Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tujuan Mezbah Keluarga dalam Kehidupan Orang Percaya

Tujuan Mezbah Keluarga dalam Kehidupan Orang Percaya


Tujuan Mezbah Keluarga

Terdapat adanya beberapa tujuan atas dibentuk dan diselenggarakannya mezbah keluarga ini dalam kehidupan orang percaya. Tujuan-tujuan itu antara lain adalah sebagai berikut:

Untuk memuji dan menyembah Allah

Ibadah haruslah berpusatkan pada Tuhan, demikian pula dengan mezbah keluarga. Didalam beribadah, pujian dan penyembahan harus menjadi bagian didalamnya, karena memang untuk itulah manusia diciptakan. Ibadah yang sesungguhnya hanya memuliakan kebesaran Allah saja.[1] Jadi mezbah keluarga tidak diadakan dengan berpusatkan pada diri sendiri, tapi berpusatkan pada Kristus yang hadir ditengah-tengah ibadah ini. Dengan menempatkan Kristus sebagai pusat, maka Ia akan memberikan berkat-berkat-Nya. Namun demikian dalam ibadah apapun, termasuk mezbah keluarga, hendaknya tidak dilandasi untuk mendapatkan berkat semata, tetapi berkat itu dengan sendirinya didapat ketika ibadah itu menempatkan Tuhan sebagai pusatnya dengan memuji, menyembah dan mempermuliakan nama-Nya.

Untuk menyatakan ungkapan syukur

Seperti halnya ketika Nuh dan keluarganya mendirikan mezbah dan beribadah menaikkan ucapan syukur mereka, karena telah selamat dari banjir besar itu, demikianlah hendaknya mezbah keluarga juga diselenggarakan sebagai salah satu perwujudan ucapan syukur umat Allah atas segala anugrah dan pemeliharaan Allah.

Untuk membangun komunikasi yang indah dengan Kristus

Sebuah pertemuan tanpa komunikasi tidak akan memiliki arti apapun. Komunikasi tidak harus selalu diartikan dengan kata-kata. Jika terjadi kondisi saling memahami, maka komunikasi itu bisa terjadi, bagaimanapun caranya. Komunikasi sangat penting untuk membangun cinta kasih diantara manusia. Demikian pula komunikasi menjadi sangat penting untuk membangun hubungan dengan Tuhan. Kedekatan antara manusia dengan Tuhan tidak dapat dibangun tanpa komunikasi yang teratur. Cinta kasih yang kuat kepada Tuhan tidak bisa terjadi begitu saja secara tiba-tiba. Seperti layaknya Abraham, cinta kasih itu terwujud melalui proses yang terus menerus dalam kehidupan Abraham yang terhubung dengan Tuhan. Bahkan Rasul Paulus, yang dulunya Saulus pun tidak tiba-tiba mencintai Tuhan dalam hidupnya, walaupun memang terjadi perubahan iman yang drastis di satu titik kehidupannya.

Komunikasi dengan Tuhan harus terus dijalin, karena Tuhan akan menyapa umat-Nya lewat kehidupan dan dalam ibadah mereka. Jika merunut sejarah Israel pada jaman Musa, Tuhan memerintahkan agar konsep pendidikan diajarkan melalui komunikasi dan interaksi. Dalam Ulangan pasal 6 diberikan secara terperinci bagaimana komunikasi dan interaksi harus dilakukan. Bukan hanya pada waktu persekutuan yang singkat, tetapi harus dilakukan berulang-ulang, pada setiap kesempatan (Ul.6:7).

Untuk membangun komunikasi yang indah diantara keluarga

Selain membangun komunikasi yang indah dengan Tuhan, mezbah keluarga juga dapat membangun komunikasi horizontal, yakni dengan sesama anggota keluarga. Masalah besar yang dihadapi oleh keluarga modern, termasuk keluarga Kristen dewasa ini, adalah tidak terjalinnya hubungan yang intim diantara sesama anggota keluarga. Kebersamaan fisik tidak lagi mencerminkan kebersamaan hati, seperti yang dijelaskan pada bab I terdahulu.

Clyde Narramore mengatakan bahwa keluarga Kristen tidak boleh lalai dalam mengadakan ibadah didalam rumah tangga mereka, karena ibadah keluarga ini akan membentuk ikatan persekutuan yang manis diantara anggota keluarga.[2] Komunikasi yang indah yang terbangun diantara anggota keluarga ini diharapkan akan menjadi terang, berkat dan saksi bagi keluarga-keluarga lain.[3] Komunikasi yang indah diantara anggota keluarga ini diharapkan dapat pula mengatasi menurunnya keintiman dan keharmonisan hubungan dalam keluarga.

Untuk membangun keluarga harmonis yang berpusat pada Kristus

Keharmonisan adalah keserasian. Keharmonisan adalah pola hubungan atau relasi antar-pihak, bila keharmonisan itu adalah harmonis dalam keluarga maka hal itu adalah pola hubungan antara suami-isteri, orang tua-anak, mertua-menantu, antar saudara dan sebagainya, yang memiliki damai, kebersamaan, pengertian, kesetiaan, rukun, dan membangun serta serasi. Keharmonisan dalam keluarga, bila tidak didasari oleh kebenaran Firman Tuhan, akan menjadi sia-sia belaka. Tuhan haruslah menjadi kepala dalam kehidupan keluarga orang percaya. Dengan inilah maka keharmonisan itu akan terbangun dengan kokoh dan kuat. Dan mezbah keluarga adalah salah satu sarana dalam mencapai keharmonisan dalam keluarga. Seperti tersebut dalam Matius 18:20, yakni dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya dan Ia hadir disana, maka demikianlah mezbah keluarga haruslah berpusatkan pada Kristus.

Untuk membangun karakter kristiani

Tuntutan standar kehidupan yang semakin tinggi membuat manusia kehilangan banyak sekali waktu untuk membangun hubungan yang harmonis dalam keluarga. Kesibukan bekerja ataupun belajar menjadi alasan utama. Bahkan hal penting dalam sebuah keluarga Kristen, yakni mezbah keluarga pun sudah sulit dilakukan, atau bahkan sama sekali tidak dilakukan. Kesibukan sering sekali digunakan sebagai alasan ketika sebuah keluarga menjadi berantakan dan anak-anak tidak terurus dalam pendidikan karakter dan imannya. Setiap keluarga, khususnya keluarga Kristen seharusnya menyadari begitu pentingnya perhatian dan pembentukan karakter bagi anggota keluarga. Perhatian dan pembentukan karakter ini harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan iman Kristen.

Hal yang perlu disadari adalah bahwa tugas membentuk karakter Kristiani seorang anak bukanlah hanya menjadi tanggung jawab guru agama atau guru sekolah minggu saja, melainkan secara mendasar adalah merupakan tanggung jawab orang tua, seperti yang dikatakan oleh Tom Allen sebagai berikut:

Seharusnya orang tua menjadi pengaruh rohani utama dalam dalam kehidupan anak-anak mereka – bukan pendeta atau guru sekolah Kristen. Saya sangat mendukung pendidikan Kristen, tetapi hal itu harus dimulai di rumah.[4]

Dan dalam pelaksanaannya, selain melalui interaksi sehari-hari yang hanya melibatkan antar individu dalam keluarga, juga harus dilakukan melalui sarana mezbah keluarga yang memiliki kelengkapan unsur dalam membentuk karakter Kristiani seorang anak, karena mengikut sertakan Kristus didalamnya.

Untuk mencapai pertumbuhan rohani

Mezbah keluarga juga dapat menumbuhkan kerohanian anggotanya menuju pada kedewasaan rohani, seperti yang dikatakan Pieter Sakul demikian:

Secara menyeluruh, mezbah keluarga menjadi salah satu sarana yang amat penting untuk pembinaan iman keluarga, supaya keluarga bertumbuh didalam pengenalan akan Tuhan kita, Yesus Kristus.[5]

Dengan pertumbuhan rohani akan dicapai kedewasaan rohani, dan kedewasaan rohani ini pada gilirannya akan memantapkan kehidupan keluarga agar dapat bertahan dari segala tantangan kehidupan.

 Baca Juga :

Mezbah Keluarga Dalam Alkitab - Mezbah Orang Percaya

Pengertian Mezbah Keluarga Dalam Kekristenan

Pentingnya Mezbah Keluarga Dalam Kehidupan Orang Percaya

[1] Abraham Kuyper, Mendekat kepada Allah (Surabaya: Momentum, 2013), 201

[2] Clyde M. Narramore, Mengadakan Renungan Keluarga (Bandung: Kalam Hidup, 2003), 25

[3] Agung Gunawan, Keluarga Yang Sesuai Pola Allah (Malang: Gandum Mas, 2010), 11-13

[4] Tom Allen, Kepemimpinan Rohani Dimulai di Rumah (Bandung: Kalam Hidup, 2003), 16

[5]   Sakul, Buku Pedoman Katekesasi Pernikahan, 13

2 komentar untuk "Tujuan Mezbah Keluarga dalam Kehidupan Orang Percaya"

Berkomentar yg membangun dan memberkati.