Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kebangkitan Menurut Bapa-Bapa Gereja - Historis

 

Kebangkitan Menurut Bapa-Bapa Gereja


Kebangkitan Menurut Bapa-Bapa Gereja

Penyelusuran tentang doktrin kebangkitan melalui pendekatan pengajaran para Bapa-bapa Gereja, merupakan upaya untuk mencari kebenaran yang ilmiah dan logis. Berdasarkan kesaksian iman yang tertulis dari jemaat awal diupayakan suatu pemahaman mengenai apa yang diimani (isi iman) dalam hal kebangkitan Yesus, khususnya dalam topik bahasan di sini mengenai tubuh kebangkitan-Nya. Hal ini mengindikasikan bahwa iman umat Kristen berdasarkan sejarah yang olehnya sampai sekarang umat Kristen berdiri teguh pada dasar kebenaran Alkitab. Tetapi sangat disayangkan sebab hanya sebagian kecil teolog atau para pendeta Indonesia menyukai sejarah, sehingga tidak heran jika di Indonesia sering menyalahkan antar denominasi dan pertumbuhan aliran sesat sangat pesat.

Kebangkitan Menurut Polycarpus (70-155 M)

Kebangkitan menurut Polycarpus (Kebangkitan Jiwa dan Tubuh di dalam Keabadian). Teguran yang sangat keras dari Uskup Polycarpus, sebagai bukti pentingnya meyakini ajaran kebangkitan Kristus dan orang percaya, dengan mengatakan: Setiap orang yang mengatakan tidak ada kebangkitan maka ia adalah anak sulung iblis, “Uskup Polycarpus”.

Polycarpus adalah Seorang Murid penulis Injil Yohanes, Polycarpus dipercaya sebagai uskup di Gereja Smyrna, Asia Kecil, sekarang Turki. Dimasanya terjadilah penganiayaan yang hebat diantara orang Kristen yang menolak menyembah Kaisar dan dewa-dewa Romawi. Tetapi karena Polykarpus adalah seorang Kristen sejati lebih memilih menyembah Yesus Kristus. Meskipun ia dipaksa untuk menyangkal imannya kepada Kristus, tetapi ia tetap teguh walaupun ia harus dihukum mati.

Polycarpus terkenal seorang Uskup yang membela ajaran gereja Ortodoks serta sangat membenci ajaran-ajaran penyesat. Takkala terjadi pertikaian antara jemaat di Asia kecil dengan jemaat di Roma tentang tanggal perayaan paskah, Polycarpus berusaha mengatasinya. Pada masa itu jemaat Asia Kecil merayakan hari raya paskah pada bulan 14 Nissan, mengikuti kebiasaan Yahudi. Sedangkan, jemaat di Roma merayakan Paskah seperti yang gereja-gereja rayakan sekarang ini. Tetapi, terjadinya suatu pertikaian ketika Uskup Roma (Anicetus) meminta agar jemaat di Asia Kecil mengikuti pratik perayaan paskah di Roma.[1]  Menurut Kenneth Curtis, Stephen Lang dan Randi Petersen mengatakan bahwa “kira-kira satu tahun sebelum kemartiran Polycarpus, ia berkujung ke Roma untuk menyelesaikan perbedaan pendapat tentang tanggal Hari Raya Paskah (hari kebangkitan Yesus Kristus) dengan Uskup Roma (Anicetus).”[2]

Polycarpus tidak mempermasalahkan tanggal dan bulan perayaan paskah (kebangkitan Yesus Kristus), tetapi Polycarpus lebih menekankan kepercayaan akan kebangkitan Yesus Kristus dan maknanya dalam kehidupan orang Kristen. Bagi Polycarpus kasus yang terjadi di jemaat Asia kecil dan jemaat Roma merupakan persoalan kebijakan kebiasaan jemaat, dan tidak mempengaruhi  makna kebangkitan itu sendiri. Menurut Polycarpus kebiasaan tanggal perayaan paskah yang dilakukan oleh jemaat di Asia Kecil telah berlangsung sejak zaman uskup-uskup sebelumnya dan kebiasaan tersebut dipandang sebagai tradisi rasuli. Hasil dari pertemuan tersebut, “Polycarpus memperoleh persetujuan dari Anicetus bahwa jemaat di Asia kecil boleh meneruskan kebiasaan mereka dalam merayakan paskah pada 14 bulan Nissan.”[3] Dengan demikian, pada tahun 70 sampai 150 M membuktikan bahwa sejarah kebangkitan Yesus Kristus mewarnai ajaran Polycarpus dan bahkan merupakan ajaran yang sangat penting dan patut untuk dilakukan. Artinya bahwa doktrin tentang perayaan paskah (Passover) bukan merupakan produk dari tradisi agama penyembah berhala, tetapi merupakan ajaran Alkitab yang terus dipelihara oleh orang Kristen dari abad pertama samapai sekarang.

Kebenaran dan pengajaran akan kebangkitan tidak dapat di sangkal, sebab “Polycarpus adalah seorang saksi mata dari tradisi pengajaran gereja yang masih berbentuk lisan”[4] dan sezaman dengan para rasul. Sehingga di dalam pengajaran Polycarpus perihal tentang kebangkitan, beliau menegaskan bahwa setiap orang yang mengatakan “tidak ada kebangkitan orang mati dan tidak ada penghakiman orang, maka ia adalah anak sulung iblis.”[5] Polycarpus sangat tegas perihal tentang kebangkitan, disebabkan karena diperhadapkan dari berbagai aliran sesat, antara lain Marsionisme.[6] Polycarpus meyakinkan orang Kristen bahwa kebangkitan Yesus Kristus sungguh nyata. Dan hal ini, berdasarkan kebenaran Firman Tuhan. Dengan demikian, argumen ini sangatlah memberikan sebuah dasar bagi umat Kristen untuk menanggapi sejumlah penolakan tentang kebangkitan Yesus Kristus, dan sekaligus memudahkan penulis menegaskan doktrin kebangkitan orang percaya di dalam Yesus Kristus menurut 1 Korintus 15:20-23. Sebagai referensi izinkan penulis mencatumkan doa yang agung dari Polycarpus sebelum beliau meninggal dunia:

Ya Tuhan Allah Yang Maha Kuasa, Bapa dari Anak yang Kau kasihi dan berkati, Yesus Kristus yang melalui-Nya kami telah menerima pengetahuan penuh mengenai Engkau, Allah para Malaikat dan kuasa, dan semua ciptaan, dan semua orang benar, yang hidup dihadapan-Mu, aku mengucap syukur kepada-Mu karena Engkau telah mempercayaiku pada hari dan jam ini, bahwa aku boleh minum, bersama para martir, dari cawan Kristus, untuk mengalami kebangkitan masuk kekehidupan kekal, baik jiwa maupun tubuh di dalam keabadian Roh Kudus. Dan semoga hari ini aku diterima diantara mereka yang ada dihadapan-Mu, sebagai korban yang baik dan layak diterima, sebagaimana Engkau, Allah tanpa kesalahan dan Allah kebenaran, telah mempersiapkannya sendiri dan telah memperlihatkan serta memenuhinya. Karena inilah aku juga memuji Engkau atas segala hal. Aku memuji Engkau, aku memuliakan Engkau melalui Imam Besar, Yesus Kristus, Anak-Mu terkasih, yang abadi dan sorgawi, yang melalui-Nya kemuliaan ada pada-Mu beserta Dia dan Roh Kudus, sekarang dan zaman-zaman yang akan datang. AMIN[7] 

Polycarpus meyakini bahwa orang percaya mengalami kebangkitan masuk kekehidupan kekal di dalam Yesus Kristus, baik jiwa maupun tubuh. Polycarpus percaya adanya kebangkitan tubuh, yang diberikan oleh Allah, firman Tuhan menyebutnya sebagai tubuh kemuliaan. Jadi, menurut Polycarpus kebangkitan Yesus Kristus sungguh nyata dan orang Kristen mengalami kebangkitan yang serupa bagi yang percaya kepada Yesus, baik “jiwa maupun tubuh.”

Dari pandangan Polycarpus mengenai kebangkitan memberikan keterangan yang kuat untuk menjawab keraguan orang yang memandang bahwa kebangktian Yesus hanya sekedar pengalaman saja dan bukan Historis dengan melihat sejarah Polycarpus adalah seorang daripada Yohanes murid Yesus mengakui sendiri bahwa kebangkitan Yesus ada sungguh nyata dan bahkan ia mengatakan bahwa barang siapa yang tidak mengakui kebangkitan akan disebut anak iblis. Artinya bahwa kebangkitan Yesus Kristus itu bukan hanya sekedar pengalaman para murid saja yang sedang mengalami kegalaun pada saat kematian Yesus Kristus. Tetapi dengan data yang diberikan oleh Polycarpus sebagai gereja awal memberikan fakta yang aktual karena gereja awalpun mengakui dan mempercayai kebangkitan Yesus Kristus.

Kebangkitan menurut Ignatius (Tahun 110)

Uskup Ignatius dari Anthiokhia ditangkap oleh pemerintah Romawi. Ia di angkat dari Roma dan disana ia mati syahid. Dalam perjalanannya ia menulis tujuh surat kepada jemaat di Asia kecil bagian barat dan kepada jemaat di Roma. Dalam surat-surat Ignatius itu suasana moralisme seperti yang terdapat dalam kitab Didakhe (pengajaran) itu tidak ada. Ignatius memuji-muji Kristus yang menyelamatkan manusia: Kucari Dia yang telah mati untuk kita; kurindu Dia yang telah bangkit untuk kita. Ignatius sangat menekankan persatuan antara manusia dengan Kristus karena akan mnenerima kehidupan yang kekal. Ignatius berkata “ jika saya menderita, saya adalah orang yang sudah dibebaskan oleh Yesus Kristus dan di dalam Dia saya akan bangkit merdeka.”[8]

Ignatius meneruskan satu segi dari pemikiran yang terdapat dalam tulisan-tulisan Paulus dan Yohanes. Ia menekankan bahwa keselamatan itu adalah kehidupan. Yang penting di dalam karya Kristus adalah kebangkitan. yang kemudian di teruskan oleh Irenaus.[9] Ignatius merindukankan kematian karena ia percaya meskipun ia mati ia akan hidup bersama Kristus dalam kebangkitanNya.

Bapa-bapa gereja lebih memilih mati syahid untuk kebenaran Kristus dan hal itu tidak akan pernah sia-sia karena mereka menyadari bahwa ada kehidupan setelah kematian yang tidak ada lagi kesakitan dan masalah dalam kehidupan yang baru dimana Yesus Kristus yang membangkitkan dan memberikan kemenangan dan kehidupan yang kekal. karena Yesus sudah bangkit sebagai yang sulung demikian setiap orang percaya akan di bangkitkan didalam Kristus dan kebangkitanNya ada kehidupan dan orang percaya akan mendapatkannya. 

Kebangkitan Menurut Irenius (Tahun 177)

Kebangkitan menurut Irenaeus adalah kebangkitan Yesus Kristus wasiat dan jaminan hidup kekal. Pokok utama theologia Irenius ialah: “mempersatukan di dalam Kristus sebagai kepala segala sesuatu, baik yang di Surga, maupun yang di Bumi.”

Irenaeus seorang theologi Kristen pada abad ke-2 yang mendasarkan ajarannya pada Alkitab, tentang penebusan manusia oleh Yesus Kristus. Beliau seorang uskup di kota Lyon di Negeri Parancis pada tahun 178 sekaligus seorang theolog Kristen yang menolak ajaran bidah Gnostik[10] yang tidak menerima inkarnasi, dan konsekuensi atas kebangkitan badan.[11] Konsep kebangkitan Irenaeus, meneruskan daripada ajaran “Ignatius yang mengatakan bahwa yang dipentingkan dalam karya Yesus Kristus ialah kebangkitan.”[12] Irenaeus adalah seorang  Yunani, yang lahir di Asia kecil dari keluarga Kristen. Irenaeus dipengaruhi oleh Justinus. Ia menjadi jembatan antara teologi Yunani purba dan teologi Latin Barat, yang dimulai oleh Tertullianus yang sezamannya dengan dia.

Sia-sialah mereka yang meremehkan rencana Allah dan menolak penyelamatan daging dan menolak kelahiran kembali, sebab karena roti dan anggur memungkinkan kita menerima Sabda Allah dan ekaristik menjadi tubuh Kristus, dari mana substasi daging kita tumbuh. Bagaimana para bidah mengatakan bahwa daging tak mampu menjadi anugerah Allah, yaitu hidup kekal, daging yang dihidupi dan disuburkan oleh tubuh dan darah Tuhan, dan adalah anggotanya. Demikian juga tubuh kita dihidupi dan disuburkan dengan ekaristi. Tubuh kita dikenyangkan ekaristi dan ketika tubuh kembali menjadi tanah, maka tubuh akan bangkit kembali pada waktunya, pada saat Sabda Allah memberi mereka kebangkitan atas keagungan Allah Bapa. Ia menenangkan keabadian bagi yang dapat mati dan atas apa yang dapat rusak karena kekuatan Allah menjadi sempurna dalam kelemahan. Maka, pengalaman mengajarkan kepada kita bahwa kita harus terus bertahan karena kebesaran-Nya dan bukan karena kekuatan kita.[13] 

“Kebangkitan Yesus Kristus memberikan wasiat dan jaminan untuk hidup yang baka kepada sekalian orang yang percaya kepada Dia.”[14] Gagasan Irenaeus atas kebangkitan tubuh orang percaya di dalam Yesus Kristus di dasarkan pada keberadaan Logos yang menjadi daging. Irenaeus meyakini dengan cara ini tubuh orang percaya di ubah ke dalam Tubuh-Nya. Yesus yang adalah Logos yang mati dan bangkit kembali sebab Ia adalah Allah dan Allah tidak pernah mati. Yesus menjadi manusia datang untuk menebus manusia dari dosa-dosa sehingga manusia memperoleh kehidupan yang kekal.

Irenaeus mengatakan bahwa didalam Kristus ada jaminan kehidupan yang kekal, meskipun banyak yang tidak mempercayai akan hal ini, tetapi melalui argumen Irenaeus, begitu banyak orang yang sebelumnya yang banyak yang mengatakan bahwa Yesus bukanlah Tuhan tetapi manusia yang menjadi Tuhan, dengan pernyataan Irenaeus memberikan sumbangsih sangat membangun dalam membuatan karya Ilmiah yang sedang di tulis mengenai makna kebangkitan Kristus dalam iman orang Kristen yang benar-benar terjadi dulu Yesus bangkit dari anatra orang mati baik dalam histori maupun dalam sisi keilahianNya dan kenyataan Ia bangkit dan hidup kembali sampai selama-lamaya.

Kebangkitan Menurut Justinus Martir (tahun 165)

Ia merupakan seorang apologet Kristen yang terkemuka dalam gereja abad ke-2. Dilahirkan di Flavia Neapolis (Nablus) atau Sikhem (nama pada zaman kuno), di Samaria pada tahun 95. Justinus adalah seorang pencari kebenenaran yang sejati. Ia telah mencarinya di dalam filsafat Pythagoras, Aristoteles, Plato, Filsafat Stoa, Beo Platonisme namun filsafat-filsafat itu tidak menyuguhkan kepadanya suatu kebenenaran.

Justinus bertobat pada tahun 130 ketika ia bertemu dengan seorang tua yang sedang bertapa. Sesudah pertobatannya menjadi Kristen, ia mengajar di Efesus. Kemudian ia berpindah ke Roma dan disini dia membuka sebuah sekolah dan ia menjadi pemimpinnya. Dalam ajarannya mengenai ibadah, Justinus menegaskan bahwa hari minggu saatnya beribadah karena hari itu merupakan hari Tuhan Allah beristrahat setelah penciptaan dan sangat penting adalah kerana Kristus bangkit pada hari tersebut.[15] 

Dalam hal ini justinus memberikan penjelasan bagi kita bahwa kebangkitan Yesus Kristus benar-benar terjadi secara Histori dan memberikan jawaban bagi orang-orang yang tidak menerima kebangkitan Yesus sebagai peristiwa yang  benar-benar terjadi. Dalam kerinduannya untuk mencari kebenaran yang sejati hingga akhirnya ia menemukan bahwa kebenaran yang sejati hanya di dalam Yesus Kristus. Kehidupan dan yang sangat penting dalam hidup sebagai orang percaya bahwa Yesus sudah bangkit yang akan menjadi pintu bagi orang percaya akan mengalami kebangkitan tubuh yang tidak akan mati lagi karena telah di ubahkan menjadi tubuh kemuliaan seperti tubuh Tuhan Yesus sebagai yang sulung dalam mendapatkan tubuh kemuliaan.

Konsep Kebangkitan Pada Zaman Reformasi      

Gerekan Reformasi bukan bertujuan untuk merombak sistim politik, kebudayaan atau masyarakat sekalipun berdampak kedalam seluruh aspek kehidupan manusia. Reformasi adalah satu gerekan yang hendak mengembalikan kekristenan pada otoritas Alkitab dengan iman kepercayaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip wahyu Allah.[16] ini merupakan sesuatu gerekan yang begitu murni dan memiliki tempat yang begitu penting dalam sejarah gereja. Martin Luther menyadari bahwa otoritas hanya terdapat Alkitab

Martin Luther (1483-1546)

Martir Luther adalah seorang yang berasal dari rakyat biasa dan bukan anak aristokrat. Bakhan dapat dikatakan berasal dari kelas pekerja. Meskipun demikian ia mewarisisi pola kehidupan keluarga yagn sangt berani, sungguh-sungguh dan sangat tuntuas. Salah satu pertanyaan yang serius bagi hidupnya adalah apa yang akan terjadi setelah kematian? Martin luther dipengaruhi oleh teolog dari William og Ockham (1280-1349), salah seorang teolog besar medieval (abad pertengahan).[17] Pertanyaan yang muncul dari Martin Luther tentang kehidupan setelah kematian adalah sebuah pengharapan akan apa yang akan terjadi setelah mengalami kematian fisik.

Luther berberkata demikian “ Maut telah dimakan habis oleh kematian Ktistus” hana oleh kebangkitanNya kital tahu bahwa juga dahulu di kayu salib, Yesus Kristus adalah Anak Allah. yang disalibkan di Golgota itu bukanlah hanya seorang manusia  yang kehidupannya gagal, melainkan Sang Kristus, Anak Allah![18]

Leluhur Luther adalah seorang yang keras. Luther dibesarkan dalam rumah dengan ciri istimewa : kesalehan beragama dan sangat miskin. Luther membawa ciri-ciri tersebut sampai keliang kubur, karena didalam seluruh kehidupannya ia mencari agama sejati.

Salah satu hal yang sangat bertentangan dengan Luther  adalah mengenai surat pengampunan dosa, sehingga pada akhirnya Luther menimbulkan reforman yang sangat besar dan berfokus untuk membahas mengenai kebenaran Allah dan kebenaran manusia yaitu hukum dan injil. Luther juga memperbaiki pemahaman mengenai Kristologi. Dia mengoreksi teologi abad pertengahan yang telah rusak dan praktik takhyul abad pertengahan kepada sebuah Kristologi yang didasarkan pada seluruh PB yaitu teologi inkarnasi Yohanes dan teologi penebusan Paulus. Menurut Luther :

Ajaran keselamatan hanya didalam Kristus berarti pembenaran oleh iman saja, hanya melalui anugerah Kristus.[19] Martin luther melakukan penerobosan baru untuk membuka mata setiap orang percaya supaya dapat memperoleh keselamatan yang kekal. Dia mulai memperbaiki kerusakan dalam gereja yang terjadi dengan kembali kepada Alkitab sebagai dasar yang benar, dosa hanya bisa dihapuskan melalui pengorbanan Yesus diatas kayu salib bukan dengan indeugensi yang dijual oleh kaum Romawi untuk kepentingan pembangun saat itu.

Chakkarai, Vengal menurutnya Yesus Kristus sungguh-sungguh seorang manusia tetapi unik. Keunikannya adalah terletak pada kehidupan doaNya dan ketidak berdosaanNya. Yesus Kristus sungguh-sungguh Allah. keilahian Yesus yaitu terletak pada kebangkitanNya dari antara orang mati dan berdiamnya Yesus Kristus yang bangkit dalam hati orang percaya.[20] Seorang tokoh Kristen yang percaya akan kebangkitan Yesus Kristus sebagai bukti keilahian Yesus.

 

John Wesley Birr kebangkitan Kristus adalah sungguh-sungguh kebangkitan tubuh, bukan hanya satu kebangkitan roh atau rohani. Kalau kebangkitan Tuhan Yesus hanya kebangkitan rohani saja, tentu mayatNya akan ketinggalan dalam kubur[21] dan gua kuburannya tidak akan terbuka dan batunya tidak akan terguling.

Kebangkitan Yesus Kristus bukan hanya sekedar imajinasi para murid saja, melainkan kebangkitan secara nyata yang merupakan mujizat yang sangat besar terjadi. tubuh yang Yesus Kristus pake adah tubuh yang mereka kenal sebelumnya. Ada banyak kebangkitan-kebangkitan yang terjadi didalam Alkitab yang sungguh-sungguh dan hal itu merupakan kebangkitan tubuh (Mat. 9:18-26; Luk. 7:11-18; Yoh. 11:1-14) yang merujuk kepada kebangkitan Yesus Ktistus secara tubuh.

Dalam I Korintus 15 bahwa orang percaya itu mutlak bergantung pada kebangkitan Yesus Kristus. Apabila Tuhan Yesus tidak bangkit dari antara orang-orang mati, maka sia-sialah kepercayaan orang percaya.

 



[1] F. D. Wellem, Hidupku Bagi Kristus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 78-79.

[2] Kenneth Curtis dan Stephen Lang, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 08. 

[3] F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 213-214. 

[4] F. D. Wellem, Hidupku Bagi Kristus, 78. 

[5] Bambang Noorsena,  Fenomena Dajjal (Surabaya : institute for Syriac Christian Studies, 2007), 10.

[6] Marsionisme adalah ajaran bidat pada abad ke-2 yang mengatakan bahwa Allah Perjanjian Lama lebih rendah karena penuh kemurkaan dan legalistis, dibandingkan dengan Allah Perjanjian Baru yang penuh dengan kasih dan anugerah. Ajaran Marcio tentang Yesus dengan menolak kemanusiaan Yesus (menganut ajaran Doketis = Yesus itu hanya seolah-olah manusia). Sehingga Polycarpus menyebut aliran sesat ini sebagai “anak sulung iblis”.

[7] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Wahyu Kepada Yohanes, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 114.

[8] Ira C.., Ph.D Semakin Dibabat Semakin Merambat (Jakarta, BPK Gunung Mulia: 1989), 18.

[9]End, Th. Van den, Harta Dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 20. 

[10] Gnostiksisme adalah sebagai suatu gerakan keagamaan yang memiliki banyak aliran. (Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum, Bandung: Biji Sesawi, 2013, 56). Kaum Gnostik tidak percaya bahwa orang percaya terpanggil untuk hidup kekal dalam kebangkitan tubuh bersama Yesus, yang menjadi kepala dari tubuh mistik dimana orang percaya menjadi anggotanya (Michael Marsch, Penyembuhan Melalui Sakramen, 75).

[11] Michael Marsch, Penyembuhan Melalui Sakramen, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), 75.

[13] Michael Marsch, Penyembuhan Melalui Sakramen, 76.

[14] H. Berkhof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991). 40.

[15] Drs. Wellem. F.D, M.Th, 149.

[16] Pdt. Dr. Tong Stephen Reformasi dan Teologi Reformed, 10-11.

[17] Pdt. Dr. Tong Stephen Reformasi dan Teologi Reformed (Jakarta, perpustakaan LRII :1994), 2.

[18] Dr. G.C van Niftrik dan Dr. B. J Boland Dogmatika Masakini (Jakarta, BPK Gunung Mulian: 1990), hl. 278

[19] Sinclair B. Ferguson dkk. Hl. 311

[20] Drs. Wellem. F.D, M.Th Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja (Jakarata, BPK. Gunung Mulia : 1987), Hl.76

[21] Brill J Wesley Dasar Yang Teguh (Bandung, Kalam Hidup :1996). Hl. 129

 

Posting Komentar untuk "Kebangkitan Menurut Bapa-Bapa Gereja - Historis "