Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Harian Yeremia Pasal 11-20 Dengar dan Lakukan

 Renungan Harian Yeremia 11:1-20 Dengar dan Lakukan


Dengar dan Lakukan

Yeremia 11:1-17

 

Beberapa orang berpikir seandainya mereka dapat mendengar suara Tuhan, hidup mereka akan menjadi lebih saleh. Belum tentu! Mendengar, tiada artinya bila tidak diikuti dengan ketaatan.

Perkataan perjanjian yang tertulis di sini berkaitan dengan kitab perjanjian yang ditemukan di rumah Tuhan dalam masa pemerintahan Yosia (lih. 2Raj 23:2). Di sini Yeremia disuruh Allah untuk menyerukan perintah-perintah dari kitab itu berulang-ulang. Nasib bangsa itu bergantung pada ketaatan mereka kepada perjanjian Allah. Berulang kali Nabi Yeremia menyerukan "Dengarlah perkataan-perkataan perjanjian ini!" dan "Dengarlah suara-Ku!" Sesuai titah Raja Yosia, segenap rakyat harus mendengarkan perkataan perjanjian itu. Namun, sesungguhnya hati mereka jauh dari Allah. Mereka mendengar, tetapi tidak taat.

Bangsa Israel diam-diam beribadah kepada allah-allah lain, seperti yang dilakukan nenek moyang mereka dahulu. Mereka menyembunyikan dosa itu dari raja dan nabi. Namun, Allah mengetahui perbuatan mereka. Allah memperingatkan tentang malapetaka hebat yang akan Dia datangkan bagi bangsa itu. Begitu hebat malapetaka itu sehingga diibaratkan pohon zaitun yang terbakar dalam badai.

Ada ironi penghukuman Allah. Oleh karena mereka tidak mendengarkan suara-Nya, maka nanti ketika hukuman dijatuhkan, Dia tidak akan mendengarkan doa mereka. Bahkan, Yeremia pun dilarang mendoakan bangsa itu. Berdoa agar orang lain diampuni Allah hanya efektif bila orang itu sendiri berdoa.

Tuntutan Allah kepada umat-Nya adalah "Dengarkanlah suara-Ku!" Mendengar berarti taat. Kita belajar taat dengan melakukan perintah-perintah Allah yang tertulis dalam Alkitab. Dalam momen-momen khusus, kita juga belajar taat kepada Roh Kudus yang berbicara dalam hati kita.

Anugerah Allah adalah bila kita dapat mengetahui apa yang dikehendaki-Nya. Mari kita tanggapi dengan menaati perintah-Nya! Anugerah Allah memampukan kita untuk mendengar dan melakukan segala kehendak-Nya.

 

Menanti Tahun Hukuman Tuhan

Yeremia 11:18-23

Lazim terjadi, seorang pesohor, pejabat tinggi, atau pahlawan akan disambut meriah bila ia pulang ke kampung halamannya. Sebaliknya, penjahat, pengkhianat bangsa, atau teroris akan ditolak. Ironisnya, nabi-nabi Allah sering diperlakukan menurut golongan yang terakhir.

Orang-orang dari desa Anatot berkomplot akan membunuh Yeremia. Mereka tersinggung dan marah karena Yeremia bernubuat dan menegur dosa-dosa mereka. Padahal, ia menyampaikan firman Tuhan yang murni. Begitulah, kebenaran kadang menyakitkan. Karena menyakitkan, mereka ingin menyakiti Yeremia.

Yeremia semakin merasakan kepedihan, sebab ia berasal dari desa yang sama. Kita hanya bisa membayangkan betapa sakit hatinya mengetahui bahwa orang-orang sekampungnya hendak membunuhnya. Mereka itu teman-teman karibnya, mungkin juga sanak saudaranya.

Namun, Yeremia tidak membalas kejahatan mereka. Ia menyerahkan mereka kepada Tuhan. Tuhan melihat perkara itu dan menetapkan akan membinasakan seluruh penduduk Anatot. Tidak akan ada yang tersisa hidup. Bersamaan dengan penyerbuan musuh atas Yerusalem, desa itu pun dihancurkan. Itulah tahun hukuman Tuhan.

Penolakan yang dialami Yeremia juga bisa dialami oleh orang percaya pada masa kini. Namun, meskipun mengalami kesulitan dalam pelayanan, perlindungan Allah selalu menyertai kita. Perlindungan Allah pula yang menguatkan kita ketika menghadapi penolakan dalam pelayanan.

Setiap orang yang diutus untuk memberitakan karya Allah kemungkinan akan mengalami penganiayaan. Tidak jarang, penolakan disertai ancaman datang dari sanak saudaranya sendiri. Hal itu juga terjadi pada mereka yang akhirnya memilih percaya kepada Kristus.

Kita tidak perlu membalas yang jahat. Mengikuti teladan Yeremia, kita harus menyerahkan penghakiman kepada Tuhan. Pada waktu dan cara-Nya yang ajaib, Dia akan membela umat-Nya. Bertahanlah dan nantikanlah tahun hukuman Tuhan itu.

 

Waktu Tuhan Pasti yang Terbaik

Yeremia 12:1-17

Apakah Anda pernah merasa iri melihat kemakmuran yang dinikmati oleh pejabat yang korup? Mereka hidup nyaman, sedangkan Anda yang jujur hidup serba berkekurangan? Anda tidak sendiri. Yeremia merasakan hal yang sama, "Mengapa orang fasik hidup sentosa?" Pertanyaan itu kerap mengganggu orang-orang kudus.

Sang nabi tidak meragukan keadilan Allah yang pasti akan menghukum orang-orang fasik. Namun, Yeremia ingin mereka segera ditarik keluar dan disembelih seperti domba, supaya negeri itu menjadi damai. Tuhan menjawab dengan menegur ketidaksabaran Yeremia melalui dua pertanyaan. Allah memperingatkan bahwa ujian iman yang lebih besar menanti Yeremia. Bukan hanya orang-orang fasik itu masih akan menikmati kenyamanan, mereka juga diizinkan Allah untuk mengkhianati Yeremia.

Namun, Tuhan menjamin penghakiman-Nya tidak akan Dia tunda. Pembalasan atas kejahatan orang-orang Yehuda akan dilaksanakan-Nya pada waktu-Nya. Bangsa asing akan dikirim-Nya untuk menginjak-injak dan meluluhlantakkan negeri itu sampai tandus. Murka Tuhan menyala-nyala atas Israel, sebab mereka menentang Dia. Pada waktu-Nya, Tuhan juga akan menghukum bangsa-bangsa asing yang menghancurkan Yerusalem. Mereka pun telah berdosa kepada-Nya. Sedangkan bangsa Israel nantinya akan dipulihkan dan dikembalikan ke negeri mereka.

Belas kasih Allah kepada bangsa Israel merupakan gambaran atas belas kasih-Nya yang dialami oleh siapa saja pada zaman ini. Jika kita mendengarkan Allah, maka keadaan kita akan dipulihkan. Dengan demikian, kita dipersatukan dalam komunitas rohani yang sejati, yaitu gereja.

Pada masa kini, kita tidak perlu merasa iri melihat kemakmuran orang-orang fasik. Oleh karena pada waktu-Nya Tuhan akan memberikan keadilan. Saat ini, bagian terbaik yang dapat kita lakukan adalah percaya penuh kepada Dia yang sanggup menyelamatkan kita sesuai dengan janji-Nya. Percayalah, waktu Tuhan pasti yang terbaik.

 

Penghapus Tuhan

Yeremia 13:1-14

Apa yang akan Anda lakukan bila terjadi kesalahan tulisan pada kertas kerja? Anda akan memakai penghapus untuk membersihkan kesalahan tersebut dan memperbaikinya kembali. Hal itu Anda lakukan agar mendapatkan hasil kerja yang baik, bukan? Jika penghapus dapat digunakan untuk memperbaiki kesalahan, lebih dari itu, Tuhan punya cara untuk membersihkan kesalahan setiap umat-Nya agar didapati kembali kehidupan yang sesuai rancangan-Nya.

Yeremia mengikuti perintah Tuhan untuk membeli ikat pinggang lenan dan memakainya, kemudian menyembunyikannya di pinggir Sungai Efrat. Setelah beberapa lama ia diperintahkan untuk mengambil ikat pinggang lenan itu, tetapi ternyata sudah lapuk dan tak berguna. Seperti ikat pinggang lenan baru yang dipakai Yeremia, demikianlah bangsa Israel dan Yehuda dahulu melekat pada Allah. Namun, karena kecongkakbongakan mereka, kini mereka seperti ikat pinggang yang lapuk dan tidak berguna.

Yeremia diutus untuk menyampaikan bahwa Tuhan akan menghapuskan kecongkakbongakan Yehuda dan Yerusalem. Mereka adalah bangsa yang jahat, enggan mendengarkan perkataan-perkataan Allah, dan mengikuti allah lain. Padahal Allahlah yang membuat mereka menjadi umat yang ternama, terpuji, dan terhormat bagi-Nya. Tuhan yang penuh kasih akan bertindak kepada milik-Nya sendiri, supaya mereka hidup sesuai rancangan-Nya.

Allah tidak segan-segan bertindak bila didapati hidup umat-Nya tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Rancangan yang Allah buat bertujuan untuk kebaikan umat-Nya. Ingatlah, identitas umat Tuhan bukan dilihat dari kesuksesan, terdaftar sebagai salah satu anggota gereja, sudah dibaptis dan/ atau sidi. Tetapi, identitas umat Tuhan terlihat ketika hidup sesuai rancangan-Nya.

Marilah kita bertekad untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah! Tuhan telah memakai para hamba-Nya sebagai media yang menyerukan pertobatan. Jadi, bertobatlah dan bersyukurlah kepada Tuhan.

 

Hukuman dan Penderitaan

Yeremia 13:15-27

Hukuman dan penderitaan adalah buah yang dipetik bila peringatan atau teguran diabaikan. Ada kutipan mutiara bijak, "Orang harus menjaga kebaikannya, karena itu adalah investasi yang baik bagi kehidupan". Artinya, orang yang selalu berbuat baik, pasti menuai kebaikan sepanjang hidupnya. Sebaliknya, orang yang tidak menjaga kebaikannya, tentulah akan menuai keburukan. Tinggi hati, tidak mendengarkan Tuhan, tidak beribadah kepada Tuhan, dan tidak memuliakan nama Tuhan adalah sifat dan kebiasaan buruk manusia yang pasti membawanya kepada hukuman dan penderitaan.

Yeremia mengingatkan umat Tuhan agar jangan tinggi hati. Mereka harus mendengarkan Tuhan, beribadah, dan memuliakan nama-Nya. Yeremia menegaskan bahwa Tuhan masih memberikan kesempatan untuk bertobat, mengubah perilaku dan kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan kehendak-Nya. Bila kesempatan bertobat diabaikan, Tuhan pasti mendatangkan hukuman dan penderitaan yang tak dapat dielakkan.

Yeremia mengatakan bahwa ketika kesempatan berlalu, dalam sekejap semua kebanggaan, kejayaan, kekuasaan, dan harapan akan hancur. Itulah yang dialami Yehuda, kerajaan runtuh dan rakyatnya dibawa ke pembuangan sebagai tawanan. Pihak luar yang biasanya dijadikan sebagai kawan dan membawa upeti berbalik menjadi musuh yang menawan mereka. Hal itu menimbulkan rasa sakit dan malu. Tuhan membiarkan mereka dipermalukan. Itu upah untuk mereka yang melupakan Tuhan dan memercayai dusta. Nas ini mengajarkan kepada kita untuk bertobat selagi masih ada kesempatan agar kita tidak mengalami hukuman dan penderitaan.

Marilah kita menjauhkan diri dari perilaku dan kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan yang dapat mendatangkan hukuman dan penderitaan! Ingat! Kesempatan itu anugerah Tuhan, jangan diabaikan, agar kita menuai kebaikan-kebaikan Tuhan, bukan hukuman dan penderitaan.

 

Hukuman dan Doa untuk Pengampunan

Yeremia 14:1-22

Semua orang membutuhkan air. Ada peribahasa, "Menabung air hujan untuk bekal di musim kemarau". Peribahasa itu benar karena air merupakan kebutuhan penting bagi manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Tanpa air tidak ada kehidupan. Nas hari ini menggambarkan keadaan musim kering yang terjadi di Yehuda sebagai hukuman Tuhan. Pekerjaan-pekerjaan di ladang terkena dampaknya. Demikian juga hewan di padang dan di hutan.

Ketika kesempatan untuk bertobat berakhir, tentu hukuman dan penderitaanlah yang dituai. Dalam ayat 1-7, Yeremia menyampaikan pesan Tuhan tentang hukuman musim kering yang hebat atas Yehuda. Tuhan tidak berkenan sekalipun ada perkabungan, kesedihan, jeritan, seruan, puasa, dan persembahan korban. Bahkan Yeremia dilarang berdoa untuk kebaikan umat-Nya, sebab Allah telah menolak mereka sebagai umat-Nya. Hal itu menjadi pelajaran penting bagi kita agar hidup selalu berpadanan dengan firman Tuhan dan kehendak-Nya. Jangan sampai Allah tidak berkenan atas hidup, ibadah, dan persembahan kita.

Di balik hukuman dan penolakan Tuhan atas umat-Nya, ada teladan yang kita dapati dari Yeremia. Ia memperjuangkan agar Tuhan tetap mengasihani umat-Nya dan mengampuni dosa mereka. Berbeda dari para nabi palsu yang memanfaatkan keadaan umat untuk kepentingan pribadi, mereka mengerjakan kepalsuan semata. Mereka justru melestarikan dosa. Akhirnya, mereka menuai hukuman dan penderitaan, baik untuk dirinya maupun keluarganya. Nas hari ini menasihati kita supaya mewartakan firman Tuhan dengan benar dan tepat.

Pengalaman bangsa Yehuda tidak jauh berbeda dari kita sekarang. Berbagai peristiwa alam dan penyakit yang melanda seharusnya membuat kita berubah dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita tidak tahu, apa yang Tuhan akan lakukan atas dunia dan manusia akibat dosa. Mari kita hidup dengan melakukan kehendak-Nya dan berdoa agar semua orang bertobat dan kembali kepada-Nya, dan berbakti hanya kepapenderita.

 

Tuhan Marah?

Yeremia 15:1-9

Pada 26 Desember 2004 silam tsunami melanda Aceh akibat gempa berkekuatan 9, 1 Skala Richter, hingga menyebabkan ribuan orang meninggal dunia. Sherina, salah seorang musisi Indonesia menyatakan belasungkawanya dengan membuat lagu yang berjudul "Indonesia Menangis". Sebagian awal lirik lagunya, "Tuhan, marahkah Kau padaku? Inikah akhir duniaku? Kau hempaskan jari-Mu di ujung Banda, tercenganglah seluruh dunia". Benarkah Tuhan marah seperti dalam lirik lagu itu? Mengapa dan bagaimana Dia marah?

Tuhan marah? Kenapa tidak? Marah terjadi karena seseorang merasa tersakiti atau merasa terganggu. Nas hari ini menggambarkan kenyataan itu. Tuhan tidak asal marah. Kemarahan Tuhan disebabkan oleh kekecewaan-Nya yang hebat karena dosa bangsa Yehuda. Berulang kali mereka meninggalkan Tuhan. Hal itu dilakukan sejak zaman Manasye bin Hizkia, raja Yehuda yang memerintah di Yerusalem. Bagaimana sikap Tuhan? Tuhan tidak pernah berkompromi dengan dosa.

Dalam ayat 1-9, Tuhan menyampaikan pesan-Nya dalam doa syafaat Yeremia. Pertama, antipati atau rasa tidak suka Tuhan terhadap umat-Nya. Kedua, hukuman yang mengerikan, Tuhan tidak segan-segan menyerahkan umat-Nya kepada kesengsaraan yang dahsyat, yaitu maut, pedang, kelaparan, dan tawanan. Ketiga, putusnya hubungan sebagai akibat telah menolak dan meninggalkan Tuhan

Jika tetap tidak berbalik, Tuhan akan memberikan hukuman yang lebih mengerikan. Kehancuran yang ditandai dengan kematian anak-anak dan janda-janda jumlahnya jauh lebih banyak. Hal itu menjadi peringatan bagi kita, agar jangan bermain-main dengan dosa!

Sampai kapan kita hidup terus-menerus dengan melakukan kesalahan, melawan Tuhan, dan menolak segala kebaikan-Nya? Hidup yang kita miliki sesungguhnya kepunyaan Tuhan. Marilah kita menyadari semua dosa dan bertobat, sebelum semua terlambat! Seharusnya kita lebih menghargai karya keselamatan Allah dalam hidup kita.

 

Jangan Lupakan Tuhan

Yeremia 15:10-21

Semua orang pernah mengalami pergumulan. Bagaimana sikap Anda saat menghadapi pergumulan hidup yang berat? Apakah Anda diam, marah, kecewa, takut, atau tetap tenang dan mengandalkan Tuhan? Bagaimana bila ada seorang yang setia selama hidupnya membela bangsanya mengalami pergumulan? Bagaimana pula, jika dalam pergumulannya tekanan justru datang dari orang yang dibela? Terlebih lagi, jawaban Tuhan berbeda dari harapan si penggumul.

Yeremia adalah seorang nabi yang setia. Ia banyak membela perkara bangsanya di hadapan Allah. Ia menyerukan pertobatan kepada bangsanya. Ketika Tuhan menyampaikan hukuman dan pembinasaan, Yeremia meminta pengampunan dan belas kasihan Tuhan.

Nas hari ini memberi gambaran pergumulan Yeremia dan apa yang dilakukannya. Ia bukan orang yang mengutangkan dan bukan pula orang yang berutang, namun ia dikutuki, sehingga ia pun berdoa. Yeremia mengalami tekanan dan ketakutan, sehingga ia pun memohon Hal itu menunjukkan betapa beratnya pergumulannya. Namun, dalam ketakutannya, ia tidak melupakan Tuhan. Kemudian, Tuhan menjamin akan membebaskan Yeremia dari pergumulannya, mengembalikan hak-haknya, melindunginya dari musuhnya, dan menjamin kelepasan dan kebebasan.

Jangan lupakan Tuhan dalam pergumulan! Sebab, Dia sanggup melepaskan dan membebaskan kita dari pergumulan yang berat. Hal itu mengajar kita agar jangan sekali-kali menyelesaikan pergumulan seorang diri! Tepatlah perkataan bijak ini: "Mereka yang selalu berlutut menghadap Tuhan, akan selalu berdiri menghadapi siapa pun".

Pergumulan hidup harus kita hadapi dengan senantiasa bersyukur dan berdoa. Meskipun jawaban pergumulan itu tidak selalu sesuai dengan harapan kita, janganlah kecewa dan melupakan Tuhan. Sebab, Dia tidak pernah meninggalkan kita. Bersyukur sampai hari ini kita masih kuat menjalani hidup, itu semua karena Tuhan.

 

Semuanya Sia-sia bila Tuhan Murka

Yeremia 16:1-21

Tidak seorang pun menginginkan hidup dalam kesendirian. Pastinya semua orang menghendaki kehidupan bersama. Itu sebabnya, orang membangun rumah tangga, membentuk keluarga, menjalin hubungan interaksi sosial dengan sesama dalam kebahagiaan ataupun kesusahan. Nas hari ini sungguh terbalik dari kebiasaan umumnya. Sesuatu yang aneh bagi manusia, namun tidak untuk Tuhan. Kehidupan Yeremia dipakai untuk menggambarkan hukuman Tuhan.

Ada sejumlah larangan yang harus Yeremia lakukan. Pertama, jangan mengambil istri dan mempunyai anak-anak lelaki dan perempuan. Kedua, jangan pergi ke rumah duka, meratap dan turut berdukacita. Ketiga, jangan duduk, makan, minum, dan masuk ke rumah orang yang mengadakan perjamuan.

Di Yehuda, akan ada malapetaka besar, yakni kematian karena penyakit, peperangan, dan kelaparan. Tuhan telah menarik damai sejahtera, kasih karunia, dan belas kasihan-Nya. Tuhan juga menghentikan suara kegirangan dan sukacita dari tengah-tengah mereka. Hal itu mengajarkan bahwa semua yang kita miliki adalah pemberian Tuhan, Dia sanggup mengambil kembali.

Tuhan tidak main-main dengan hukuman yang diberikan kepada umat-Nya. Yeremia diperintahkan untuk mengingatkan bahwa meninggalkan Tuhan, tidak berpegang pada taurat-Nya, dan mengikuti kedegilan hati yang jahat adalah kesalahan dan dosa. Allah sanggup memakai siapa saja untuk menghukum umat-Nya dengan hukuman yang melebihi perbudakan di Mesir. Namun, Dia juga sanggup melepaskan dan menyelamatkan umat-Nya dari penderitaan dan hukuman. Hal itu menjadi peringatan bagi kita bahwa dosa yang tidak dibereskan akan berbuah menjadi hukuman.

Hukuman Tuhan dapat berlaku bagi siapa saja. Jangan kita terus-menerus melakukan kesalahan dan dosa. Sejarah bangsa Yehuda mengingatkan kita agar tidak bermain-main dengan kesabaran Tuhan. Kita harus hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.

 

Ganjaran atas Perbuatan

Yeremia 17:1-18

Ada petuah: "Apa yang kau tanam, itu yang kau tuai". Petuah itu mengingatkan kita tentang tanggung jawab terhadap setiap perbuatan kita. Bagaimanapun, kita harus menerima segala konsekuensi atas apa yang kita lakukan. Demikian pula saat kita berdosa di hadapan Tuhan.

Yeremia mengungkapkan bahwa dosa bangsa Yehuda telah tertulis dengan pena besi yang matanya dari intan, terukir pada loh hati mereka dan pada tanduk-tanduk mazbah mereka. Mereka menjauh dari Allah dan menyembah berhala. Mereka mengandalkan manusia dan bukan Allah. Mereka meninggalkan Allah, Sang Sumber Air Yang Hidup. Atas perbuatan itu, Allah menghukum mereka. Allah mengizinkan harta benda mereka dirampas dan mereka kehilangan apa yang telah diberikan-Nya kepada mereka sebagai umat perjanjian. Mereka akan menjadi budak musuh. Semua itu adalah ganjaran atas dosa yang telah mereka lakukan.

Namun, Allah berjanji akan memberkati setiap orang yang mengandalkan Tuhan dan yang berharap hanya kepada-Nya. Mereka akan menikmati berkat dan damai sejahtera dari Allah. Mereka juga akan memperoleh keselamatan dan kehidupan. Tentu, itu semua sesuai janji-janji Allah bahwa Dia akan memberkati umat yang mengasihi-Nya dan melakukan segala ketetapan dan perintah-Nya. Sebaliknya, Dia akan menghukum umat yang tidak setia dan melanggar segala ketetapan yang telah difirmankan-Nya.

Tidak ada yang dapat kita sembunyikan di hadapan Allah. Dia menyelidiki dan menguji hati dan hidup kita. Dia akan memberikan balasan sesuai dengan apa yang kita lakukan. Apakah kita akan menjadi umat yang mengasihi Dia ataukah kita menjadi umat yang tidak setia kepada-Nya? Ada ganjaran atas setiap perbuatan kita di hadapan Allah.

Mari kita izinkan Allah untuk menyelidiki dan mengoreksi hati kita. Jangan sampai dosa menguasai kehidupan kita. Mari kita terus hidup mengandalkan dan berharap hanya kepada Allah. Dengan demikian, kita akan menikmati berkat dan damai sejahtera yang dijanjikan Allah bagi setiap umat yang mengasihi-Nya.

 

Dengarkanlah Allah!

Yeremia 17:19-27

Bukti seorang anak mendengarkan orang tuanya adalah dengan melakukan apa yang diperintahkan oleh orang tuanya. Tetapi sebaliknya, jika seorang anak melanggar apa yang telah diperintahkan orang tuanya, itu berarti bahwa ia tidak mendengarkan perintah orang tuanya. Jika diberi pilihan, maka tentu semua orang tua ingin agar anak-anak mereka mendengarkan semua nasihat mereka.

Allah pun menginginkan umat yang dikasihi-Nya mendengarkan-Nya. Mari kita perhatikan ayat 24: "Apabila kamu sungguh-sungguh mendengarkan Aku, ..", kemudian dikontraskan dengan ayat 27: "Tetapi apabila kamu tidak mendengarkan perintah-Ku ...". Dari kedua ayat itu terlihat jelas bahwa inti dari semua yang Allah inginkan adalah agar umat-Nya mendengarkan Dia. Jika mereka sungguh-sungguh mengasihi Allah, tentu mereka akan mendengarkan dan melakukan apa yang Allah perintahkan. Dengan kata lain, sesungguhnya Allah sedang mengingatkan sekaligus menguji kesetiaan mereka terhadap ketetapan-ketetapan dan perjanjian-Nya.

Bukankah kita juga termasuk di dalamnya? Sebagai umat yang dikasihi-Nya, Allah ingin supaya kita mendengarkan suara dan isi hati-Nya. Sekali lagi, Allah mengingatkan kita akan ketetapan-ketetapan dan perjanjian-Nya. Jika kita mendengarkan suara-Nya dan melakukan segala perintah-Nya dengan setia, maka Allah akan memberkati kita. Begitu pula sebaliknya, jika kita tidak melakukan segala perintah-Nya dengan setia, maka segala kutuk akan menghampiri hidup kita.

Allah begitu setia akan perjanjian-perjanjian-Nya. Tidak pernah sekalipun Dia melanggar janji-Nya di dalam kehidupan kita. Jika kita sungguh-sungguh mengasihi Allah, maka kita pasti akan mendengarkan firman-Nya. Jika kita sungguh-sungguh mendengarkan firman-Nya, maka kita akan melakukan firman-Nya.

Dengarkanlah Allah dan lakukanlah segala perintah-Nya dengan setia, maka kita akan melihat berkat Allah di dalam hidup kita! Jadilah umat Allah yang mengasihi-Nya dan mengasihi sesama! [MAR]

 

Kesempatan untuk Bertobat

Yeremia 18:1-17 

Seorang seniman tidak akan pernah menyerah terhadap karya yang ia hasilkan. Ia akan terus berusaha agar buah tangannya menjadi mahakarya. Demikian pula, Allah tidak pernah menyerah terhadap ketidaksetiaan umat yang dikasihi-Nya.

Firman Allah kali ini diawali dengan sebuah tindakan simbolis. Tindakan simbolis itu diambil dari tukang periuk yang sedang bekerja dengan pelarikan. Apabila bejana dari tanah liat yang sedang dibuatnya itu rusak, maka tukang periuk itu akan mengerjakannya kembali menjadi bejana lain yang baik menurut pemandangannya. Seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kaum Israel di tangan Allah. Allah menghendaki Yehuda bertobat dari tindakan mereka yang jahat dan memperbaiki tingkah langkah dan perbuatan mereka.

Umat yang dikasihi-Nya telah melupakan Allah. Mereka berpaling kepada allah lain dan tidak mau bertobat. Umat yang dikasihi-Nya sudah rusak oleh dosa. Sesungguhnya, Allah akan menjatuhkan hukuman kepada mereka. Allah akan menyerakkan mereka kepada musuh-musuh mereka. Meski demikian, tujuan Allah bukanlah membinasakan mereka. Layaknya seorang tukang periuk yang akan mengubah bejana yang rusak menjadi bejana lain yang baik menurut pemandangannya, demikian pula Allah menghukum umat-Nya agar mereka bertobat dan dapat kembali hidup sesuai kehendak Allah.

Melalui firman itu, kita melihat kasih Allah yang begitu besar. Dia akan selalu mengasihi umat kepunyaan-Nya. Namun di sisi lain, kita juga melihat betapa Allah tidak main-main terhadap dosa. Dia tidak segan menghukum kita jika kita tidak bertobat dari dosa-dosa kita. Allah akan melakukan apa pun agar kita, umat yang dikasihi-Nya, kembali kepada-Nya. Allah ingin kita kembali menjadi ciptaan-Nya yang serupa dan segambar dengan-Nya.

Jangan anggap remeh setiap teguran Allah. Sikap keras kepala dan tidak taat kita hanya akan mendatangkan murka Allah. Bertobatlah saat Allah memberi kita kesempatan untuk bertobat.

 

Kembali Hidup dalam Kehendak Allah

Yeremia 18:18-23

Nabi adalah orang yang dipilih Allah untuk menyampaikan isi hati Tuhan kepada umat-Nya. Otoritasnya diberikan langsung oleh Allah. Demikian pula Nabi Yeremia. Apa yang ia katakan semuanya berasal dari Allah. Apa yang disampaikan seorang nabi tidak selalu apa yang menyenangkan telinga umat, melainkan apa yang dikehendaki Allah.

Allah menyampaikan peringatan dan teguran-Nya kepada umat melalui Nabi Yeremia. Alih-alih mendengarkan apa yang dikatakan Allah melalui Nabi Yeremia, mereka justru menganggap bahwa perkataan Yeremia hanyalah bualan. Mereka kemudian mengadakan persepakatan untuk melawan bahkan membunuh dirinya. Mengingat apa yang sudah ia lakukan di hadapan Allah, tentu ini menyakitkan bagi Nabi Yeremia. Maka ia pun mengadu kepada Tuhan. Ternyata, bangsa yang sudah ia bela agar tidak mendapat murka Allah malah ingin mempermalukan dan membunuhnya.

Pembelaan Nabi Yeremia kini berubah menjadi permohonan agar Allah bertindak menghukum bangsa Yehuda. Permohonan itu bukan karena Nabi Yeremia dendam terhadap mereka, melainkan karena ia melihat kedegilan hati bangsa Yehuda di hadapan Allah. Hal itulah yang meyakinkan Nabi Yeremia bahwa bangsa Yehuda layak mendapat hukuman dari Allah. Sebab, sesungguhnya mereka bukan sedang melawan perkataan seorang Yeremia, melainkan perkataan Allah.

Terkadang kita juga tidak berbeda dari bangsa Yehuda. Kita hanya mau mendengar firman Tuhan yang menyenangkan telinga kita. Namun, saat firman Tuhan menegur dosa dan kesalahan, kita cenderung meremehkan bahkan tidak segan membenci orang yang menyampaikannya. Bukannya menyadari dosa lalu bertobat di hadapan Allah, kita malah tersinggung dan marah oleh teguran yang tidak kita inginkan.

Firman Allah bukan melulu untuk menyenangkan telinga kita, melainkan untuk membawa kita kembali hidup dalam kehendak Allah. Siapa pun yang memberitakannya, ada otoritas dan kehendak Allah bagi kita. Hiduplah dalam kehendak Allah dan setialah kepada-Nya.

 

Peringatan Keras

Yeremia 19:1-15

Masih berhubungan dengan tukang periuk. Sebelumnya, Allah menegur Yehuda melalui perkataan Nabi Yeremia. Namun, kali ini Allah memberikan peringatan keras melalui tindakan simbolis yang dilakukan oleh Nabi Yeremia, yaitu memecahkan buli-buli di hadapan orang Yehuda.

Jika Allah sebelumnya menegur dan mengingatkan bangsa Yehuda melalui perkataan, kini Allah memberikan gertakan kepada mereka. Allah menyuruh Nabi Yeremia membeli buli-buli yang terbuat dari tanah lalu mengajak para tua-tua bangsa itu serta beberapa imam yang tertua. Tujuannya adalah untuk mendengarkan apa yang akan Allah lakukan terhadap bangsa mereka. Tempat yang dituju juga sudah Allah tetapkan, yakni Ben-Hinom, tempat di mana bangsa itu mempersembahkan korban bakaran untuk para Baal. Dengan memecahkan buli-buli di hadapan para tua-tua dan imam tertua bangsa itu, seharusnya mereka menyadari bahwa kali ini Allah serius mengingatkan mereka.

Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya. Jika Allah berjanji akan memelihara umat yang setia kepada-Nya, Ia juga berjanji akan menghukum umat yang tidak setia kepada-Nya. Mereka yang meremehkan dan mengabaikan perkataan Allah akan melihat kuasa Allah yang besar turun atas mereka. Mereka yang tidak mau bertobat sesuai teguran Allah akan melihat murka Allah menimpa mereka.

Terkadang kita menganggap bahwa Allah tidak mungkin menghukum kita karena Dia mengasihi kita. Jika kita pernah berpikir demikian, maka sesungguhnya kita tidak mengenal Allah. Allah tidak pernah main-main dengan perkataan-Nya. Jangan menunggu murka-Nya turun atas hidup kita. Cukuplah teguran dari Allah melalui firman-Nya, karena firman-Nya adalah "Ya dan Amin!"

Marilah kita terus belajar mengenali suara Allah melalui firman yang kita baca dan dengar! Segeralah bertobat dan kembali kepada Allah saat Allah mengajar kita melalui firman-Nya! Kesombongan dan kekerasan hati hanya akan mendatangkan hukuman dan murka dari Allah.

 

Otoritas Allah

Yeremia 20:1-6

Bukanlah perkara mudah untuk tetap menyatakan firman Allah di tengah tekanan yang mengancam nyawa. Banyak orang akan menyerah jika mereka berada di dalam situasi seperti itu. Tetapi tidak demikian halnya dengan Nabi Yeremia. Apa yang diperintahkan Allah itulah yang harus ia lakukan, meski keadaan di depan mata begitu menyakitkan dan menakutkan.

Pasyhur, imam kepala di rumah Tuhan, memukul dan memasung Nabi Yeremia di pintu gerbang Benyamin yang ada di atas rumah Tuhan. Tentu, ini disebabkan oleh perkataan yang disampaikan Nabi Yeremia mengenai rencana Allah menghancurkan mereka. Mereka mungkin berpikir jika dipasung dan dihukum, maka Yeremia akan berhenti berkata-kata. Akan tetapi, itu semua tidak membuat Yeremia diam karena yang membuat ia berbicara adalah Allah, bukan manusia. Sudah menjadi panggilannya, ia menyampaikan kehendak dan isi hati Allah kepada mereka.

Apa yang dilakukan oleh Pasyhur mewakili banyak orang percaya yang sulit atau bahkan tidak bisa menerima teguran ataupun nasihat untuk bertobat. Tidak sedikit orang Kristen masa kini yang tidak suka mendengar seseorang menegur dosanya. Mereka pun tidak segan untuk membenci maupun menghina orang yang menyatakan dosa dan kesalahannya, bahkan sekalipun yang berkata adalah seorang hamba Tuhan. Mereka hanya mau mendengarkan firman yang menyenangkan hati dan telinga mereka.

Allah memberikan otoritas penuh kepada setiap orang yang dipilih-Nya untuk memberitakan firman-Nya. Melawan orang pilihan Allah sama artinya dengan melawan Allah. Melawan Allah sama artinya dengan menjadi musuh Allah. Posisi dan jabatan apa pun di dunia ini tidak dapat menghalangi kuasa-Nya. Allah tidak akan tinggal diam. Allah akan bertindak menyelamatkan orang pilihan-Nya.

Jangan pandang rendah siapa pun yang menyampaikan firman Allah. Kita harus merendahkan hati untuk dapat melihat Allah di setiap firman yang disampaikan. Dengan demikian, firman itu akan mengubah dan memberkati hidup kita.

 

Berkeluh di Hadapan Tuhan

Yeremia 20:7-18

Pernahkah Anda diolok dan ditertawakan ketika mengatakan atau melakukan hal yang benar? Jika pernah, maka Anda tidak sendiri. Nabi Yeremia pun sudah mengalaminya.

Perikop ini adalah ungkapan hati Yeremia di hadapan Tuhan. Ia menumpahkan segala keluh kesahnya tatkala ia menjadi bahan tertawaan bangsanya sendiri. Sepanjang hari ia dicela dan dicemooh karena menyampaikan firman Tuhan untuk menentang segala bentuk kelaliman dan kejahatan yang dilakukan saudara sebangsanya beserta para pemangku kuasa.

Keluh kesah Yeremia mengandung amarah, kekecewaan, dan kelelahan. Bahkan ia sempat berpikir untuk tidak mau mengingat Tuhan dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya. Namun, dengan hati yang rendah, Yeremia mengaku tidak sanggup melakukannya. Itulah sebabnya, ia hanya dapat mengadu kepada Tuhan. Walau lelah dan berkeluh kesah, Yeremia tidak pernah ragu bahwa Tuhan selalu menyertainya.

Tak semua orang menyukai kebenaran dan teguran. Itulah sebabnya, selalu ada konsekuensi logis bagi mereka yang dengan berani menyuarakan kebenaran dan setia melakukan kehendak Tuhan. Keberanian dan kesetiaan kita membela kebenaran sering kali membuat kita dicela, ditertawakan, dan direndahkan. Saat itulah kita diuji untuk tetap mempertahankannya. Tidak jarang kita merasa lelah dan berkeluh kesah. Ingatlah bahwa orang beriman bukan tidak pernah berkeluh kesah, namun ia tahu ke mana harus berlari dan berkeluh ketika diimpit olok-olok dan cemoohan.

Berkeluh di hadapan Tuhan bukanlah tanda kurang beriman, tetapi justru menjadi momentum penyerahan diri seutuhnya bagi orang beriman. Dalam Tuhan kita memperoleh kekuatan baru. Keyakinan kita semakin diteguhkan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan orang benar berjuang sendirian. Percayalah, Tuhan selalu menyertai, menopang, dan siap menyatakan kuasa-Nya. Berkeluh di hadapan Tuhan tidak menjadi masalah, asalkan jangan sampai pergi meninggalkan-Nya.


Tuhan Memberkati..

Posting Komentar untuk "Renungan Harian Yeremia Pasal 11-20 Dengar dan Lakukan"