Kebangkitan Menurut Bapa-Bapa Gereja - Historis
Kebangkitan
Menurut Bapa-Bapa Gereja
Penyelusuran
tentang doktrin kebangkitan melalui pendekatan pengajaran para Bapa-bapa
Gereja, merupakan upaya untuk mencari kebenaran yang ilmiah dan logis. Berdasarkan
kesaksian iman yang tertulis dari jemaat awal diupayakan suatu pemahaman
mengenai apa yang diimani (isi iman) dalam hal kebangkitan Yesus, khususnya
dalam topik bahasan di sini mengenai tubuh kebangkitan-Nya. Hal ini
mengindikasikan bahwa iman umat Kristen berdasarkan sejarah yang olehnya sampai
sekarang umat Kristen berdiri teguh pada dasar kebenaran Alkitab. Tetapi sangat
disayangkan sebab hanya sebagian kecil teolog atau para pendeta Indonesia
menyukai sejarah, sehingga tidak heran jika di Indonesia sering menyalahkan
antar denominasi dan pertumbuhan aliran sesat sangat pesat.
Kebangkitan Menurut Polycarpus (70-155 M)
Kebangkitan
menurut Polycarpus (Kebangkitan Jiwa dan Tubuh di dalam Keabadian). Teguran
yang sangat keras dari Uskup Polycarpus, sebagai bukti pentingnya meyakini
ajaran kebangkitan Kristus dan orang percaya, dengan mengatakan: Setiap orang
yang mengatakan tidak ada kebangkitan maka ia adalah anak sulung iblis, “Uskup
Polycarpus”.
Polycarpus
adalah Seorang Murid penulis Injil Yohanes, Polycarpus dipercaya sebagai uskup
di Gereja Smyrna, Asia Kecil, sekarang Turki. Dimasanya terjadilah penganiayaan
yang hebat diantara orang Kristen yang menolak menyembah Kaisar dan dewa-dewa
Romawi. Tetapi karena Polykarpus adalah seorang Kristen sejati lebih memilih
menyembah Yesus Kristus. Meskipun ia dipaksa untuk menyangkal imannya kepada
Kristus, tetapi ia tetap teguh walaupun ia harus dihukum mati.
Polycarpus
terkenal seorang Uskup yang membela ajaran gereja Ortodoks serta sangat
membenci ajaran-ajaran penyesat. Takkala terjadi pertikaian antara jemaat di
Asia kecil dengan jemaat di Roma tentang tanggal perayaan paskah, Polycarpus
berusaha mengatasinya. Pada masa itu jemaat Asia Kecil merayakan hari raya
paskah pada bulan 14 Nissan, mengikuti kebiasaan Yahudi. Sedangkan, jemaat di
Roma merayakan Paskah seperti yang gereja-gereja rayakan sekarang ini. Tetapi,
terjadinya suatu pertikaian ketika Uskup Roma (Anicetus) meminta agar jemaat di
Asia Kecil mengikuti pratik perayaan paskah di Roma.[1] Menurut
Kenneth Curtis, Stephen Lang dan Randi Petersen mengatakan bahwa “kira-kira
satu tahun sebelum kemartiran Polycarpus, ia berkujung ke Roma untuk menyelesaikan
perbedaan pendapat tentang tanggal Hari Raya Paskah (hari kebangkitan Yesus
Kristus) dengan Uskup Roma (Anicetus).”[2]
Polycarpus
tidak mempermasalahkan tanggal dan bulan perayaan paskah (kebangkitan Yesus
Kristus), tetapi Polycarpus lebih menekankan kepercayaan akan kebangkitan Yesus
Kristus dan maknanya dalam kehidupan orang Kristen. Bagi Polycarpus kasus yang
terjadi di jemaat Asia kecil dan jemaat Roma merupakan persoalan kebijakan
kebiasaan jemaat, dan tidak mempengaruhi makna kebangkitan itu
sendiri. Menurut Polycarpus kebiasaan tanggal perayaan paskah yang dilakukan
oleh jemaat di Asia Kecil telah berlangsung sejak zaman uskup-uskup sebelumnya
dan kebiasaan tersebut dipandang sebagai tradisi rasuli. Hasil dari pertemuan
tersebut, “Polycarpus memperoleh persetujuan dari Anicetus bahwa jemaat di Asia
kecil boleh meneruskan kebiasaan mereka dalam merayakan paskah pada 14 bulan
Nissan.”[3] Dengan demikian,
pada tahun 70 sampai 150 M membuktikan bahwa sejarah kebangkitan Yesus Kristus
mewarnai ajaran Polycarpus dan bahkan merupakan ajaran yang sangat penting dan
patut untuk dilakukan. Artinya bahwa doktrin tentang perayaan paskah (Passover) bukan
merupakan produk dari tradisi agama penyembah berhala, tetapi merupakan ajaran
Alkitab yang terus dipelihara oleh orang Kristen dari abad pertama samapai
sekarang.
Kebenaran
dan pengajaran akan kebangkitan tidak dapat di sangkal, sebab “Polycarpus
adalah seorang saksi mata dari tradisi pengajaran gereja yang masih berbentuk
lisan”[4] dan sezaman dengan
para rasul. Sehingga di dalam pengajaran Polycarpus perihal tentang
kebangkitan, beliau menegaskan bahwa setiap orang yang mengatakan “tidak ada
kebangkitan orang mati dan tidak ada penghakiman orang, maka ia adalah anak
sulung iblis.”[5] Polycarpus sangat
tegas perihal tentang kebangkitan, disebabkan karena diperhadapkan dari
berbagai aliran sesat, antara lain Marsionisme.[6] Polycarpus
meyakinkan orang Kristen bahwa kebangkitan Yesus Kristus sungguh nyata. Dan hal
ini, berdasarkan kebenaran Firman Tuhan. Dengan demikian, argumen ini sangatlah
memberikan sebuah dasar bagi umat Kristen untuk menanggapi sejumlah penolakan
tentang kebangkitan Yesus Kristus, dan sekaligus memudahkan penulis menegaskan
doktrin kebangkitan orang percaya di dalam Yesus Kristus menurut 1 Korintus
15:20-23. Sebagai referensi izinkan penulis mencatumkan doa yang agung dari
Polycarpus sebelum beliau meninggal dunia:
Ya Tuhan Allah Yang Maha Kuasa, Bapa dari Anak yang
Kau kasihi dan berkati, Yesus Kristus yang melalui-Nya kami telah menerima
pengetahuan penuh mengenai Engkau, Allah para Malaikat dan kuasa, dan semua
ciptaan, dan semua orang benar, yang hidup dihadapan-Mu, aku mengucap syukur
kepada-Mu karena Engkau telah mempercayaiku pada hari dan jam ini, bahwa aku
boleh minum, bersama para martir, dari cawan Kristus, untuk mengalami
kebangkitan masuk kekehidupan kekal, baik jiwa maupun tubuh di dalam keabadian
Roh Kudus. Dan semoga hari ini aku diterima diantara mereka yang ada
dihadapan-Mu, sebagai korban yang baik dan layak diterima, sebagaimana Engkau,
Allah tanpa kesalahan dan Allah kebenaran, telah mempersiapkannya sendiri dan
telah memperlihatkan serta memenuhinya. Karena inilah aku juga memuji Engkau
atas segala hal. Aku memuji Engkau, aku memuliakan Engkau melalui Imam Besar, Yesus
Kristus, Anak-Mu terkasih, yang abadi dan sorgawi, yang melalui-Nya kemuliaan
ada pada-Mu beserta Dia dan Roh Kudus, sekarang dan zaman-zaman yang akan
datang. AMIN[7]
Polycarpus
meyakini bahwa orang percaya mengalami kebangkitan masuk kekehidupan kekal di
dalam Yesus Kristus, baik jiwa maupun tubuh. Polycarpus percaya adanya
kebangkitan tubuh, yang diberikan oleh Allah, firman Tuhan menyebutnya sebagai
tubuh kemuliaan. Jadi, menurut Polycarpus kebangkitan Yesus Kristus sungguh
nyata dan orang Kristen mengalami kebangkitan yang serupa bagi yang percaya
kepada Yesus, baik “jiwa maupun tubuh.”
Dari
pandangan Polycarpus mengenai kebangkitan memberikan keterangan yang kuat untuk
menjawab keraguan orang yang memandang bahwa kebangktian Yesus hanya sekedar
pengalaman saja dan bukan Historis dengan melihat sejarah Polycarpus adalah
seorang daripada Yohanes murid Yesus mengakui sendiri bahwa kebangkitan Yesus
ada sungguh nyata dan bahkan ia mengatakan bahwa barang siapa yang tidak
mengakui kebangkitan akan disebut anak iblis. Artinya bahwa kebangkitan Yesus
Kristus itu bukan hanya sekedar pengalaman para murid saja yang sedang
mengalami kegalaun pada saat kematian Yesus Kristus. Tetapi dengan data yang
diberikan oleh Polycarpus sebagai gereja awal memberikan fakta yang aktual
karena gereja awalpun mengakui dan mempercayai kebangkitan Yesus Kristus.
Kebangkitan
menurut Ignatius (Tahun 110)
Uskup
Ignatius dari Anthiokhia ditangkap oleh pemerintah Romawi. Ia di angkat dari
Roma dan disana ia mati syahid. Dalam perjalanannya ia menulis tujuh surat
kepada jemaat di Asia kecil bagian barat dan kepada jemaat di Roma. Dalam
surat-surat Ignatius itu suasana moralisme seperti yang terdapat dalam kitab
Didakhe (pengajaran) itu tidak ada. Ignatius memuji-muji Kristus yang
menyelamatkan manusia: Kucari Dia yang telah mati untuk kita; kurindu Dia yang
telah bangkit untuk kita. Ignatius sangat menekankan persatuan antara manusia
dengan Kristus karena akan mnenerima kehidupan yang kekal. Ignatius berkata “
jika saya menderita, saya adalah orang yang sudah dibebaskan oleh Yesus Kristus
dan di dalam Dia saya akan bangkit merdeka.”[8]
Ignatius
meneruskan satu segi dari pemikiran yang terdapat dalam tulisan-tulisan Paulus
dan Yohanes. Ia menekankan bahwa keselamatan itu adalah kehidupan. Yang penting
di dalam karya Kristus adalah kebangkitan. yang kemudian di teruskan oleh
Irenaus.[9] Ignatius
merindukankan kematian karena ia percaya meskipun ia mati ia akan hidup bersama
Kristus dalam kebangkitanNya.
Bapa-bapa
gereja lebih memilih mati syahid untuk kebenaran Kristus dan hal itu tidak akan
pernah sia-sia karena mereka menyadari bahwa ada kehidupan setelah kematian
yang tidak ada lagi kesakitan dan masalah dalam kehidupan yang baru dimana
Yesus Kristus yang membangkitkan dan memberikan kemenangan dan kehidupan yang
kekal. karena Yesus sudah bangkit sebagai yang sulung demikian setiap orang
percaya akan di bangkitkan didalam Kristus dan kebangkitanNya ada kehidupan dan
orang percaya akan mendapatkannya.
Kebangkitan
Menurut Irenius (Tahun 177)
Kebangkitan
menurut Irenaeus adalah kebangkitan Yesus Kristus wasiat dan jaminan hidup
kekal. Pokok utama theologia Irenius ialah: “mempersatukan di dalam Kristus
sebagai kepala segala sesuatu, baik yang di Surga, maupun yang di Bumi.”
Irenaeus
seorang theologi Kristen pada abad ke-2 yang mendasarkan ajarannya pada
Alkitab, tentang penebusan manusia oleh Yesus Kristus. Beliau seorang uskup di
kota Lyon di Negeri Parancis pada tahun 178 sekaligus seorang theolog Kristen
yang menolak ajaran bidah Gnostik[10] yang tidak
menerima inkarnasi, dan konsekuensi atas kebangkitan badan.[11] Konsep kebangkitan
Irenaeus, meneruskan daripada ajaran “Ignatius yang mengatakan bahwa yang
dipentingkan dalam karya Yesus Kristus ialah kebangkitan.”[12] Irenaeus adalah
seorang Yunani, yang lahir di Asia kecil dari keluarga Kristen.
Irenaeus dipengaruhi oleh Justinus. Ia menjadi jembatan antara teologi Yunani
purba dan teologi Latin Barat, yang dimulai oleh Tertullianus yang sezamannya
dengan dia.
Sia-sialah mereka yang meremehkan rencana Allah dan
menolak penyelamatan daging dan menolak kelahiran kembali, sebab karena roti
dan anggur memungkinkan kita menerima Sabda Allah dan ekaristik menjadi tubuh
Kristus, dari mana substasi daging kita tumbuh. Bagaimana para bidah mengatakan
bahwa daging tak mampu menjadi anugerah Allah, yaitu hidup kekal, daging yang
dihidupi dan disuburkan oleh tubuh dan darah Tuhan, dan adalah anggotanya.
Demikian juga tubuh kita dihidupi dan disuburkan dengan ekaristi. Tubuh kita
dikenyangkan ekaristi dan ketika tubuh kembali menjadi tanah, maka tubuh akan
bangkit kembali pada waktunya, pada saat Sabda Allah memberi mereka kebangkitan
atas keagungan Allah Bapa. Ia menenangkan keabadian bagi yang dapat mati dan
atas apa yang dapat rusak karena kekuatan Allah menjadi sempurna dalam
kelemahan. Maka, pengalaman mengajarkan kepada kita bahwa kita harus terus
bertahan karena kebesaran-Nya dan bukan karena kekuatan kita.[13]
“Kebangkitan
Yesus Kristus memberikan wasiat dan jaminan untuk hidup yang baka kepada
sekalian orang yang percaya kepada Dia.”[14] Gagasan Irenaeus
atas kebangkitan tubuh orang percaya di dalam Yesus Kristus di dasarkan pada
keberadaan Logos yang menjadi daging. Irenaeus meyakini dengan
cara ini tubuh orang percaya di ubah ke dalam Tubuh-Nya. Yesus yang adalah
Logos yang mati dan bangkit kembali sebab Ia adalah Allah dan Allah tidak
pernah mati. Yesus menjadi manusia datang untuk menebus manusia dari dosa-dosa
sehingga manusia memperoleh kehidupan yang kekal.
Irenaeus
mengatakan bahwa didalam Kristus ada jaminan kehidupan yang kekal, meskipun
banyak yang tidak mempercayai akan hal ini, tetapi melalui argumen Irenaeus,
begitu banyak orang yang sebelumnya yang banyak yang mengatakan bahwa Yesus
bukanlah Tuhan tetapi manusia yang menjadi Tuhan, dengan pernyataan Irenaeus
memberikan sumbangsih sangat membangun dalam membuatan karya Ilmiah yang sedang
di tulis mengenai makna kebangkitan Kristus dalam iman orang Kristen yang
benar-benar terjadi dulu Yesus bangkit dari anatra orang mati baik dalam
histori maupun dalam sisi keilahianNya dan kenyataan Ia bangkit dan hidup
kembali sampai selama-lamaya.
Kebangkitan
Menurut Justinus Martir (tahun 165)
Ia
merupakan seorang apologet Kristen yang terkemuka dalam gereja abad ke-2.
Dilahirkan di Flavia Neapolis (Nablus) atau Sikhem (nama pada zaman kuno), di
Samaria pada tahun 95. Justinus adalah seorang pencari kebenenaran yang sejati.
Ia telah mencarinya di dalam filsafat Pythagoras, Aristoteles, Plato, Filsafat
Stoa, Beo Platonisme namun filsafat-filsafat itu tidak menyuguhkan kepadanya
suatu kebenenaran.
Justinus bertobat pada tahun 130 ketika ia
bertemu dengan seorang tua yang sedang bertapa. Sesudah pertobatannya menjadi
Kristen, ia mengajar di Efesus. Kemudian ia berpindah ke Roma dan disini dia
membuka sebuah sekolah dan ia menjadi pemimpinnya. Dalam ajarannya mengenai
ibadah, Justinus menegaskan bahwa hari minggu saatnya beribadah karena hari itu
merupakan hari Tuhan Allah beristrahat setelah penciptaan dan sangat penting adalah
kerana Kristus bangkit pada hari tersebut.[15]
Dalam
hal ini justinus memberikan penjelasan bagi kita bahwa kebangkitan Yesus
Kristus benar-benar terjadi secara Histori dan memberikan jawaban bagi
orang-orang yang tidak menerima kebangkitan Yesus sebagai peristiwa
yang benar-benar terjadi. Dalam kerinduannya untuk mencari kebenaran
yang sejati hingga akhirnya ia menemukan bahwa kebenaran yang sejati hanya di
dalam Yesus Kristus. Kehidupan dan yang sangat penting dalam hidup sebagai
orang percaya bahwa Yesus sudah bangkit yang akan menjadi pintu bagi orang
percaya akan mengalami kebangkitan tubuh yang tidak akan mati lagi karena telah
di ubahkan menjadi tubuh kemuliaan seperti tubuh Tuhan Yesus sebagai yang
sulung dalam mendapatkan tubuh kemuliaan.
Konsep
Kebangkitan Pada Zaman Reformasi
Gerekan
Reformasi bukan bertujuan untuk merombak sistim politik, kebudayaan atau
masyarakat sekalipun berdampak kedalam seluruh aspek kehidupan manusia.
Reformasi adalah satu gerekan yang hendak mengembalikan kekristenan pada
otoritas Alkitab dengan iman kepercayaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip
wahyu Allah.[16] ini merupakan
sesuatu gerekan yang begitu murni dan memiliki tempat yang begitu penting dalam
sejarah gereja. Martin Luther menyadari bahwa otoritas hanya terdapat Alkitab
Martin
Luther (1483-1546)
Martir
Luther adalah
seorang yang berasal dari rakyat biasa dan bukan anak aristokrat. Bakhan dapat
dikatakan berasal dari kelas pekerja. Meskipun demikian ia mewarisisi pola
kehidupan keluarga yagn sangt berani, sungguh-sungguh dan sangat tuntuas. Salah
satu pertanyaan yang serius bagi hidupnya adalah apa yang akan terjadi setelah
kematian? Martin luther dipengaruhi oleh teolog dari William og Ockham
(1280-1349), salah seorang teolog besar medieval (abad pertengahan).[17] Pertanyaan yang
muncul dari Martin Luther tentang kehidupan setelah kematian adalah sebuah
pengharapan akan apa yang akan terjadi setelah mengalami kematian fisik.
Luther berberkata demikian “ Maut telah dimakan
habis oleh kematian Ktistus” hana oleh kebangkitanNya kital tahu bahwa juga
dahulu di kayu salib, Yesus Kristus adalah Anak Allah. yang disalibkan di
Golgota itu bukanlah hanya seorang manusia yang kehidupannya gagal,
melainkan Sang Kristus, Anak Allah![18]
Leluhur
Luther adalah seorang yang keras. Luther dibesarkan dalam rumah dengan ciri
istimewa : kesalehan beragama dan sangat miskin. Luther membawa ciri-ciri
tersebut sampai keliang kubur, karena didalam seluruh kehidupannya ia mencari
agama sejati.
Salah
satu hal yang sangat bertentangan dengan Luther adalah mengenai
surat pengampunan dosa, sehingga pada akhirnya Luther menimbulkan reforman yang
sangat besar dan berfokus untuk membahas mengenai kebenaran Allah dan kebenaran
manusia yaitu hukum dan injil. Luther juga memperbaiki pemahaman mengenai
Kristologi. Dia mengoreksi teologi abad pertengahan yang telah rusak dan
praktik takhyul abad pertengahan kepada sebuah Kristologi yang didasarkan pada
seluruh PB yaitu teologi inkarnasi Yohanes dan teologi penebusan Paulus.
Menurut Luther :
Ajaran
keselamatan hanya didalam Kristus berarti pembenaran oleh iman saja, hanya
melalui anugerah Kristus.[19] Martin luther
melakukan penerobosan baru untuk membuka mata setiap orang percaya supaya dapat
memperoleh keselamatan yang kekal. Dia mulai memperbaiki kerusakan dalam gereja
yang terjadi dengan kembali kepada Alkitab sebagai dasar yang benar, dosa hanya
bisa dihapuskan melalui pengorbanan Yesus diatas kayu salib bukan dengan
indeugensi yang dijual oleh kaum Romawi untuk kepentingan pembangun saat itu.
Chakkarai, Vengal menurutnya Yesus Kristus
sungguh-sungguh seorang manusia tetapi unik. Keunikannya adalah terletak pada
kehidupan doaNya dan ketidak berdosaanNya. Yesus Kristus sungguh-sungguh Allah.
keilahian Yesus yaitu terletak pada kebangkitanNya dari antara orang mati dan
berdiamnya Yesus Kristus yang bangkit dalam hati orang percaya.[20] Seorang tokoh
Kristen yang percaya akan kebangkitan Yesus Kristus sebagai bukti keilahian
Yesus.
John Wesley Birr kebangkitan
Kristus adalah sungguh-sungguh kebangkitan tubuh, bukan hanya satu kebangkitan
roh atau rohani. Kalau kebangkitan Tuhan Yesus hanya kebangkitan rohani saja,
tentu mayatNya akan ketinggalan dalam kubur[21] dan gua kuburannya
tidak akan terbuka dan batunya tidak akan terguling.
Kebangkitan
Yesus Kristus bukan hanya sekedar imajinasi para murid saja, melainkan kebangkitan
secara nyata yang merupakan mujizat yang sangat besar terjadi. tubuh yang Yesus
Kristus pake adah tubuh yang mereka kenal sebelumnya. Ada banyak
kebangkitan-kebangkitan yang terjadi didalam Alkitab yang sungguh-sungguh dan
hal itu merupakan kebangkitan tubuh (Mat. 9:18-26; Luk. 7:11-18; Yoh. 11:1-14)
yang merujuk kepada kebangkitan Yesus Ktistus secara tubuh.
Dalam
I Korintus 15 bahwa orang percaya itu mutlak bergantung pada kebangkitan Yesus
Kristus. Apabila Tuhan Yesus tidak bangkit dari antara orang-orang mati, maka
sia-sialah kepercayaan orang percaya.
[1] F. D.
Wellem, Hidupku Bagi Kristus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2005), 78-79.
[2] Kenneth Curtis dan
Stephen Lang, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2015), 08.
[3] F. D.
Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1999), 213-214.
[4] F. D.
Wellem, Hidupku Bagi Kristus, 78.
[5] Bambang
Noorsena, Fenomena Dajjal (Surabaya : institute for
Syriac Christian Studies, 2007), 10.
[6] Marsionisme adalah
ajaran bidat pada abad ke-2 yang mengatakan bahwa Allah Perjanjian Lama lebih
rendah karena penuh kemurkaan dan legalistis, dibandingkan dengan Allah
Perjanjian Baru yang penuh dengan kasih dan anugerah. Ajaran Marcio tentang
Yesus dengan menolak kemanusiaan Yesus (menganut ajaran Doketis = Yesus itu
hanya seolah-olah manusia). Sehingga Polycarpus menyebut aliran sesat ini
sebagai “anak sulung iblis”.
[7] William
Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Wahyu Kepada Yohanes, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2006), 114.
[8] Ira C..,
Ph.D Semakin Dibabat Semakin Merambat (Jakarta, BPK Gunung
Mulia: 1989), 18.
[9]End, Th. Van den, Harta
Dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2008), 20.
[10] Gnostiksisme adalah
sebagai suatu gerakan keagamaan yang memiliki banyak aliran. (Jonathan
E. Culver, Sejarah Gereja Umum, Bandung: Biji Sesawi, 2013, 56). Kaum
Gnostik tidak percaya bahwa orang percaya terpanggil untuk hidup kekal dalam
kebangkitan tubuh bersama Yesus, yang menjadi kepala dari tubuh mistik dimana
orang percaya menjadi anggotanya (Michael Marsch, Penyembuhan Melalui
Sakramen, 75).
[11] Michael
Marsch, Penyembuhan Melalui Sakramen, (Yogyakarta: Kanisius,
2006), 75.
[13] Michael
Marsch, Penyembuhan Melalui Sakramen, 76.
[14] H. Berkhof &
I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1991). 40.
[15] Drs. Wellem. F.D,
M.Th, 149.
[16] Pdt. Dr. Tong
Stephen Reformasi dan Teologi Reformed, 10-11.
[17] Pdt. Dr. Tong
Stephen Reformasi dan Teologi Reformed (Jakarta, perpustakaan
LRII :1994), 2.
[18] Dr. G.C van
Niftrik dan Dr. B. J Boland Dogmatika Masakini (Jakarta, BPK
Gunung Mulian: 1990), hl. 278
[19] Sinclair B.
Ferguson dkk. Hl. 311
[20] Drs. Wellem. F.D,
M.Th Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja (Jakarata,
BPK. Gunung Mulia : 1987), Hl.76
[21] Brill J
Wesley Dasar Yang Teguh (Bandung, Kalam Hidup :1996). Hl. 129
Posting Komentar untuk "Kebangkitan Menurut Bapa-Bapa Gereja - Historis "
Berkomentar yg membangun dan memberkati.