Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gambaran Gereja Sebagai Domba

 

Gambaran Gereja Sebagai Domba

Gambaran Gereja Sebagai Domba

Untuk memahami gambaran gereja sebagai domba maka tidak bisa lepas dari seorang gembala, karena kedua hal ini sangat terikat.

Gembala

Didalam alkitab kita sering membaca tentang seorang gembala. Misalnya dalam 1 Samuel 16:11, diceritakan bahwa Daud, sebelum ia menjadi raja, ia bekerja sebagai gembala. Dalam mazmur 23 disana Allahpun disebut sebagai gembala yang memelihara domba-Nya, sehingga mereka tidak kekurangan suatu apapun. Begitu juga Yesus, menyamakan diriNya dengan seorang gembala yang baik dalam Yohanes 10:11. Memang di negeri Israel, pada zaman Alkitab ditulis dan saat yesus berada di bumi ini, pekerjaan sebagai seorang gembala adalah hal biasa yang sering terlihat. Di tempat yang kurang subur, dimana sedikit rumput yang dapat dimakan oleh domba-domba, seorang gembala harus membimbing kawanan dombanya ke tempat yang hijau yang banyak rumputnya.

Pada zaman Alkitab, tugas seorang gembala sungguh berat. Dari pagi sampai malam gembala berjalan bersama kawanan dombanya untuk mencari rumput dan sumur untuk mengambil air minum pada siang hari. tetapi bukan hanya itu saja, dalam 1 Samuel 17:35-36 dimana daud melukiskan tentang apa yang dilakukannya sebagai gembala, ia tidak takut singa atau beruang, tetapi berjuang sampai ia berhasil menyelamatkan domba atau kambing yang mau dirampas dan dibunuh itu.

Yesus juga menceritakan tentang suatu kemungkinan yang tidak jarang, bahwa serigala-serigala harus diusir (Yoh 10:12,13). Seorang gembala adalah seorang yang bekerja sampai lelah, ia harus waspada dan berani, bahkan bersedia mempertatuhkan nyawanya sendiri untuk dombanya (Yoh 10:11)[1]

Kiasan tentang gembala dalam Yohanes 10 didasarkan atas penggambaran umat Allah, Israel yang terkenal dalam PL (band. Yer 23:1; Yeh 34:11; Yes 40:11). Yesus sebagai gembala memberikan nyawaNya bagi kawanan domba itu (Yoh 10:17).[2]

Dalam ayat 3, Yohanes melukiskan, bagaimana sikap gembala yang baik itu terhadap domba-dombaNya: Ia mengenal domba-dombaNya dan domba-dombaNya mengenalNya, Ia menuntun mereka keluar dari kandangnya, dan mereka mengikutiNya, Ia membela mereka terhadap serangan serigala-serigala dengan jalan mempertaruhkan nyawaNya. hatiNya tergerak oleh belas kasihan terhadap orang banyak, karena mereka lelah dan terlantar seperti tidak mempunyai gembala (Mat 9:36). Ia juga gembala yang meninggalkan Sembilan puluh Sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari seekor yang sesat atau yang hilang.[3]

Dalam perkembangannya yang lazim istilah “gembala” dipakai untuk menyatakan seorang pengawas rohani yang akan memelihara anggota-anggota/jemaatnya sebagaimana seorang gembala memelihara domba-dombanya. Oleh sebab itulah sering ada pernyataan dalam alkitab tentang seorang gembala dengan arti demikian “orang-orang yang mempunyai kedudukan sebagai pemimpin, bahkan dalam pengertian yang bukan rohani, kadang-kadang disebut gembala. Bahkan di zaman modern ini istilah “gembala” telah dikekalkan dalam istilah “pendeta” yang artinya penggembala gereja setempat.

Domba.

Domba tidak merusak atau merugikan, tapi bersifat agak dungu yang justru cenderung merupakan kelemahannya, maka seperti banyak anak manusia, domba mudah hilang atau sesat (Yer 1:6; 1 Ptr 2:25). Domba adalah binatang

yang tidak dapat membela dirinya terhadap orang yang hendak mengguntingi bulunya (Yes 53:7) atau terhadap orang yang hendak membantainya, hal ini tepat sekali menggambarkan kefanaan manusia.

Seekor domba dapat saja menggembara sampai di muka gua seekor serigala, atau terperosok dalam deras arusnya sehingga akhirnya terhanyut dan tenggelam. Oleh sebab itu kita (gerejaNya) sama seperti domba yang tidak mengetahui cara menjaga diri kita sendiri, sehingga kita memerlukan Yehovah Roi, yaitu Gembala yang ilahi itu. Domba-domba sejati akan mengikuti gembalanya dengan mendengar suara gembalanya, domba-domba tanpa “gembala” menunjukkan orang-orang atau bangsa-bangsa yang telah melupakan Allah (Bil 27:17; Mat 9:36; Mrk 6:34) Ia tuntun juga  dan mereka akan mendengarkan suara-Nya dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.

Gereja digambarkan sebagai kawanan domba Allah (Yoh 10:22; Kis 20:28; 1 Ptr 5:2).

Disini kita diingatkan akan kasih dan pemeliharaanNya bagi gerejaNya, dalam memberi makan, memimpin, dan melindungi dari bahaya. Kita juga diingatkan terhadap ketergantungan kita akan Dia, dan ketidakberdayaan kita diluar pemeliharaan-Nya. Ibarat tubuh yang bergantung penuh kepada kepala, begitu juga seorang domba, domba sangat bergantung kepada gembala, karena gembalalah yang memimpin, memberi makan dan melindungi domba-domba dari bahaya.

Begitulah gereja, kehidupan gereja sangat bergantung kepada Gembala Agung, yaitu Yesus Kristus. antara gereja dan Gembala Agung tidak dapat dipisahkan, gereja sangat membutuhkan peran dari Gembala Agung, karena hanya Gembala Agung yang dapat memberikan kasih dan pemeliharaanNya bagi setiap gereja-gerejaNya.

GAMBARAN GEREJA SEBAGAI RANTING-RANTINGNYA

Pokok anggur dan ranting-rantingnya menggambarkan “kesatuan” atau hidup bersama, dimana ranting-ranting itu bergantung sepenuhnya kepada pokok anggur, untuk menghasilkan buah-buahnya. Zat atau kehidupan pokok itu menjadi kehidupan ranting-rantingnya apabila kehidupan pokok anggur itu tidak mengalir lagi ke dalam rantingnya, maka matilah ranting itu dan di potong oleh pengusaha itu. Kehidupan ranting harus mengalir dari kehidupan pokok. Ada dua macam ranting yang dibicarakan:

1.    “setiap ranting padaKu yang tidak berbuah, dipotong-Nya”

2.    “Setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-    Nya, supaya ia lebih banyak berbuah”

Yesus digambarkan sebagai pokok dan kita (gerejaNya) digambarkan sebagai ranting kita tidak akan berbuah jika kita tidak melekat kepada sang Pokok Anggur itu, yaitu Yesus. Persyaratan utama untuk berbuah ialah “tetaplah tinggal didalam Aku” (15:4) adalah suatu hubungan dimana orang-orang percaya memperoleh keuntungan penuh dari Kristus

Gereja digambarkan sebagai ranting. Dimana dalam hal ini, ranting (gereja) yang tidak pernah berbuah akan dipotong, tetapi gereja yang berbuah akan dibersihkan atau disucikan. Gereja akan bertumbuh, berkembang dan bahkan berbuah jika gereja melekat dan tinggal didalam Pokok, yaitu Yesus Kristus. Tanpa Pokok (Yesus Kristus) maka gereja tidak dapat berbuat apa-apa, karena sumber kehidupan gereja adalah Kristus.

GAMBARAN GEREJA SEBAGAI PENGANTIN KRISTUS

Gambaran lain akan gereja adalah pengantin Kristus (2 Kor 11:2; Ef 5:22). Dalam Ef.  5:22 membandingkan perkawinan dengan persatuan Kristus dan Gereja. Gambaran ini menunjukkan kepada pengalaman puncak tubuh-Nya dalam menerima pekerjaan Kristus sebagai Tuhan. Kristus sebagai mempelai laki-laki ini bersifat Eschatological (digenapkan di masa depan), jadi gereja adalah seorang mempelai perempuan yang belum dipersatukan dengan suaminya. Disini kita menekankan kasih Kristus kepada gereja-Nya, dan pemeliharaan sepenuhnya bagi pengantin-Nya. Kita melihat tanggung jawab pengantin untuk menjaga diri agar tetap murni dan tidak bercela bagi pengantin prianya, Tuhan Yesus Kristus. Gambaran tentang pengantin laki-laki dan pengantin perempuan ini adalah suatu kesimpulan yang patut bagi semua gambaran lainnya yang menguraikan hubungan Kristus dengan gereja-Nya dan terutama menekankan apa yang masih akan terjadi di masa depan

GEREJA sebagai PENGGANTIN

Ibarat suami dan isteri, dimana suami selalu memberikan kasihnya kepada isterinya, seperti ketika ia mengasihi dirinya sendiri. Gereja adalah mempelai pengantin perempuan, dimana gereja dikasihi oleh sang mempelai laki-laki, yaitu Kristus, seperti Ia mengasihi diriNya sendiri. Ibarat isteri adalah tubuh, dan sebagai tubuh ia bergantung kepala kepala yaitu Kristus sang mempelai laki-laki. Gereja membutuhkan pemimpin dan orang yang mengasihinya seperti mengasihi diriNya sendiri.



[1] Dr. M. Bons-Storm,  Apakah Penggembalaan itu?, (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 2-3.

[2] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009, 46.

[3] Ibid, 10.

Posting Komentar untuk "Gambaran Gereja Sebagai Domba"