Carilah Tuhan Setiap Waktu Yeremia Pasal 21-23 - Renungan Harian Tahun 2023
Carilah Tuhan Setiap Waktu
Yeremia 21:1-10
Dalam bacaan
kita, Raja Zedekia mengutus Pasyhur dan Imam Zefanya kepada Nabi Yeremia. Raja
Zedekia mencoba mencari petunjuk Tuhan atas situasi krisis yang ia alami, yaitu
dikepung Nebukadnezar, raja Babel. Kekalahan sudah di depan mata, dan ia
mencari Tuhan untuk mengharapkan mukjizat. Namun, jawaban Tuhan melalui Nabi
Yeremia justru sebaliknya. Bukan pertolongan yang akan ia terima, melainkan
justru kehancuran. Tidak ada pilihan lain. Sudah terlalu terlambat untuk
bertobat; bangsa Yehuda hanya perlu menyerah jika ingin bertahan hidup.
Dalam tradisi
Perjanjian Lama, seorang nabi memiliki peran sebagai perantara dan penyambung
lidah Allah kepada umat. Nabi Yeremia telah berulang kali menyampaikan pesan
pertobatan, tetapi ia lebih sering diabaikan, baik oleh raja maupun umat.
Bahkan tak jarang raja-raja zaman dahulu lebih memilih mengangkat dan mendengar
nabi-nabi yang sesuai selera mereka. Zedekia bahkan akhirnya memilih jalan kematian, yaitu
dengan memberontak kepada Nebukadnezar ( 2 Raj 24:20-25:21). Dengan demikian,
berakhirlah sejarah kerajaan Yehuda.
Allah tidak
menghendaki kita berbuat seperti Raja Zedekia yang baru mencari Tuhan ketika
sudah terdesak. Sering kali, tindakan tersebut sudah terlambat dan tidak
memberikan jawaban seperti yang kita harapkan. Coba bayangkan saja, jika kita
punya kerabat yang selama ini mengabaikan kita, lalu tiba-tiba dia datang dan
meminta pertolongan kepada kita, apakah kita akan merasa nyaman? Relasi seperti
itu, baik kepada sesama terlebih kepada Tuhan, bukanlah relasi yang sehat.
Lalu, bagaimana
caranya agar kita dapat menjalin relasi yang sehat dengan Tuhan dan sesama?
Caranya dengan doa, saat teduh, perenungan Alkitab, perjumpaan dengan orang
lain, atau dalam pengalaman keseharian. Temui dan cari Dia bukan hanya pada
saat krisis demi mengharapkan mukjizat! Carilah Dia setiap waktu, turuti
firman-Nya, dan janganlah kita mengandalkan pengertian diri sendiri.
Bertanggung
Jawab atas Kuasa
Yeremia
21:11-22:12
Memiliki kuasa
yang besar berarti memiliki tanggung jawab dan tuntutan yang besar. Itulah yang
tampak dalam bacaan kita hari ini. Firman
Tuhan disampaikan kepada keluarga raja Yehuda dan seluruh jajarannya. Mereka
diingatkan untuk melakukan keadilan, kebenaran, dan kebaikan. Jika mereka bisa
melakukan hal itu, maka Tuhan akan memberkati kerajaan Yehuda turun-temurun.
Namun, jika firman itu diabaikan, maka Tuhan sendiri yang akan melawan mereka
dan menghancurkan Yehuda. Nubuat
yang disampaikan kepada Raja Salum mengenai masa depannya yang akan di bawa ke
pembuangan dan mati di sana adalah penggenapan dari peringatan itu.
Raja Salum
memerintah dalam waktu singkat, hanya tiga bulan. Ia ditawan di Mesir oleh raja
Mesir, Firaun Nekho. Bahkan pada zamannya, Nekho mendenda Yehuda sebesar
seratus talenta perak dan sepuluh talenta emas. Kemudian, Nekho mengangkat
Elyakim, saudaranya, untuk menggantikan dia sebagai raja Yehuda ( 2 Raj 23:31-34
atau 2Taw 36:1-4).
Sungguh
menyedihkan nasib Salum. Peristiwa itu menunjukkan bahwa perintah Tuhan tidak
main-main. Melakukan keadilan dan kebenaran bukanlah sebuah pilihan, melainkan
keharusan. Kuasa besar harusnya dipakai untuk membawa kebaikan besar, bukan
justru untuk kepentingan pribadi dan kebanggaan semata. Kekuasaan itu tidak abadi. Tanggung
jawabnya dipertaruhkan kepada Tuhan. Lalai dan abai kepada Dia, sama artinya
melawan-Nya, dan itu berarti siap untuk dipermalukan.
Tuhan pasti
memberi kuasa kepada kita. Baik sebagai pemimpin di gereja, pimpinan di tempat
kerja, pejabat di pemerintahan, maupun sebagai orang tua, suami, istri, atau kakak.
Mau kecil ataupun besar, kita harus menjalankan kuasa itu dengan penuh tanggung
jawab dan kesadaran untuk menegakkan keadilan dan kebenaran. Jangan pernah
menggunakan kuasa kita untuk memeras, menyakiti, atau hanya demi memikirkan
diri sendiri.
Memilih
Mengikuti Teladan yang Baik
Yeremia
22:13-30
Bacaan kali ini
berisi nubuat kepada dua raja Yehuda, yaitu Yoyakim dan Konya. Kepada Yoyakim
disampaikan teguran Tuhan karena ia memerintah secara lalim, hanya mencari
untung sendiri, bahkan tega memeras dan menumpahkan darah orang lain. Karena
itu, tidak akan ada orang yang meratapi kematiannya.
Kepada Konya
juga disampaikan mengenai kesusahan yang akan ia alami, yaitu ia akan dibuang
ke Babel dan tidak akan ada lagi keturunannya yang menjadi raja Yehuda. Yoyakim
dan Konya adalah anak dan cucu dari Raja Yosia. Yoyakim menjadi raja
menggantikan saudaranya, Yoahas, yang ditawan Firaun Nekho ke Mesir. Raja Yosia
merupakan raja yang melakukan keadilan dan kebenaran. Yosia juga melakukan
pembaruan iman dan hidup keagamaan di Yehuda dan berbalik untuk beribadah hanya
kepada Tuhan. Tidak pernah ada, baik sebelum dan sesudahnya, seorang raja
Yehuda yang sepenuhnya mengasihi Tuhan seperti Yosia (2Raj 23:25).
Segala kebaikan
dan kebenaran yang dilakukan Yosia bisa saja diteruskan dan diikuti oleh anak
cucunya. Yoyakim dan Konya bisa saja memilih untuk menjadi raja yang baik
seperti Yosia. Namun sebaliknya, mereka memilih untuk mengabaikan teladan
Yosia. Mereka memerintah menurut pandangan dan kehendak mereka sendiri. Itu
semua membuat mereka jatuh ke dalam kejahatan dan penderitaan.
Kata pepatah
"buah jatuh tidak jauh dari pohonnya", tetapi dalam hidup beriman
sering kita jumpai hal yang tidak demikian. Memiliki orang tua yang baik dan
berhasil, tidak menjamin anak-anaknya akan demikian. Begitu pula sebaliknya,
memiliki orang tua yang lalim dan gagal, tidak berarti anak-anaknya akan
demikian juga. Kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri.
Dalam kehidupan
ini ada banyak sekali teladan baik yang bisa kita lihat, pelajari, dan ikuti
demi menjadi orang baik. Entah dari orang lain, orang tua, sahabat, pimpinan,
bahkan anak-anak. Pilihlah teladan yang baik sesuai dengan kehendak Tuhan.
Hiduplah
dalam Pengharapan
Yeremia 23:1-8
Jika dalam
beberapa perikop sebelumnya teguran Tuhan ditujukan kepada raja-raja Yehuda, dalam
bacaan kali ini teguran itu secara umum disampaikan kepada para gembala atau
para pemimpin umat. Gembala bukan sekadar pemimpin di dalam kerajaan atau
pemerintahan, tetapi juga pemimpin keagamaan. Merekalah yang disebut telah
menyebabkan kambing domba Allah bercerai-berai. Memang benar, umat Yehuda
berulang kali jatuh ke dalam penyembahan berhala karena ajakan yang dilakukan
oleh para pemimpin mereka.
Peristiwa
kejatuhan Yehuda dan pembuangan yang mereka alami adalah konsekuensi dari dosa
yang berulang terjadi dari generasi ke generasi. Namun, Tuhan Allah tetaplah
Tuhan yang penuh kasih. Pada waktu-Nya, Tuhan akan mendatangkan pemimpin yang
menegakkan keadilan dan kebenaran. Akan tiba waktu-Nya umat akan dikumpulkan
kembali dari tempat pembuangan mereka masing-masing. Peristiwa itu bahkan lebih
besar daripada peristiwa keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir yang dipimpin
Musa.
Dalam
sejarahnya, sejak kejatuhannya dari Babel dan Asyur, kerajaan Yehuda (Israel)
tidak pernah lagi kembali seperti sediakala sampai sekarang. Namun, bukan
berarti janji Tuhan tak terpenuhi. Kita meyakini bahwa Yesus Kristuslah Tunas
Daud yang dijanjikan itu. Tuhan Yesus mengatakan bahwa kerajaan-Nya bukan dari
dunia ini (Yoh 18:36). Dan terjadilah penggenapan nats ini: bahwa kehadiran
Raja baru ini akan jauh lebih besar daripada peristiwa Keluaran. Bahkan
dikumpulkannya umat Tuhan tidak lagi terbatas pada umat Israel saja, tetapi
semua suku bangsa.
Dalam setiap
kesulitan dan penderitaan, Tuhan senantiasa memberikan pengharapan. Tujuannya
bukan sekadar untuk memberi kita kekuatan, tetapi juga membuat kita percaya
bahwa Dia selalu ada beserta kita. Dia tak pernah meninggalkan kita, sekalipun
mungkin kita menderita karena menjalani konsekuensi atas dosa kita. Maka dari
itu, hiduplah selalu dalam pengharapan kepada Tuhan.
Posting Komentar untuk "Carilah Tuhan Setiap Waktu Yeremia Pasal 21-23 - Renungan Harian Tahun 2023"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.