Renungan Harian Titus Pasal 1-3 - Melepaskan Topeng
Kebenaran Tuhan Tuntunan Kita
Titus 1:1-4
Sebagai umat pilihan Allah,
kita hidup dalam kebenaran Allah. Ada pun yang dimaksud dengan
"kebenaran" bukanlah kebenaran matematika (seperti 1 + 1 = 2), atau
kebenaran hukum (yang ini mematuhi peraturan, yang itu melanggar peraturan),
atau kebenaran moral (yang ini benar, yang itu salah).
Di dalam surat Rasul Paulus
kepada Timotius, orang-orang pilihan Allah tidak hanya memelihara iman, tetapi
juga pengetahuan akan kebenaran. Nah, sebagai orang beriman, kebenaran kita
tampak dalam ibadah kita, yaitu sikap dan tindakan kita yang menyembah Allah.
Kebenaran kita dibangun berdasarkan pengharapan akan hidup yang kekal. Di dalam
kebenaran inilah, kita menerima janji dari Allah yang tidak berdusta dan yang
telah menyatakan firman-Nya. Kita dibawa kepada kehidupan yang diberkati Tuhan,
yang disediakan Allah sebelum permulaan zaman.
Dengan demikian, kebenaran
yang dimaksud di sini adalah kebenaran teologis, yaitu kebenaran yang nyata
bahwa manusia telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah, serta kebenaran
Injil bahwa manusia telah ditebus dalam kasih karunia Allah yang diberikan
dengan cuma-cuma dan dibenarkan melalui Kristus Yesus. Jadi,
"kebenaran" itu adalah kebenaran tentang karya besar dari Allah yang
telah membenarkan kita sehingga kita tidak lagi dikuasai kebinasaan, melainkan
kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah. Itulah kebenaran iman Kristen.
Dalam menantikan
kedatangan-Nya, kita harus hidup dalam kebenaran tadi sebab kita sudah tidak
hidup dalam ketidakbenaran dunia. Kita-yang telah dibenarkan oleh Tuhan, namun
masih hidup dalam dunia yang tidak benar-kini sedang dituntun menuju ke
kepenuhan kebenaran yang menyelamatkan itu. Bila kita ingin tetap berjalan
lurus, tak ada pilihan lain kecuali berbuat benar dan bertahan dalam kebenaran
Injil Allah.
Dalam masa Adven ini dan
masa-masa selanjutnya, segala ketidakbenaran dunia harus kita hindari, agar
kebenaran kita tetap utuh dan kita tidak kehilangan arah. Dalam hal ini, ada
Tuhan yang senantiasa menyertai kita sehingga dengan tuntunan-Nya kita tetap
hidup dan setia dalam kebenaran-Nya.
Hidup Kudus sebagai Hamba
Tuhan
Titus 1:5-16
Kata "kudus" berasal
dari kata Ibrani "kadosh" yang artinya terpisah, yaitu terpisah dari
segala hal yang berdosa dan yang melawan kehendak Allah. Kudus berarti
dikhususkan bagi kepentingan kemuliaan Allah.
Seperti yang dinyatakan di
dalam Titus 1 tentang penetapan penatua jemaat di Kreta, penatua yang baik
adalah orang yang hidup tidak bercacat, hanya punya satu istri, dan mendidik
anak-anaknya untuk hidup beriman. Ia bukanlah orang yang angkuh, pemarah,
pemabuk, atau serakah. Sebaliknya, ia suka menolong, suka berbuat baik,
bijaksana, adil, saleh, dan dapat menguasai diri. Ia juga berpegang pada ajaran
Injil yang benar sehingga nasihatnya dipercaya oleh jemaat.
Cukup panjang kriteria yang diberikan
Paulus untuk orang yang akan menjadi pemimpin jemaat. Namun, inilah yang
membedakan antara orang suci dan orang najis. Hamba Tuhan tidak boleh termakan
oleh ajaran palsu dan dongeng, tetapi menegur jemaat dengan tegas dan
membimbing mereka untuk hidup tertib. Hamba Tuhan juga harus menunjukkan
pengenalan akan Allah, baik melalui perkataan maupun perbuatannya. Secara
singkat, seorang hamba Tuhan haruslah memiliki hidup kudus dan menjalani
hidupnya dengan integritas.
Kriteria ini tampaknya juga perlu
diterapkan pada kita semua sebagai pengikut Kristus di dunia ini. Jadi, kalau
kita dipanggil untuk hidup kudus, itu berarti segala perkataan dan perbuatan
kita harus secara khusus ditujukan kepada Tuhan. Untuk itu, kita harus
menghindarkan diri dari semua kenajisan dunia. Apa yang mau kita tunjukkan
kepada semua orang adalah hal-hal terpuji yang memperlihatkan kasih Kristus dan
yang mendatangkan kemuliaan bagi nama Tuhan.
Dengan memiliki sifat-sifat
demikian, kita tidak akan menuai celaan dari orang-orang dunia. Sebaliknya,
kita mencerminkan Kristus yang penuh kasih dan kedamaian. Dengan demikian, kita
memperkenalkan Kristus kepada dunia.
Sifat-sifat seperti yang
dikatakan Paulus itu pula yang perlu kita tumbuhkan dan kita wujudkan dalam
masa Adven ini. Kita semua sebagai hamba Tuhan dipanggil untuk hidup kudus
bagi-Nya. Kiranya Tuhan memampukan kita dan memberkati kita.
Integritas Setiap Anggota
Keluarga
Titus 2:1-10
Orang-orang dalam sebuah
keluarga beriman memiliki kewajiban yang harus dilakukan agar mencerminkan
integritas sebagai hamba Tuhan. Sifat dan sikap baik apa sajakah itu? Bagian
perikop ini membahasnya.
Seorang ayah sebagai suami dan
kepala rumah tangga diminta untuk memiliki cara hidup yang sederhana,
terhormat, dan bijaksana, juga sehat dalam iman, kasih, dan ketekunan. Dengan
demikian, ia diharapkan dapat memimpin keluarganya dalam kebenaran dan kasih
Allah.
Seorang ibu sebagai istri dan
ibu rumah tangga diminta untuk menjalani hidup sebagai orang yang beribadah,
tidak memfitnah, tidak menjadi pemabuk, dan cakap mengajarkan kebaikan. Ia
adalah orang yang bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangga, baik hati,
dan taat kepada suaminya. Melalui hidupnya, firman Allah disaksikan kepada
semua orang.
Seorang muda dinasihati untuk
menguasai diri. Untuk itu, Titus sendiri dinasihati untuk menjadi teladan
dengan cara hidup jujur, mengajar dengan sungguh-sungguh, dan membawakan
pemberitaan firman secara sehat dan tidak bercela.
Seorang hamba diminta untuk
taat dan berkenan kepada tuannya, tidak membantah, tidak berbuat curang, selalu
tulus dan setia. Dengan demikian, dalam ibadah maupun pekerjaan, mereka
memuliakan ajaran Allah.
Semua ini menunjukkan bahwa
seluruh anggota keluarga Kristen sebagai keluarga dari orang-orang beriman
haruslah menata diri dengan sebaik-baiknya. Setiap anggota, dari kepala
keluarga sampai hamba, harus mengusahakan diri untuk memiliki integritas yang baik
dan berkenan kepada Tuhan. Jadi, melalui kebaikan yang diajarkan dan melalui
keharmonisan hubungan antaranggota yang diperlihatkan, keluarga Kristen dapat
menunjukkan adanya Kristus di tengah keluarga dan menjadi terang bagi
masyarakat di sekitarnya.
Integritas kristiani keluarga
Kristen harus kita wujudkan dalam setiap tindakan dalam kehidupan kita di kala
kita menanti-nantikan kedatangan Tuhan Yesus Kristus. Kita tetap mengingat
posisi kita sebagai anggota keluarga dan kita tidak melupakan kewajiban iman
kita, sambil terus menjaga kualitas iman yang indah bagi kemuliaan Tuhan.
Melepaskan Topeng
Titus 2:11-15
Penari topeng selalu
mengenakan topeng ketika mempertunjukkan tariannya. Penonton tidak dapat
melihat ekspresi wajah mereka selain yang terukir pada topeng. Mereka memang
sengaja tidak memperlihatkan wajah karena topeng sudah menjadi ciri khusus
dalam tarian mereka. Tanpa disadari, kita sebagai orang percaya pun sering
mengenakan topeng untuk menyembunyikan hidup kita yang sebenarnya.
Rasul Paulus mengingatkan akan
kasih karunia Allah yang telah nyata. Allah telah berkarya menyelamatkan
manusia, dan kini Ia mendidik kita agar meninggalkan kefasikan. Segala
keinginan duniawi yang jahat, seperti seperti hawa nafsu, ketamakan, dan apa
pun itu, menguasai diri manusia sehingga membuat kita jauh dari Allah.
Sekarang, selagi kita masih ada di dunia ini, kita mau hidup bijaksana, adil,
dan beribadah sambil terus menantikan hari kedatangan Yesus Kristus kembali.
Paulus menyampaikan kepada
Titus dan tentunya kepada kita semua, agar mengingat bahwa kita telah
dibebaskan dari segala dosa. Kita diselamatkan bukan untuk hidup semena-mena,
tetapi untuk menjadi umat milik Tuhan yang kudus dan yang selalu berbuat baik.
Maka, kita bukan cuma memakai topeng dan berpura-pura baik, tetapi menjalani
hidup dengan penuh kewibawaan di depan semua orang.
Nyatanya, topeng kerohanian
belum sepenuhnya ditinggalkan oleh orang percaya zaman sekarang. Ada yang
tampak baik di luar, rajin beribadah, bersekutu, bahkan tekun mengerjakan
pelayanan. Namun, ketika ia berada di tengah pergaulan orang-orang yang tidak
beriman, ia berubah 180 derajat. Ia tidak lagi mencerminkan identitasnya
sebagai orang percaya. Seakan-akan di dalam gereja ia mengenakan topeng pengikut
Kristus, lalu di luar gereja ia melepaskannya dan bersikap sesuka hati.
Kasih karunia Allah telah
dinyatakan dan Yesus Kristus telah menyerahkan diri-Nya untuk membebaskan
umat-Nya. Karena itu, hendaklah kita hidup sesuai dengan ajaran-Nya, juga saling
menasihati sesama agar kemuliaan Allah nyata dalam hidup kita. Bila kita masih
mengenakan topeng, lepaskanlah dan berbaliklah kepada Allah.
Patuh dengan Benar
Titus 3
Lampu lalu lintas terdiri dari
tiga warna: merah, kuning, dan hijau. Merah artinya berhenti, kuning artinya
bersiap-siap, dan hijau artinya maju. Apa jadinya ketika pengemudi tidak
menaati rambu-rambu yang ada? Tentu, lalu lintas akan kacau dan berpotensi
terjadi tabrakan.
Rasul Paulus meminta Titus
agar mengingatkan jemaat bukan hanya untuk tunduk pada pemerintah, tetapi juga
untuk senantiasa berbuat baik dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang.
Tugas Titus di Kreta bukan tanggung jawab yang mudah dilakukan. Ia harus
menasihati jemaat agar berbuat baik, padahal dahulu mereka hidup dalam
kejahilan: tidak taat, sesat, menuruti hawa nafsu, hidup dalam kejahatan dan
kedengkian, keji, dan saling membenci. Dosa yang seakan-akan mendarah daging
menjadi penghalang besar.
Tetapi, Paulus kembali
mengingatkan akan kemurahan dan kasih Allah, bahwa manusia telah diselamatkan
Allah melalui Yesus Kristus. Tentu, itu semua bukan karena perbuatan baik kita,
tetapi karena rahmat-Nya. Itulah yang membersihkan dan memperbarui diri kita
sehingga kita dilayakkan untuk menerima hidup yang kekal. Itulah mengapa orang
percaya berpegang teguh pada Injil, berusaha berbuat baik, dan tidak lagi
mencari pertengkaran yang sia-sia.
Bagaimana dengan kita di zaman
sekarang? Pemerintah membuat peraturan agar masyarakat hidup teratur. Tetapi,
tak jarang kita, sebagai anggota masyarakat, mengajukan syarat sebelum
mengikuti peraturan yang ada. Mungkin kita baru mau patuh apabila ada
keuntungan atau si pembuat peraturan terbukti menaatinya. Barangkali kita mulai
menyepelekan peraturan pemerintah dan berdebat kusir. Padahal, kepatuhan
seharusnya mutlak dilakukan oleh setiap orang percaya. Satu-satunya
pengecualian adalah bila peraturan pemerintah bertentangan dengan ajaran
Alkitab karena kita harus lebih taat kepada Allah daripada manusia.
Karena itu, kita pun sebagai
pengikut Kristus hendaknya patuh pada firman-Nya dan peraturan pemerintah di
dunia ini sehingga hidup kita berbuah dan menghasilkan apa yang baik dan
berguna bagi semua orang.
Posting Komentar untuk "Renungan Harian Titus Pasal 1-3 - Melepaskan Topeng"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.