Renungan Harian Yeremia Pasal 11-20 Dengar dan Lakukan
Dengar dan Lakukan
Yeremia 11:1-17
Beberapa orang berpikir seandainya mereka dapat
mendengar suara Tuhan, hidup mereka akan menjadi lebih saleh. Belum tentu!
Mendengar, tiada artinya bila tidak diikuti dengan ketaatan.
Perkataan perjanjian yang tertulis di sini
berkaitan dengan kitab perjanjian yang ditemukan di rumah Tuhan dalam masa
pemerintahan Yosia (lih. 2Raj 23:2). Di sini Yeremia disuruh Allah untuk
menyerukan perintah-perintah dari kitab itu berulang-ulang. Nasib bangsa itu
bergantung pada ketaatan mereka kepada perjanjian Allah. Berulang kali Nabi
Yeremia menyerukan "Dengarlah perkataan-perkataan perjanjian ini!"
dan "Dengarlah suara-Ku!" Sesuai titah Raja Yosia, segenap rakyat
harus mendengarkan perkataan perjanjian itu. Namun, sesungguhnya hati mereka
jauh dari Allah. Mereka mendengar, tetapi tidak taat.
Bangsa Israel diam-diam beribadah kepada
allah-allah lain, seperti yang dilakukan nenek moyang mereka dahulu. Mereka
menyembunyikan dosa itu dari raja dan nabi. Namun, Allah mengetahui perbuatan
mereka. Allah memperingatkan tentang malapetaka hebat yang akan Dia datangkan
bagi bangsa itu. Begitu hebat malapetaka itu sehingga diibaratkan pohon zaitun
yang terbakar dalam badai.
Ada ironi penghukuman Allah. Oleh karena mereka
tidak mendengarkan suara-Nya, maka nanti ketika hukuman dijatuhkan, Dia tidak
akan mendengarkan doa mereka. Bahkan, Yeremia pun dilarang mendoakan bangsa
itu. Berdoa agar orang lain diampuni Allah hanya efektif bila orang itu sendiri
berdoa.
Tuntutan Allah kepada umat-Nya adalah
"Dengarkanlah suara-Ku!" Mendengar berarti taat. Kita belajar taat
dengan melakukan perintah-perintah Allah yang tertulis dalam Alkitab. Dalam
momen-momen khusus, kita juga belajar taat kepada Roh Kudus yang berbicara
dalam hati kita.
Anugerah Allah adalah bila kita dapat mengetahui
apa yang dikehendaki-Nya. Mari kita tanggapi dengan menaati perintah-Nya!
Anugerah Allah memampukan kita untuk mendengar dan melakukan segala
kehendak-Nya.
Menanti Tahun Hukuman Tuhan
Yeremia 11:18-23
Lazim terjadi, seorang pesohor, pejabat tinggi,
atau pahlawan akan disambut meriah bila ia pulang ke kampung halamannya.
Sebaliknya, penjahat, pengkhianat bangsa, atau teroris akan ditolak. Ironisnya,
nabi-nabi Allah sering diperlakukan menurut golongan yang terakhir.
Orang-orang dari desa Anatot berkomplot akan membunuh
Yeremia. Mereka tersinggung dan marah karena Yeremia bernubuat dan menegur
dosa-dosa mereka. Padahal, ia menyampaikan firman Tuhan yang murni. Begitulah,
kebenaran kadang menyakitkan. Karena menyakitkan, mereka ingin menyakiti
Yeremia.
Yeremia semakin merasakan kepedihan, sebab ia
berasal dari desa yang sama. Kita hanya bisa membayangkan betapa sakit hatinya
mengetahui bahwa orang-orang sekampungnya hendak membunuhnya. Mereka itu
teman-teman karibnya, mungkin juga sanak saudaranya.
Namun, Yeremia tidak membalas kejahatan mereka. Ia
menyerahkan mereka kepada Tuhan. Tuhan melihat perkara itu dan menetapkan akan
membinasakan seluruh penduduk Anatot. Tidak akan ada yang tersisa hidup.
Bersamaan dengan penyerbuan musuh atas Yerusalem, desa itu pun dihancurkan.
Itulah tahun hukuman Tuhan.
Penolakan yang dialami Yeremia juga bisa dialami
oleh orang percaya pada masa kini. Namun, meskipun mengalami kesulitan dalam
pelayanan, perlindungan Allah selalu menyertai kita. Perlindungan Allah pula
yang menguatkan kita ketika menghadapi penolakan dalam pelayanan.
Setiap orang yang diutus untuk memberitakan karya
Allah kemungkinan akan mengalami penganiayaan. Tidak jarang, penolakan disertai
ancaman datang dari sanak saudaranya sendiri. Hal itu juga terjadi pada mereka
yang akhirnya memilih percaya kepada Kristus.
Kita tidak perlu membalas yang jahat. Mengikuti
teladan Yeremia, kita harus menyerahkan penghakiman kepada Tuhan. Pada waktu
dan cara-Nya yang ajaib, Dia akan membela umat-Nya. Bertahanlah dan nantikanlah
tahun hukuman Tuhan itu.
Waktu Tuhan Pasti yang Terbaik
Yeremia 12:1-17
Apakah Anda pernah merasa iri melihat kemakmuran
yang dinikmati oleh pejabat yang korup? Mereka hidup nyaman, sedangkan Anda
yang jujur hidup serba berkekurangan? Anda tidak sendiri. Yeremia merasakan hal
yang sama, "Mengapa orang fasik hidup sentosa?" Pertanyaan itu kerap
mengganggu orang-orang kudus.
Sang nabi tidak meragukan keadilan Allah yang pasti
akan menghukum orang-orang fasik. Namun, Yeremia ingin mereka segera ditarik
keluar dan disembelih seperti domba, supaya negeri itu menjadi damai. Tuhan
menjawab dengan menegur ketidaksabaran Yeremia melalui dua pertanyaan. Allah
memperingatkan bahwa ujian iman yang lebih besar menanti Yeremia. Bukan hanya
orang-orang fasik itu masih akan menikmati kenyamanan, mereka juga diizinkan
Allah untuk mengkhianati Yeremia.
Namun, Tuhan menjamin penghakiman-Nya tidak akan
Dia tunda. Pembalasan atas kejahatan orang-orang Yehuda akan dilaksanakan-Nya
pada waktu-Nya. Bangsa asing akan dikirim-Nya untuk menginjak-injak dan
meluluhlantakkan negeri itu sampai tandus. Murka Tuhan menyala-nyala atas
Israel, sebab mereka menentang Dia. Pada waktu-Nya, Tuhan juga akan menghukum
bangsa-bangsa asing yang menghancurkan Yerusalem. Mereka pun telah berdosa
kepada-Nya. Sedangkan bangsa Israel nantinya akan dipulihkan dan dikembalikan
ke negeri mereka.
Belas kasih Allah kepada bangsa Israel merupakan
gambaran atas belas kasih-Nya yang dialami oleh siapa saja pada zaman ini. Jika
kita mendengarkan Allah, maka keadaan kita akan dipulihkan. Dengan demikian,
kita dipersatukan dalam komunitas rohani yang sejati, yaitu gereja.
Pada masa kini, kita tidak perlu merasa iri melihat
kemakmuran orang-orang fasik. Oleh karena pada waktu-Nya Tuhan akan memberikan
keadilan. Saat ini, bagian terbaik yang dapat kita lakukan adalah percaya penuh
kepada Dia yang sanggup menyelamatkan kita sesuai dengan janji-Nya. Percayalah,
waktu Tuhan pasti yang terbaik.
Penghapus Tuhan
Yeremia 13:1-14
Apa yang akan Anda lakukan bila terjadi kesalahan
tulisan pada kertas kerja? Anda akan memakai penghapus untuk membersihkan
kesalahan tersebut dan memperbaikinya kembali. Hal itu Anda lakukan agar
mendapatkan hasil kerja yang baik, bukan? Jika penghapus dapat digunakan untuk
memperbaiki kesalahan, lebih dari itu, Tuhan punya cara untuk membersihkan
kesalahan setiap umat-Nya agar didapati kembali kehidupan yang sesuai
rancangan-Nya.
Yeremia mengikuti perintah Tuhan untuk membeli ikat
pinggang lenan dan memakainya, kemudian menyembunyikannya di pinggir Sungai
Efrat. Setelah beberapa lama ia diperintahkan untuk mengambil ikat pinggang
lenan itu, tetapi ternyata sudah lapuk dan tak berguna. Seperti ikat
pinggang lenan baru yang dipakai Yeremia, demikianlah bangsa Israel dan Yehuda
dahulu melekat pada Allah. Namun, karena kecongkakbongakan mereka, kini mereka
seperti ikat pinggang yang lapuk dan tidak berguna.
Yeremia diutus untuk menyampaikan bahwa Tuhan akan
menghapuskan kecongkakbongakan Yehuda dan Yerusalem. Mereka adalah bangsa yang
jahat, enggan mendengarkan perkataan-perkataan Allah, dan mengikuti allah lain.
Padahal Allahlah yang membuat mereka menjadi umat yang ternama, terpuji, dan
terhormat bagi-Nya. Tuhan yang penuh kasih akan bertindak kepada milik-Nya
sendiri, supaya mereka hidup sesuai rancangan-Nya.
Allah tidak segan-segan bertindak bila didapati
hidup umat-Nya tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Rancangan yang Allah buat
bertujuan untuk kebaikan umat-Nya. Ingatlah, identitas umat Tuhan bukan dilihat
dari kesuksesan, terdaftar sebagai salah satu anggota gereja, sudah dibaptis
dan/ atau sidi. Tetapi, identitas umat Tuhan terlihat ketika hidup sesuai
rancangan-Nya.
Marilah kita bertekad untuk hidup sesuai dengan
kehendak Allah! Tuhan telah memakai para hamba-Nya sebagai media yang
menyerukan pertobatan. Jadi, bertobatlah dan bersyukurlah kepada Tuhan.
Hukuman dan Penderitaan
Yeremia 13:15-27
Hukuman dan penderitaan adalah buah yang dipetik
bila peringatan atau teguran diabaikan. Ada kutipan mutiara bijak, "Orang
harus menjaga kebaikannya, karena itu adalah investasi yang baik bagi
kehidupan". Artinya, orang yang selalu berbuat baik, pasti menuai kebaikan
sepanjang hidupnya. Sebaliknya, orang yang tidak menjaga kebaikannya, tentulah
akan menuai keburukan. Tinggi hati, tidak mendengarkan Tuhan, tidak beribadah
kepada Tuhan, dan tidak memuliakan nama Tuhan adalah sifat dan kebiasaan buruk
manusia yang pasti membawanya kepada hukuman dan penderitaan.
Yeremia mengingatkan umat Tuhan agar jangan tinggi
hati. Mereka harus mendengarkan Tuhan, beribadah, dan memuliakan nama-Nya.
Yeremia menegaskan bahwa Tuhan masih memberikan kesempatan untuk bertobat,
mengubah perilaku dan kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan
kehendak-Nya. Bila kesempatan bertobat diabaikan, Tuhan pasti mendatangkan
hukuman dan penderitaan yang tak dapat dielakkan.
Yeremia mengatakan bahwa ketika kesempatan berlalu,
dalam sekejap semua kebanggaan, kejayaan, kekuasaan, dan harapan akan hancur.
Itulah yang dialami Yehuda, kerajaan runtuh dan rakyatnya dibawa ke pembuangan
sebagai tawanan. Pihak luar yang biasanya dijadikan sebagai kawan dan
membawa upeti berbalik menjadi musuh yang menawan mereka. Hal itu menimbulkan
rasa sakit dan malu. Tuhan membiarkan mereka dipermalukan. Itu upah untuk
mereka yang melupakan Tuhan dan memercayai dusta. Nas ini mengajarkan kepada
kita untuk bertobat selagi masih ada kesempatan agar kita tidak mengalami
hukuman dan penderitaan.
Marilah kita menjauhkan diri dari perilaku dan
kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan yang dapat
mendatangkan hukuman dan penderitaan! Ingat! Kesempatan itu anugerah Tuhan,
jangan diabaikan, agar kita menuai kebaikan-kebaikan Tuhan, bukan hukuman dan
penderitaan.
Hukuman dan Doa untuk Pengampunan
Yeremia 14:1-22
Semua orang membutuhkan air. Ada peribahasa,
"Menabung air hujan untuk bekal di musim kemarau". Peribahasa itu
benar karena air merupakan kebutuhan penting bagi manusia, hewan, dan
tumbuh-tumbuhan. Tanpa air tidak ada kehidupan. Nas hari ini menggambarkan
keadaan musim kering yang terjadi di Yehuda sebagai hukuman Tuhan.
Pekerjaan-pekerjaan di ladang terkena dampaknya. Demikian juga hewan di padang
dan di hutan.
Ketika kesempatan untuk bertobat berakhir, tentu
hukuman dan penderitaanlah yang dituai. Dalam ayat 1-7, Yeremia menyampaikan
pesan Tuhan tentang hukuman musim kering yang hebat atas Yehuda. Tuhan tidak
berkenan sekalipun ada perkabungan, kesedihan, jeritan, seruan, puasa, dan
persembahan korban. Bahkan Yeremia dilarang berdoa untuk kebaikan umat-Nya,
sebab Allah telah menolak mereka sebagai umat-Nya. Hal itu menjadi pelajaran
penting bagi kita agar hidup selalu berpadanan dengan firman Tuhan dan
kehendak-Nya. Jangan sampai Allah tidak berkenan atas hidup, ibadah, dan
persembahan kita.
Di balik hukuman dan penolakan Tuhan atas umat-Nya,
ada teladan yang kita dapati dari Yeremia. Ia memperjuangkan agar Tuhan tetap
mengasihani umat-Nya dan mengampuni dosa mereka. Berbeda dari para nabi palsu
yang memanfaatkan keadaan umat untuk kepentingan pribadi, mereka mengerjakan
kepalsuan semata. Mereka justru melestarikan dosa. Akhirnya, mereka menuai
hukuman dan penderitaan, baik untuk dirinya maupun keluarganya. Nas hari ini
menasihati kita supaya mewartakan firman Tuhan dengan benar dan tepat.
Pengalaman bangsa Yehuda tidak jauh berbeda dari
kita sekarang. Berbagai peristiwa alam dan penyakit yang melanda seharusnya
membuat kita berubah dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita tidak tahu,
apa yang Tuhan akan lakukan atas dunia dan manusia akibat dosa. Mari kita hidup
dengan melakukan kehendak-Nya dan berdoa agar semua orang bertobat dan kembali
kepada-Nya, dan berbakti hanya kepapenderita.
Tuhan Marah?
Yeremia 15:1-9
Pada 26 Desember 2004 silam tsunami melanda Aceh
akibat gempa berkekuatan 9, 1 Skala Richter, hingga menyebabkan ribuan orang
meninggal dunia. Sherina, salah seorang musisi Indonesia menyatakan
belasungkawanya dengan membuat lagu yang berjudul "Indonesia Menangis".
Sebagian awal lirik lagunya, "Tuhan, marahkah Kau padaku? Inikah akhir
duniaku? Kau hempaskan jari-Mu di ujung Banda, tercenganglah seluruh
dunia". Benarkah Tuhan marah seperti dalam lirik lagu itu? Mengapa dan
bagaimana Dia marah?
Tuhan marah? Kenapa tidak? Marah terjadi karena
seseorang merasa tersakiti atau merasa terganggu. Nas hari ini menggambarkan
kenyataan itu. Tuhan tidak asal marah. Kemarahan Tuhan disebabkan oleh
kekecewaan-Nya yang hebat karena dosa bangsa Yehuda. Berulang kali mereka
meninggalkan Tuhan. Hal itu dilakukan sejak zaman Manasye bin Hizkia, raja
Yehuda yang memerintah di Yerusalem. Bagaimana sikap Tuhan? Tuhan tidak pernah
berkompromi dengan dosa.
Dalam ayat 1-9, Tuhan menyampaikan pesan-Nya dalam
doa syafaat Yeremia. Pertama, antipati atau rasa tidak suka Tuhan terhadap
umat-Nya. Kedua, hukuman yang mengerikan, Tuhan tidak segan-segan menyerahkan
umat-Nya kepada kesengsaraan yang dahsyat, yaitu maut, pedang, kelaparan, dan
tawanan. Ketiga, putusnya hubungan sebagai akibat telah menolak dan
meninggalkan Tuhan
Jika tetap tidak berbalik, Tuhan akan memberikan
hukuman yang lebih mengerikan. Kehancuran yang ditandai dengan kematian
anak-anak dan janda-janda jumlahnya jauh lebih banyak. Hal itu menjadi
peringatan bagi kita, agar jangan bermain-main dengan dosa!
Sampai kapan kita hidup terus-menerus dengan
melakukan kesalahan, melawan Tuhan, dan menolak segala kebaikan-Nya? Hidup yang
kita miliki sesungguhnya kepunyaan Tuhan. Marilah kita menyadari semua dosa dan
bertobat, sebelum semua terlambat! Seharusnya kita lebih menghargai karya
keselamatan Allah dalam hidup kita.
Jangan Lupakan Tuhan
Yeremia 15:10-21
Semua orang pernah mengalami pergumulan. Bagaimana
sikap Anda saat menghadapi pergumulan hidup yang berat? Apakah Anda diam,
marah, kecewa, takut, atau tetap tenang dan mengandalkan Tuhan? Bagaimana bila
ada seorang yang setia selama hidupnya membela bangsanya mengalami pergumulan?
Bagaimana pula, jika dalam pergumulannya tekanan justru datang dari orang yang
dibela? Terlebih lagi, jawaban Tuhan berbeda dari harapan si penggumul.
Yeremia adalah seorang nabi yang setia. Ia banyak
membela perkara bangsanya di hadapan Allah. Ia menyerukan pertobatan kepada
bangsanya. Ketika Tuhan menyampaikan hukuman dan pembinasaan, Yeremia meminta
pengampunan dan belas kasihan Tuhan.
Nas hari ini memberi gambaran pergumulan Yeremia
dan apa yang dilakukannya. Ia bukan orang yang mengutangkan dan bukan pula
orang yang berutang, namun ia dikutuki, sehingga ia pun berdoa. Yeremia mengalami
tekanan dan ketakutan, sehingga ia pun memohon Hal itu menunjukkan betapa
beratnya pergumulannya. Namun, dalam ketakutannya, ia tidak melupakan Tuhan.
Kemudian, Tuhan menjamin akan membebaskan Yeremia dari pergumulannya,
mengembalikan hak-haknya, melindunginya dari musuhnya, dan menjamin kelepasan
dan kebebasan.
Jangan lupakan Tuhan dalam pergumulan! Sebab, Dia
sanggup melepaskan dan membebaskan kita dari pergumulan yang berat. Hal itu
mengajar kita agar jangan sekali-kali menyelesaikan pergumulan seorang diri!
Tepatlah perkataan bijak ini: "Mereka yang selalu berlutut menghadap
Tuhan, akan selalu berdiri menghadapi siapa pun".
Pergumulan hidup harus kita hadapi dengan
senantiasa bersyukur dan berdoa. Meskipun jawaban pergumulan itu tidak selalu
sesuai dengan harapan kita, janganlah kecewa dan melupakan Tuhan. Sebab, Dia
tidak pernah meninggalkan kita. Bersyukur sampai hari ini kita masih kuat
menjalani hidup, itu semua karena Tuhan.
Semuanya Sia-sia bila Tuhan Murka
Yeremia 16:1-21
Tidak seorang pun menginginkan hidup dalam
kesendirian. Pastinya semua orang menghendaki kehidupan bersama. Itu sebabnya,
orang membangun rumah tangga, membentuk keluarga, menjalin hubungan interaksi
sosial dengan sesama dalam kebahagiaan ataupun kesusahan. Nas hari ini sungguh
terbalik dari kebiasaan umumnya. Sesuatu yang aneh bagi manusia, namun tidak
untuk Tuhan. Kehidupan Yeremia dipakai untuk menggambarkan hukuman Tuhan.
Ada sejumlah larangan yang harus Yeremia lakukan.
Pertama, jangan mengambil istri dan mempunyai anak-anak lelaki dan perempuan.
Kedua, jangan pergi ke rumah duka, meratap dan turut berdukacita. Ketiga,
jangan duduk, makan, minum, dan masuk ke rumah orang yang mengadakan perjamuan.
Di Yehuda, akan ada malapetaka besar, yakni
kematian karena penyakit, peperangan, dan kelaparan. Tuhan telah menarik damai
sejahtera, kasih karunia, dan belas kasihan-Nya. Tuhan juga menghentikan suara
kegirangan dan sukacita dari tengah-tengah mereka. Hal itu mengajarkan bahwa
semua yang kita miliki adalah pemberian Tuhan, Dia sanggup mengambil kembali.
Tuhan tidak main-main dengan hukuman yang diberikan
kepada umat-Nya. Yeremia diperintahkan untuk mengingatkan bahwa meninggalkan
Tuhan, tidak berpegang pada taurat-Nya, dan mengikuti kedegilan hati yang jahat
adalah kesalahan dan dosa. Allah sanggup memakai siapa saja untuk menghukum
umat-Nya dengan hukuman yang melebihi perbudakan di Mesir. Namun, Dia juga
sanggup melepaskan dan menyelamatkan umat-Nya dari penderitaan dan hukuman. Hal
itu menjadi peringatan bagi kita bahwa dosa yang tidak dibereskan akan berbuah
menjadi hukuman.
Hukuman Tuhan dapat berlaku bagi siapa saja. Jangan
kita terus-menerus melakukan kesalahan dan dosa. Sejarah bangsa Yehuda
mengingatkan kita agar tidak bermain-main dengan kesabaran Tuhan. Kita harus
hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.
Ganjaran atas Perbuatan
Yeremia 17:1-18
Ada petuah: "Apa yang kau tanam, itu yang kau
tuai". Petuah itu mengingatkan kita tentang tanggung jawab terhadap setiap
perbuatan kita. Bagaimanapun, kita harus menerima segala konsekuensi atas apa
yang kita lakukan. Demikian pula saat kita berdosa di hadapan Tuhan.
Yeremia mengungkapkan bahwa dosa bangsa Yehuda
telah tertulis dengan pena besi yang matanya dari intan, terukir pada loh hati
mereka dan pada tanduk-tanduk mazbah mereka. Mereka menjauh dari Allah dan
menyembah berhala. Mereka mengandalkan manusia dan bukan Allah. Mereka
meninggalkan Allah, Sang Sumber Air Yang Hidup. Atas perbuatan itu, Allah
menghukum mereka. Allah mengizinkan harta benda mereka dirampas dan mereka
kehilangan apa yang telah diberikan-Nya kepada mereka sebagai umat perjanjian. Mereka
akan menjadi budak musuh. Semua itu adalah ganjaran atas dosa yang telah mereka
lakukan.
Namun, Allah berjanji akan memberkati setiap orang
yang mengandalkan Tuhan dan yang berharap hanya kepada-Nya. Mereka akan
menikmati berkat dan damai sejahtera dari Allah. Mereka juga akan memperoleh
keselamatan dan kehidupan. Tentu, itu semua sesuai janji-janji Allah bahwa Dia
akan memberkati umat yang mengasihi-Nya dan melakukan segala ketetapan dan
perintah-Nya. Sebaliknya, Dia akan menghukum umat yang tidak setia dan
melanggar segala ketetapan yang telah difirmankan-Nya.
Tidak ada yang dapat kita sembunyikan di hadapan
Allah. Dia menyelidiki dan menguji hati dan hidup kita. Dia akan memberikan
balasan sesuai dengan apa yang kita lakukan. Apakah kita akan menjadi umat yang
mengasihi Dia ataukah kita menjadi umat yang tidak setia kepada-Nya? Ada
ganjaran atas setiap perbuatan kita di hadapan Allah.
Mari kita izinkan Allah untuk menyelidiki dan
mengoreksi hati kita. Jangan sampai dosa menguasai kehidupan kita. Mari kita
terus hidup mengandalkan dan berharap hanya kepada Allah. Dengan demikian, kita
akan menikmati berkat dan damai sejahtera yang dijanjikan Allah bagi setiap
umat yang mengasihi-Nya.
Dengarkanlah Allah!
Yeremia 17:19-27
Bukti seorang anak mendengarkan orang tuanya adalah
dengan melakukan apa yang diperintahkan oleh orang tuanya. Tetapi sebaliknya,
jika seorang anak melanggar apa yang telah diperintahkan orang tuanya, itu
berarti bahwa ia tidak mendengarkan perintah orang tuanya. Jika diberi pilihan,
maka tentu semua orang tua ingin agar anak-anak mereka mendengarkan semua
nasihat mereka.
Allah pun menginginkan umat yang dikasihi-Nya
mendengarkan-Nya. Mari kita perhatikan ayat 24: "Apabila kamu
sungguh-sungguh mendengarkan Aku, ..", kemudian dikontraskan dengan ayat
27: "Tetapi apabila kamu tidak mendengarkan perintah-Ku ...". Dari
kedua ayat itu terlihat jelas bahwa inti dari semua yang Allah inginkan adalah
agar umat-Nya mendengarkan Dia. Jika mereka sungguh-sungguh mengasihi Allah,
tentu mereka akan mendengarkan dan melakukan apa yang Allah perintahkan. Dengan
kata lain, sesungguhnya Allah sedang mengingatkan sekaligus menguji kesetiaan
mereka terhadap ketetapan-ketetapan dan perjanjian-Nya.
Bukankah kita juga termasuk di dalamnya? Sebagai
umat yang dikasihi-Nya, Allah ingin supaya kita mendengarkan suara dan isi
hati-Nya. Sekali lagi, Allah mengingatkan kita akan ketetapan-ketetapan dan
perjanjian-Nya. Jika kita mendengarkan suara-Nya dan melakukan segala
perintah-Nya dengan setia, maka Allah akan memberkati kita. Begitu pula
sebaliknya, jika kita tidak melakukan segala perintah-Nya dengan setia, maka
segala kutuk akan menghampiri hidup kita.
Allah begitu setia akan perjanjian-perjanjian-Nya.
Tidak pernah sekalipun Dia melanggar janji-Nya di dalam kehidupan kita. Jika
kita sungguh-sungguh mengasihi Allah, maka kita pasti akan mendengarkan firman-Nya.
Jika kita sungguh-sungguh mendengarkan firman-Nya, maka kita akan melakukan
firman-Nya.
Dengarkanlah Allah dan lakukanlah segala
perintah-Nya dengan setia, maka kita akan melihat berkat Allah di dalam hidup
kita! Jadilah umat Allah yang mengasihi-Nya dan mengasihi sesama! [MAR]
Kesempatan untuk Bertobat
Yeremia 18:1-17
Seorang seniman tidak akan pernah menyerah terhadap
karya yang ia hasilkan. Ia akan terus berusaha agar buah tangannya menjadi
mahakarya. Demikian pula, Allah tidak pernah menyerah terhadap ketidaksetiaan
umat yang dikasihi-Nya.
Firman Allah kali ini diawali dengan sebuah
tindakan simbolis. Tindakan simbolis itu diambil dari tukang periuk yang sedang
bekerja dengan pelarikan. Apabila bejana dari tanah liat yang sedang dibuatnya
itu rusak, maka tukang periuk itu akan mengerjakannya kembali menjadi bejana
lain yang baik menurut pemandangannya. Seperti tanah liat di tangan tukang
periuk, demikianlah kaum Israel di tangan Allah. Allah menghendaki Yehuda
bertobat dari tindakan mereka yang jahat dan memperbaiki tingkah langkah dan
perbuatan mereka.
Umat yang dikasihi-Nya telah melupakan Allah.
Mereka berpaling kepada allah lain dan tidak mau bertobat. Umat yang
dikasihi-Nya sudah rusak oleh dosa. Sesungguhnya, Allah akan menjatuhkan
hukuman kepada mereka. Allah akan menyerakkan mereka kepada musuh-musuh mereka.
Meski demikian, tujuan Allah bukanlah membinasakan mereka. Layaknya seorang
tukang periuk yang akan mengubah bejana yang rusak menjadi bejana lain yang
baik menurut pemandangannya, demikian pula Allah menghukum umat-Nya agar mereka
bertobat dan dapat kembali hidup sesuai kehendak Allah.
Melalui firman itu, kita melihat kasih Allah yang
begitu besar. Dia akan selalu mengasihi umat kepunyaan-Nya. Namun di sisi lain,
kita juga melihat betapa Allah tidak main-main terhadap dosa. Dia tidak segan
menghukum kita jika kita tidak bertobat dari dosa-dosa kita. Allah akan
melakukan apa pun agar kita, umat yang dikasihi-Nya, kembali kepada-Nya. Allah
ingin kita kembali menjadi ciptaan-Nya yang serupa dan segambar dengan-Nya.
Jangan anggap remeh setiap teguran Allah. Sikap
keras kepala dan tidak taat kita hanya akan mendatangkan murka Allah.
Bertobatlah saat Allah memberi kita kesempatan untuk bertobat.
Kembali Hidup dalam Kehendak Allah
Yeremia 18:18-23
Nabi adalah orang yang dipilih Allah untuk
menyampaikan isi hati Tuhan kepada umat-Nya. Otoritasnya diberikan langsung
oleh Allah. Demikian pula Nabi Yeremia. Apa yang ia katakan semuanya berasal
dari Allah. Apa yang disampaikan seorang nabi tidak selalu apa yang
menyenangkan telinga umat, melainkan apa yang dikehendaki Allah.
Allah menyampaikan peringatan dan teguran-Nya
kepada umat melalui Nabi Yeremia. Alih-alih mendengarkan apa yang dikatakan
Allah melalui Nabi Yeremia, mereka justru menganggap bahwa perkataan Yeremia
hanyalah bualan. Mereka kemudian mengadakan persepakatan untuk melawan bahkan
membunuh dirinya. Mengingat apa yang sudah ia lakukan di hadapan Allah, tentu
ini menyakitkan bagi Nabi Yeremia. Maka ia pun mengadu kepada Tuhan. Ternyata,
bangsa yang sudah ia bela agar tidak mendapat murka Allah malah ingin
mempermalukan dan membunuhnya.
Pembelaan Nabi Yeremia kini berubah menjadi
permohonan agar Allah bertindak menghukum bangsa Yehuda. Permohonan itu bukan
karena Nabi Yeremia dendam terhadap mereka, melainkan karena ia melihat
kedegilan hati bangsa Yehuda di hadapan Allah. Hal itulah yang meyakinkan Nabi
Yeremia bahwa bangsa Yehuda layak mendapat hukuman dari Allah. Sebab,
sesungguhnya mereka bukan sedang melawan perkataan seorang Yeremia, melainkan
perkataan Allah.
Terkadang kita juga tidak berbeda dari bangsa
Yehuda. Kita hanya mau mendengar firman Tuhan yang menyenangkan telinga kita.
Namun, saat firman Tuhan menegur dosa dan kesalahan, kita cenderung meremehkan
bahkan tidak segan membenci orang yang menyampaikannya. Bukannya menyadari dosa
lalu bertobat di hadapan Allah, kita malah tersinggung dan marah oleh teguran
yang tidak kita inginkan.
Firman Allah bukan melulu untuk menyenangkan
telinga kita, melainkan untuk membawa kita kembali hidup dalam kehendak Allah.
Siapa pun yang memberitakannya, ada otoritas dan kehendak Allah bagi kita.
Hiduplah dalam kehendak Allah dan setialah kepada-Nya.
Peringatan Keras
Yeremia 19:1-15
Masih berhubungan dengan tukang periuk. Sebelumnya,
Allah menegur Yehuda melalui perkataan Nabi Yeremia. Namun, kali ini Allah
memberikan peringatan keras melalui tindakan simbolis yang dilakukan oleh Nabi
Yeremia, yaitu memecahkan buli-buli di hadapan orang Yehuda.
Jika Allah sebelumnya menegur dan mengingatkan
bangsa Yehuda melalui perkataan, kini Allah memberikan gertakan kepada mereka.
Allah menyuruh Nabi Yeremia membeli buli-buli yang terbuat dari tanah lalu
mengajak para tua-tua bangsa itu serta beberapa imam yang tertua. Tujuannya
adalah untuk mendengarkan apa yang akan Allah lakukan terhadap bangsa mereka.
Tempat yang dituju juga sudah Allah tetapkan, yakni Ben-Hinom, tempat di mana
bangsa itu mempersembahkan korban bakaran untuk para Baal. Dengan memecahkan
buli-buli di hadapan para tua-tua dan imam tertua bangsa itu, seharusnya mereka
menyadari bahwa kali ini Allah serius mengingatkan mereka.
Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya. Jika
Allah berjanji akan memelihara umat yang setia kepada-Nya, Ia juga berjanji
akan menghukum umat yang tidak setia kepada-Nya. Mereka yang meremehkan dan
mengabaikan perkataan Allah akan melihat kuasa Allah yang besar turun atas
mereka. Mereka yang tidak mau bertobat sesuai teguran Allah akan melihat murka
Allah menimpa mereka.
Terkadang kita menganggap bahwa Allah tidak mungkin
menghukum kita karena Dia mengasihi kita. Jika kita pernah berpikir demikian,
maka sesungguhnya kita tidak mengenal Allah. Allah tidak pernah main-main
dengan perkataan-Nya. Jangan menunggu murka-Nya turun atas hidup kita. Cukuplah
teguran dari Allah melalui firman-Nya, karena firman-Nya adalah "Ya dan
Amin!"
Marilah kita terus belajar mengenali suara Allah
melalui firman yang kita baca dan dengar! Segeralah bertobat dan kembali kepada
Allah saat Allah mengajar kita melalui firman-Nya! Kesombongan dan kekerasan
hati hanya akan mendatangkan hukuman dan murka dari Allah.
Otoritas Allah
Yeremia 20:1-6
Bukanlah perkara mudah untuk tetap menyatakan
firman Allah di tengah tekanan yang mengancam nyawa. Banyak orang akan menyerah
jika mereka berada di dalam situasi seperti itu. Tetapi tidak demikian halnya
dengan Nabi Yeremia. Apa yang diperintahkan Allah itulah yang harus ia lakukan,
meski keadaan di depan mata begitu menyakitkan dan menakutkan.
Pasyhur, imam kepala di rumah Tuhan, memukul dan
memasung Nabi Yeremia di pintu gerbang Benyamin yang ada di atas rumah Tuhan.
Tentu, ini disebabkan oleh perkataan yang disampaikan Nabi Yeremia mengenai
rencana Allah menghancurkan mereka. Mereka mungkin berpikir jika dipasung dan
dihukum, maka Yeremia akan berhenti berkata-kata. Akan tetapi, itu semua tidak
membuat Yeremia diam karena yang membuat ia berbicara adalah Allah, bukan
manusia. Sudah menjadi panggilannya, ia menyampaikan kehendak dan isi hati
Allah kepada mereka.
Apa yang dilakukan oleh Pasyhur mewakili banyak
orang percaya yang sulit atau bahkan tidak bisa menerima teguran ataupun
nasihat untuk bertobat. Tidak sedikit orang Kristen masa kini yang tidak suka
mendengar seseorang menegur dosanya. Mereka pun tidak segan untuk membenci
maupun menghina orang yang menyatakan dosa dan kesalahannya, bahkan sekalipun
yang berkata adalah seorang hamba Tuhan. Mereka hanya mau mendengarkan firman
yang menyenangkan hati dan telinga mereka.
Allah memberikan otoritas penuh kepada setiap orang
yang dipilih-Nya untuk memberitakan firman-Nya. Melawan orang pilihan Allah
sama artinya dengan melawan Allah. Melawan Allah sama artinya dengan menjadi
musuh Allah. Posisi dan jabatan apa pun di dunia ini tidak dapat menghalangi
kuasa-Nya. Allah tidak akan tinggal diam. Allah akan bertindak menyelamatkan
orang pilihan-Nya.
Jangan pandang rendah siapa pun yang menyampaikan
firman Allah. Kita harus merendahkan hati untuk dapat melihat Allah di setiap
firman yang disampaikan. Dengan demikian, firman itu akan mengubah dan
memberkati hidup kita.
Berkeluh di Hadapan Tuhan
Yeremia 20:7-18
Pernahkah Anda diolok dan ditertawakan ketika
mengatakan atau melakukan hal yang benar? Jika pernah, maka Anda tidak sendiri.
Nabi Yeremia pun sudah mengalaminya.
Perikop ini adalah ungkapan hati Yeremia di hadapan
Tuhan. Ia menumpahkan segala keluh kesahnya tatkala ia menjadi bahan tertawaan
bangsanya sendiri. Sepanjang hari ia dicela dan dicemooh karena menyampaikan
firman Tuhan untuk menentang segala bentuk kelaliman dan kejahatan yang
dilakukan saudara sebangsanya beserta para pemangku kuasa.
Keluh kesah Yeremia mengandung amarah, kekecewaan,
dan kelelahan. Bahkan ia sempat berpikir untuk tidak mau mengingat Tuhan dan
tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya. Namun, dengan hati yang
rendah, Yeremia mengaku tidak sanggup melakukannya. Itulah sebabnya, ia hanya
dapat mengadu kepada Tuhan. Walau lelah dan berkeluh kesah, Yeremia tidak
pernah ragu bahwa Tuhan selalu menyertainya.
Tak semua orang menyukai kebenaran dan teguran.
Itulah sebabnya, selalu ada konsekuensi logis bagi mereka yang dengan berani
menyuarakan kebenaran dan setia melakukan kehendak Tuhan. Keberanian dan
kesetiaan kita membela kebenaran sering kali membuat kita dicela, ditertawakan,
dan direndahkan. Saat itulah kita diuji untuk tetap mempertahankannya. Tidak
jarang kita merasa lelah dan berkeluh kesah. Ingatlah bahwa orang beriman bukan
tidak pernah berkeluh kesah, namun ia tahu ke mana harus berlari dan berkeluh
ketika diimpit olok-olok dan cemoohan.
Berkeluh di hadapan Tuhan bukanlah tanda kurang
beriman, tetapi justru menjadi momentum penyerahan diri seutuhnya bagi orang
beriman. Dalam Tuhan kita memperoleh kekuatan baru. Keyakinan kita semakin
diteguhkan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan orang benar berjuang
sendirian. Percayalah, Tuhan selalu menyertai, menopang, dan siap menyatakan
kuasa-Nya. Berkeluh di hadapan Tuhan tidak menjadi masalah, asalkan jangan
sampai pergi meninggalkan-Nya.
Tuhan Memberkati..
Posting Komentar untuk "Renungan Harian Yeremia Pasal 11-20 Dengar dan Lakukan"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.