan kehendak-Nya. Perkataannya dipercaya sebagai perkataan Allah kepada
umat-Nya. Namun, ada sebagian orang Israel demi kepentingannya sendiri menyebut
dirinya nabi. Mereka menipu umat Allah untuk memuaskan keinginan mereka
sendiri.
Hal ini sangat ditentang dan
dibenci oleh Allah. Oleh karena itu, Nabi Yehezkiel dipimpin Allah untuk
menyatakan kebenaran. Sekalipun tantangannya besar, sebagai utusan Allah yang
asli, ia harus mengatakan firman Allah dan memerangi kepalsuan yang
mengatasnamakan Allah.
Allah ingin agar umat-Nya
hidup dalam kebenaran dan tidak disesatkan oleh berbagai ajaran palsu yang
membawa kehancuran. Firman Allah membimbing kita untuk meningkatkan kewaspadaan
dalam menerima ajaran dari orang-orang yang mengeklaim diri paling tahu
kehendak Allah. Firman Allah juga mendorong kita untuk mengawasi diri sendiri
agar tidak menyatakan kepalsuan demi kepentingan sendiri. Mari kita wawas diri
terhadap segala kepalsuan yang ada.
Di Hadapan Allah Yang Mahatahu
Yehezkiel 14:1-11
Hati seorang manusia hanya
dapat dipahami oleh dirinya sendiri. Isinya sangat rahasia dan tidak ada yang
tahu. Ketika seseorang tampak berbuat baik, apakah ia sungguh-sungguh orang
yang baik? Yehezkiel duduk bersama
tua-tua Israel yang datang untuk meminta petunjuk Allah, tetapi kepada
Yehezkiel dinyatakan bahwa mereka adalah penyembah berhala. Ternyata, di dalam
hati mereka beribadah kepada berhala Babel dan menjatuhkan diri ke dalam
kesalahan. Sikap hati inilah yang membuat Allah menolak permintaan mereka.
Siapa pun yang hatinya
menyimpang dari Allah dan mengikuti berhala akan dihukum dengan keras. Nabi
yang menuruti godaan berhala akan terus bernubuat, tetapi ia akan ditolak dari
tengah umat. Setiap orang yang hatinya serong kepada berhala akan berakhir pada
penghukuman-Nya.
Allah melakukan ini agar
umat-Nya menjadi penyembah yang benar, dengan batin yang terarah hanya
kepada-Nya. Allah ingin agar umat-Nya yang tunduk kepada berhala bertobat dan
kembali mengikuti kehendak-Nya. Allah membimbing umat-Nya agar mereka tidak
lagi disesatkan oleh berbagai kenajisan, tetapi hidup setia kepada-Nya dan
menyembah-Nya sebagai Allah mereka.
Di hadapan Allah tidak ada apa
pun yang dapat ditutupi. Allah mengetahui isi hati manusia sepenuhnya dan
mengerti sampai jauh ke dalam lubuk hati manusia. Oleh karena itu, manusia
perlu menjaga hatinya agar selalu terarah kepada-Nya. Hati yang tunduk kepada
Allah menggambarkan iman yang teguh kepada-Nya. Inilah benih kesetiaan dalam
diri manusia. Makin tidak setia, makin jauh hati kita dari-Nya. Sebaliknya,
makin setia, makin dekat hati kita kepada kehendak-Nya.
Mulailah menata hati untuk
setia kepada-Nya. Jangan biarkan ketakutan, kegelisahan, keinginan pribadi, dan
keraguan menimbulkan pemberontakan di dalam hati. Percuma jika kita beribadah
kepada Tuhan, tetapi hati kita tidak tunduk kepada kehendak-Nya.
Di hadapan Allah Yang
Mahatahu, bulatkan tekad untuk selalu mengarahkan hati kepada-Nya. Biarlah
Allah bertakhta di dalam hati kita dan memampukan kita tetap setia sampai akhir
hidup dalam kehendak-Nya.
Posting Komentar untuk "Renungan Harian Tahun 2023 – Yehezkiel Pasal 8 - 14"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.