Gereja Adalah Israel Rohani
Gereja Adalah
Israel Rohani
Latar Belakang Masalah
Ketika
gereja (ekklesia) berdiri pada hari pentakosta, adanya banyak pendangan yang
mendeskripsikan tentang gereja tersebut. Kehadiran gereja di muka bumi ini,
secara logika kita mengatakan suatu hal yang baru dikerjakan Allah. Memang kita sering mengira
bahwa Allah sedang mengerjakan sesuatu yang baru, karena bagi kita mungkin
merupakan sesuatu yang baru. Sesungguhnya apa yang sedang dikerjakan Allah pada
waktu ini harus kita lihat dari sudut pandang Allah, dilihat dari
rencana-Nyayang kekal abadi (Ef 3:9-11). Sebelum menjadikan dunia, sesungguhnya
Allah telah menetapkan rencana-Nya yang kekal itu. Dan meskipun rencana Allah
itu merupakan suatu misteri bagi manusia. Allah belum pernah lepas dari
kendali. Ia tetap menguasai keadaan, rencana-Nya berjalan terus. Oleh karena
itu, kita sebagian memahami bahwa Umat dalam Perjanjian Lama adalah bangsa
Israel dam umat dalam Perjanjian Baru adalah gereja.
A. Identitas Gereja dan Israel
1.
Identitas
Israel
a. Dalam Perjanjian Lama
Istilah
Israel yaitu orang yang bergumul melawan Allah, pertama-tama muncul dalam
Alkitab sebagai nama kehormatan yang dianugerahkan secara ilahi kepada Yakub,
setelah pergumulannya dengan Allah di Pniel (Kej 32:28). Namu itu berlanjut
sebagai pengganti nama Yakub sepanjang hidupnya dan setelah kematiannya
(misalnya, Kej 35:21; Kel 32:13). Sejak penyebutan kedua belas putra Yakub
sebagai “anak-anak Israel” (Kej 42:5), istilah Israel digunakan untuk
keturunannya secara umum (Kel 1:7) dan kemudian untuk bangsa yang dibentuk oleh
mereka (Kel 19:5). Kemudian istilah Israel terus dipakai bagi Yakub dan
keturunannya yang berkembang menjadi bangsa Israel.
Penggunaan
Israel yang tampak berlainan ialah yang dipakai oleh Yesaya kepada hamba Tuhan
(Yes 49:1-6). Meskipun nabi itu telah sering memakai konsepsi hamba untuk
bangsa Israel, dalam bagian ini hamba itu melayani Israel. Karena itu sulit
untuk memandang Israel sendiri sebagai hamba. Jadi, para penafsir secara tepat
memahami sebutan hamba Israel di sini menunjukkan pada Mesias sendiri yang
mewujudkan dalam diri-Nya “teladan bagaimana seharusnya jud hamba Tuhan”. Namun
pemakaian nama Israel untuk Mesias yang akan datang ini tidak dapat dijadikan
dasar pengajaran bahwa semua yang pada akhirnya berada di “dalam Kristus”
dengan demikian sama dengan Israel. Yesaya memakai gelar kehormatan ini kepada
Mesias karena Dialah hamba yang sesungguhnya yang akhirnya menyelesaikan tugas
Israel. Akan tetapi. Ini tidak menunjukkan perubahan makna Israel atau
penolakan bangsa itu sebagai hamab Tuhan.
Kesimpulan bahwa pengajaran dalam Perjanjian Lama
Israel berarti suatu masyarakat yang memiliki hubungan khusus dengan Allah.
Masyarakat ini dikhususkan dari bangsa-bangsa lain pertama berdasarkan hubungan
keagamaannya dengan Allah yang benar. Kedua, berdasarkan keturunan fisiknya.
Yang paling penting waktu mendefinisikan Israel menurut Perjanjian Lama ialah
pengakuan bahwa masyarakat Israel merupakan suatu bangsa. Allah telah
menjanjikan kepada Abraham bahwa keturunannya akan menjadi bangsa yang besar
(Kej 12:2; 17:5; 18:18).
b. Dalam Perjanjian Baru
Nama Israel
dihubungkan dengan umat perjanjian yang merupakan “bangsa” dalam Perjanjian
Lama. Istilah ini terdapat 68 kali dalam Perjanjian Baru, khususnya dalam
tulisan Matius, Lukas dan Paulus. Para penulis Perjanjian Baru tidak mendukung
adanya perubahan dalam makna Israel dari pemakaiaan Perjanjian Lama yaitu umat
Israel sebagai bangsa. Begitu juga pemakaian istilah yang sama untuk Israel dan
gereja tidak mendukung adanya kesinambungan umat Allah yang memandang gereja
sebagai “Israel beru”.[1]
Beberapa Pandangan Tentang Hubungan Gereja Dengan Israel
A. Replacement
Theology (Theology Pengganti)
Pilihan
teologis yang pertama mengenai hubungan antara Gereja non Yahudi dan Israel
adalah untuk mengklaim bahwa "Gereja" dan "Israel"
sebenarnya merujuk pada kelompok orang yang sama. Lebih khususnya, karena
Israel menolak Yesus sebagai Mesias, maka ekklesia Yesus
sekarang menerima semua perjanjian berkat dan janji-janji Allah. Ini adalah
"Mindset" kebanyakan teolog Kristen pada hari ini.
Replacement
Theology mengklaim bahwa Gereja adalah "baru dan lebih daripada"
Israel, lebih baik daripada suku "versi" yang lebih tua yang
dinyatakan di dalam Perjanjian Lama. Pada zaman dahulu "Gereja" (ekklesia,
dari kata ek + kaleo) memang ditujukan kepada bangsa Israel, tetapi setelah
kasih Yesus itu ditolak oleh orang Yahudi, maka Allah memindahkan seluruh
perjanjian-perjanjian dan janji-janji-Nya dari Israel untuk Gereja Kristen.
Bahwa "Perjanjian Baru" yang diberikan kepada Israel (Yeremia 31 : 31 - 37) telah
digenapi melalui Gereja Kristen. Pandangan ini disebut "Replacement
Theology" karena Gereja Kristen sekarang telah menggantikan bangsa Israel
sebagai ekklesia sejati Allah. "Sebab tidak semua orang
yang berasal dari Israel adalah orang Israel" (Roma 9 : 6). Karena
ketidaktaatan Israel (yaitu, penolakan terhadap "perjanjian baru" dan
Yesus), Israel tidak lagi menjadi "bangsa terpilih" dengan status
khusus atau masa depan.
Seperti Martin
Luther mengatakan, karena orang-orang Yahudi menolak Kristus, satu-satunya yang
tersisa untuk mereka adalah kutukan yang ditemukan dalam Alkitab, tapi tidak
ada berkat. Oleh karena itu semua janji tentang Israel yang dikumpulkan lagi (Yehezkiel 28 : 25), dipulihkan,
dan dibebaskan dari musuh-musuhnya di Kerajaan yang mendatang akan dipindahkan
ke Gereja. Dan karena Yesus sekarang memerintah dari takhta Daud, misi Gereja
adalah untuk mengantarkan Kerajaan Allah di bumi dengan cara penyebaran Injil
di seluruh dunia. Pada akhir zaman, Yesus akan kembali untuk memisahkan
"domba dari kambing" (Matius 25 : 32 - 33) dan kerajaan
kekal Allah akan bertahan selamanya.
Harap dicatat
bahwa salah satu konsekuensi dari pandangan ini adalah bahwa Gereja pada
dasarnya bukan baru, karena sudah ada sebelum zaman Yesus sebagai kumpulan dari
orang-orang kudus yang percaya kepada Allah Israel untuk keselamatan mereka
(yaitu, sisa yang setia). Sejak itulah Gereja sebenarnya adalah semacam
"reformasi" atau "pembaruan" dari Israel, atau mungkin akan
lebih cocok untuk menganggap pandangan ini sebagai "Pembaharuan
Teologi," karena mengacu bahwa Gereja adalah bentuk pembaruan dari Israel
yang setia. Intinya adalah membawa kita pada kesimpulan bahwa Israel harus
"kembali dicangkokkan" ke dalam pohon zaitun dari Gereja, bukan
pemahaman yang sebaliknya bahwa Gereja non-Yahudi yang terdiri dari "tunas
zaitun liar" dicangkokkan ke perjanjian yang diberikan kepada Israel (Roma 11 : 17 - 23; Efesus 2 : 12).
B.
Separation Theology (Theology Pemisah)
Pilihan
teologis yang kedua mengenai hubungan antara Gereja dan Israel adalah untuk
mengklaim bahwa Gereja dan Israel merujuk kepada kelompok orang yang berbeda.
Gereja dipahami sebagai suatu ciptaan baru yang dimulai dengan munculnya
Roh Kudus selama Pentakosta, dan akan
terus "berlanjut" sampai ke surga pada saat Pengangkatan. Gereja
tidak berada di bawah kewajiban perjanjian yang diberikan kepada bangsa Israel
di Sinai (yaitu, perjanjian Musa), yang mana perjanjian ini hanya diberikan
kepada bangsa israel. Janji-janji yang dibuat untuk bangsa Israel merupakan
kewajiban Israel, bukan kepada Gereja. Kata "Israel" selalu berarti
Israel dalam Kitab Suci, sedangkan kata "Gereja" selalu mengacu
kepada Gereja. Tidak ada satu kejadian di seluruh Alkitab di mana Israel merujuk
pada apa pun selain orang-orang Yahudi.
Kritik
Separation Theology adalah bahwa perbedaan tajam antara bangsa Israel dan
Gereja mengimplikasikan bahwa ada tiga kelompok abadi orang yang berbeda di
bumi yaitu: orang-orang Yahudi, orang-orang kafir, dan Gereja (yang terdiri
dari orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain dan dibentuk menjadi "satu
manusia baru"). Oleh karena itu, Yahudi hanya dianggap sebagai properti /
status yang diawetkan selamanya. Kritik lainnya adalah bahwa karena mengabaikan
konsep sisa Israel yang setia, ia cenderung mendorong Gereja untuk mengabaikan
akar Yahudi, sejak Perjanjian, berkat, dan janji yang dibuat kepada bangsa
Israel tidak dapat diterapkan secara langsung kepada Gereja. Dalam prakteknya
ini dapat memiliki efek tanpa disadari meminimalkan relevansi Perjanjian Lama
Kitab Suci. Selain itu Separation Theology juga berargumen bahwa umat Tuhan
baik Gereja maupun Israel memiliki program keselamatan yang terpisah atau
argumen ini kadang diilustrasikan oleh karikatur bahwa Gereja suatu hari akan
mewarisi rumah-rumah di surga, sementara Israel akan mewarisi bumi. Ini tidak
adil untuk beberapa alasan, tapi Theology ini masih percaya bahwa bangsa Israel
akan suatu hari datang kepada iman yang menyelamatkan di dalam Mesias ketika ia
berseru "Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!" (Matius 23 : 37 - 39,Lukas 13 : 35). Lalu nubuat
dari perjanjian baru bangsa Israel akan digenapi (Yeremia 31 : 31 - 37) dan
"Seluruh Israel akan diselamatkan" (Roma 11 : 25 - 26).
C.
Remnant Theology (Theology Sisa)
Pilihan
teologis yang ketiga mengenai hubungan antara Gereja dan Israel adalah untuk
mengklaim bahwa Gereja dan Israel "tumpang tindih" dalam beberapa
cara. Dalam Replacement Theology (Teologi Pengganti), Gereja dikatakan
menggantikan Israel dan Israel ditinggalkan tanpa penebusan tanpa masa depan.
Dalam Separation Theology (Teologi Pemisah), ada perbedaan antara Israel dan
Gereja, tetapi ada beberapa pertanyaan tentang bagaimana dua kelompok ini akan
berinteraksi. maka dari itu Remnant Theology (Teologi Sisa) berupaya untuk
menengahi posisi tersebut dengan memahami Gereja untuk menjadi bagian dari
bangsa Israel yang setia dan menerima Yesus Kristus sebagai Mesias yang
dijanjikan. Iman dari bangsa Israel yang masih setia ini disebut Remnant (Sisa)
atau "Israel milik Allah" (Galatia 6 : 16)
Alkitab membuat
perbedaan antara etnis Yahudi (yaitu, seorang yang lahir Yahudi) dan yang satu
dianggap sebagai anggota She'arit Yisrael, sisa Israel yang setia. Sekelompok
kecil umat bisa menaggapi tawran keselamatan dari Tuhan secara positif, mereka
disebut “sisa” (leima) menurut pilihan anugerah (Rm. 11:5)[2]
Seperti dapat dilihat dari diagram ini, seseorang dapat menjadi :
1.
Diluar hubungan dengan Israel (yaitu, seorang kafir)
- Dalam etnis
Israel berdasarkan kelahiran (keturunan Yahudi asli) atau
- dalam
kedua etnis israel (yaitu, keturunan Yahudi asli) dan bagian dari sisa
yang setia (sebagai seorang Yahudi yang percaya kepada Allah Israel).
(Logikanya, akan ada pilihan keempat di sini yang akan
dibahas di bawah). Perbedaan ini penting karena ada banyak orang yang terlalu
menyederhanakan masalah dan membingungkan etnis Israel dengan "sisa Israel
yang dipilih oleh kasih karunia Allah" (Roma 11 : 5). Para Sisa
Israel adalah seorang yang dipilih dari etnis Israel yang telah setia dan
dipelihara oleh TUHAN selama berabad-abad. Keberadaannya dibuktikan dalam Kitab
Suci Perjanjian Lama seperti yang terlihat dalam kasus-kasus berikut :
- Ishak
dipilih atas Ismail (Kejadian 17 : 19)
- Yakub
dipilih atas Esau (Kejadian 28 : 13 - 15)
- Yusuf
dipilih atas saudara-saudaranya yang lain (Kejadian 45 : 7)
- Israel
dipilih sebagai bangsa pilihan di Sinai dan sisa ini dipelihara setelah
berdosa dengan anak lembu emas (Keluaran pasal 32)
- Kaleb dan
Yosua dipilih di antara semua orang dari generasi yang di padang gurun
untuk memasuki Tanah Perjanjian (Bilangan 14 : 38)
- Elia diberi
tahu bahwa Allah menyediakan / mengawetkan 7.000 sisa yang masih setia
selama kemurtadan nasional (1 Raja-raja 19 : 18)
- Yehezkiel
diberitahu bahwa sisa akan dilestarikan dari kerajaan utara setelah
penawanan mereka (Yehezkiel 37 : 19)
- Orang
buangan yang kembali dari Babel adalah orang yang dipilih (Zakharia pasal 8)
Hal ini dibuktikan lebih lanjut dalam Perjanjian Baru :
- Allah
memilih sisa Israel untuk menerima Mesias (Roma 11 : 5)
- Setelah
Bait Allah dihancurkan oleh Romawi, Tuhan masih melestarikan / memelihara
sisa Israel yang terus sampai hari ini.
- Paulus
berbicara tentang sisa Israel yang dipilih oleh anugerah Allah (Roma 2 : 28 - 29; 9 : 27; 11 : 5) dan
seorang "Manusia Baru" yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan
bangsa-bangsa lain yang dicangkokkan (Efesus 2 : 15).
Sangat penting untuk menyadari bahwa Remnant Theology memahami bahwa Gereja
"dicangkokkan ke dalam" atau "ditempatkan" pada sisa-sisa
Israel, dan bukan sebaliknya. Perbedaan inilah yang penting, sebab gereja
hanyalah cabang-cabang yang dicangkokkan ke dalam pohon zaitun sementara akar
(sisa-sisa Israel) adalah yang menopang Gereja (Roma 11 : 18). Sementara
itu hanya beberapa saja etnis Yahudi yang termasuk bagian dari sisa yang setia,
semua bangsa-bangsa lain yang diselamatkan secara rohani bisa juga disebut
Yahudi / Israel (Roma 2 : 29;Roma 4 : 16; Efesus 2 : 12 - 19), karena
memiliki hak untuk mengambil bagian dalam perjanjian berkat-berkat yang
diberikan untuk sisa Israel. Tetapi sangat penting untuk memahami bahwa Gereja
adalah dicangkokkan / dimasukkan ke dalam sisa Israel yang dipilih, dan bukan
sebaliknya! Dengan kata lain, seorang Yahudi tidak perlu memungkiri
Keyahudiannya untuk menjadi anggota Gereja.
Dengan perbedaan ini, kita dapat menyelesaikan diagram yang mengungkapkan
kemungkinan logis antara etnis Israel dan Chosen Remnant (Sisa yang terpilih) :
Seseorang bisa
- di luar
hubungan dengan Israel (yaitu, seorang kafir)
- dalam etnis Israel berdasarkan kelahiran
(keturunan Yahudi asli)
- dalam
kedua etnis israel (yaitu, keturunan Yahudi asli) dan bagian dari sisa
yang setia (sebagai seorang Yahudi yang percaya kepada Allah Israel) atau
- seorang
kafir yang mengambil bagian dari berkat-berkat yang diberikan kepada sisa
Israel yang setia.
Pandangan
Gereja sebagai Israel Rohani
1. Kita adalah
Yahudi Rohani (Roma 2:28-29)
Sebab yang
disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah yahudi, dan yang disebut sunat,
bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. Tetapi orang Yahudi sejati
ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati,
secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari
manusia, melainkan dari Allah
2. Orang Kristen
adalah tunas liar yang dicangkokkan kepada Israel (Roma 11 : 1 -10)
“Karena itu
apabila beberaopa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah
dicangkokkan di antaranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun
yang penuh getah” (Roma 11:17).
“Sebab jika
kamu telah dipotong sebagai cabang dari pohon zaitun liar, dan bertentangan
dengan keadaan itu kamu telah dicangkokkan pada pohon zaitun sejati, terlebih
lagi mereka ini, yang menurut asal mereka akan dicangkokkan pada pohon zaitun
mereka sendiri.” (Roma 11:24)
3. Kita termasuk
kewargaan Israel mellaui Yesus (Ef 2:11 -22)
“Karena itu ingatlah,
bahwa daulu kamu – sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang
disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakn dirinya “sunat”,
yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, - bahwa waktu itu
kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian
dalam ketetuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di
dalam dunia. Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus, kamu yang dahulu “jauh”,
sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus.” (Efesus 2:11 – 13)
4. Kita adalah
kaum Israel dan kaum Yehuda yang baru (Ibrani 8: 1-17 )
Sebab Ia
menegor mereka ketika Ia berkata : Sesungguhnya, akan datang waktunya, “
demikianlah Firman Tuhan, “Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum
Israel dan dengan kaum Yehuda,” (Ibr. 8:8)
Maka inilah
perjanjian yang kuadakan dengan kaum israel sesudah waktu itu, demikianlah
firman Tuhan. “Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan
menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka
akan menjadi umat-Ku (Ibr. 8:10)
5. Kita keturunana
Abraham di dalam Kristus
Dan jikalau
kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak
menerima janji Allah.” (Gal. 3:29).
“Karena itulah
kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu
berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari
hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab
Abraham adalah bappa kita semua,” (Roma 4:16)
Apologetik
Kasus untuk Replacement Theology sering dibuat
sepanjang baris-baris berikut: "Israel" mengacu kepada semua orang
yang mentaati Perjanjian Baru dari Yesus, yang dengan demikian disebut
"anak-anak Abraham yang sejati" dan ahli waris menurut janji (Galatia 3 : 29) . Dalam
istilah rohani, Gereja sekarang "Israel milik Allah" (Galatia 6 : 16) yang terdiri
dari orang-orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain dengan cara dilahirkan kembali
oleh iman mereka kepada Yesus (Matius 3 : 9, Lukas 3 : 8 , Galatia 3 : 6, 9). Bangsa
Israel sebenarnya hanyalah "benih" dari Gereja masa depan, yang pada
akhirnya akan mengembalikan seluruh bumi di bawah kerajaan Allah yang akan
datang (Maleakhi 1 : 11, Roma 4 : 13). Gereja
sekarang adalah wakil Allah di bumi (Galatia 3 : 29). Yesus
sendiri mengajarkan bahwa orang-orang Yahudi akan kehilangan hak istimewa
rohani mereka dan digantikan oleh "orang lain" (Matius 21 : 43). Kehadiran
gereja pada hari pentakosta, menandakan bahwa urusan Allah dengan bangsa Israel
"selesai", dan hari ini, seorang "Yahudi sejati" adalah
seseorang yang dilahirkan dari Roh, apakah dia secara fisik lahir dari bangsa
Yahudi atau tidak (Roma 2 : 28 - 29). Semua janji
yang dibuat kepada Israel dalam Perjanjian Lama sekarang telah menjadi milik
Gereja Yesus, yang sekarang (secara simbolis) memerintah di atas tahta Daud (2 Korintus 1 : 20).
Atau dalam bentuk yang lebih terus terang, Replacement
Theology bersifat agresif dan bahkan dominionist dalam pandangan, karena
menuduh bahwa gereja telah menggantikan Israel dalam arti rohani (teologis ini
disebut "Supersessionism" yaitu,
ide bahwa Israel telah "digantikan" oleh Gereja). Semenjak
orang-orang Yahudi tidak lagi umat pilihan Allah dan Allah tidak memiliki
rencana masa depan yang unik bagi bangsa Israel. Gereja, bukan Israel, Gereja
sekarang menjadi "biji mata Allah" (Ulangan 32 : 10; Zakharia 2 : 8). Dengan kata
lain, istilah "Israel" menunjukkan hanya mereka yang Kristen, dan
sebaliknya hanya orang Kristen adalah pewaris perjanjian-perjanjian dan
berkat-berkat yang diberikan kepada Abraham dan keturunannya. Singkatnya,
Gereja adalah Israel dan Israel (dipahami secara rohani) adalah Gereja. Jika
Israel tergantikan tentu saja Islam juga mengklaim bahwa mereka telah
"menggantikan" Israel sebagai umat pilihan Allah di bumi.
Mungkin perlu dicatat di sini bahwa beberapa varietas
teologi Yahudi juga membalas "Replacement Theology" Kristen dengan
mempertahankan bahwa suatu hari Israel akan menang atas Gereja (dipahami secara
kolektif sebagai "bangsa-bangsa lain," "Kristen," atau
lebih umum sebagai keturunan berhala Esau). Menurut eskatologi Yahudi tersebut,
dalam hari-hari Mashiach TUHAN akan menetapkan Yerusalem sebagai titik sentral
di dunia, dan semua orang-orang Yahudi yang tersebar secara permanen akan
dikembalikan ke Tanah leluhur mereka sesuai dengan yang Tuhan janjikan. Semua
literal tentang janji-janji yang diberikan kepada Abraham, Ishak, Yakub, dan
dikonfirmasi oleh nabi Yahudi akan benar-benar terpenuhi. Semua musuh kuno
orang Yahudi (termasuk keturunan Esau) akan dikalahkan, dan Israel akan
memasuki Zaman Keemasan damai di atas bumi (ini sering dirangkum oleh
kelompok-kelompok ortodoks tertentu seperti Chabad dengan sebutan,
"Moshiach !"). Selain itu "Replacement Theology" juga rawan
menimbulkan sikap antisemitisme
Pohon Zaitun dan Sisa Yang Dipilih Oleh Anugerah
Pernyataan Paulus bahwa "tidak semua orang yang berasal dari Israel
adalah orang Israel" (Roma 9 : 6) berarti bahwa
seseorang bisa menjadi etnis keturunan Israel, tetapi bukan menjadi bagian dari
sisa Israel yang telah dipilih oleh Tuhan untuk Selamat di dalam Mesias.
Dalam Roma 9 : 1 - 31, Paulus
mengungkapkan keinginan hatinya untuk melihat seluruh Israel datang memahami
kebenaran keselamatan seperti yang diberikan melalui Yesus, walaupun dia secara
khusus menyebutkan bahwa sisa yang setia selalu ada.
Kemudian Paulus secara eksplisit menanyakan pertanyaan apakah urusan Tuhan
telah "selesai" dengan etnis Israel, kemudian dia sendiri menjawab:
"Maka aku bertanya: Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya?
Sekali-kali tidak! Karena aku sendiripun orang Israel, dari keturunan Abraham,
dari suku Benyamin. Allah tidak menolak umat-Nya yang dipilih-Nya. Ataukah kamu
tidak tahu, apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia mengadukan
Israel kepada Allah: "Tuhan, nabi-nabi-Mu telah mereka bunuh,
mezbah-mezbah-Mu telah mereka runtuhkan; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup
dan mereka ingin mencabut nyawaku." Tetapi bagaimanakah firman Allah
kepadanya? "Aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagi-Ku, yang tidak
pernah sujud menyembah Baal." Demikian juga pada waktu ini ada tinggal
suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia". (Roma 11 : 1 - 5)
Paulus memberikan analogi dari Pohon Zaitun untuk menggambarkan bagaimana
Gereja dicangkokkan ke sisa-sisa Israel. Cabang alami yang terputus mewakili
bangsa Israel yang tidak percaya, sementara "tunas zaitun liar"
dicangkokkan di antara yang lain mewakili bangsa-bangsa lain yang
datang kepada iman di dalam sang Mesias. Tapi perhatikan kata, "di antara
yang lain" Cabang-cabang yang tersisa ini merupakan sisa Israel, yang
tidak pernah dipisahkan dari akar yang mendukung (yang mewakili perjanjian
janji-janji yang diberikan kepada para bapa bangsa Israel - Abraham, Ishak,
Yakub - seperti yang diberikan oleh TUHAN). [3]Metafora
ini dengan jelas menunjukkan bahwa tunas zaitun liar (bangsa-bangsa lain yang
percaya) ditempatkan di dalam cabang-cabang yang tersisa di pohon (Yahudi yang
percaya). yakni Pohon Zaitun, dengan kata lain, gambaran perjanjian program
penyelamatan Allah berdasarkan atas kesetiaan-Nya kepada Israel.
Paulus juga menyatakan bahwa pemulihan cabang yang patah masih berada dalam
kekuasaan dan tujuan utama Allah (Roma 11 : 23 - 24), sementara
itu bangsa Israel "masih mengeras" sampai semua "tunas zaitun
liar" telah dicangkokkan ke Pohon Zaitun (Roma 11 : 25), dan kemudian
"seluruh Israel akan diselamatkan" (Roma 11 : 26).Ternyata
benar bahwa bangsa Israel telah menolak Mesias yang dijanjikan kepada mereka
(suatu "pengerasan parsial Israel" - Roma 11 : 25), Paulus
menghibur dirinya dengan mencerminkan bahwa tidak semua keturunan Abraham yang
secara fisik akan mewarisi perjanjian dari berkat-berkat yang TUHAN berikan.
Abraham mempunyai dua anak laki-laki, yang dipilih adalah Ishak (bukan Ismail);
dan Ishak juga mempunyai dua anak laki-laki, yaitu yang dipilih adalah Yakub
(bukan Esau). Dengan kata lain, walaupun Ismail dan Esau adalah keturunan fisik
Abraham, mereka tidak terpilih untuk menjadi pewaris dari berkat Allah. (Roma 9 : 6 - 8).
Memang, mengenai kasus Yakub dan Esau, Paulus melanjutkan dengan mengatakan
bahwa "meskipun mereka belum dilahirkan dan belum melakukan apa pun yang
baik atau buruk - supaya rencana Allah diteguhkan mengenai pemilihan, bukan
karena perbuatan, tetapi karena panggilan-Nya (Roma 9 : 11), dikatakan
kepada Ribka, "yang lebih tua akan menjadi hamba yang lebih muda."
Paulus kemudian mengutip dari Maleakhi 1 : 2 - 3, "Aku
mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau." Paulus kemudian bertanya apakah
Allah tidak adil. Paulus menjawab hal ini dengan tegas mengatakan bahwa TUHAN,
Allah Israel berdaulat dan dapat memilih untuk menunjukkan rahmat dan karunia
kepada siapa yang dikehendaki dan Dia kehendaki. Dengan kata lain, Allah
memiliki hak untuk menentukan lebih dulu hasil sesuai dengan tujuan baik-Nya,
dan umat manusia hanya menerima aturan-Nya di alam semesta.
Menjadi keturunan Abraham secara fisik tidaklah cukup untuk menjadi bagian
dari keluarga Allah, karena hanya anak-anak dari janji yang dihitung sebagai
pilihan Tuhan. Dan bahkan termasuk bangsa-bangsa lain, sebagaimana nabi Hosea
ungkapkan: "mereka yang bukan umat-Ku akan Kusebut umat-Ku" (Roma 9 : 25 - 27 & Hosea 1 : 10). Dan nabi
Yesaya juga berseru tentang Israel: "Sekalipun jumlah anak Israel akan
seperti pasir di laut, namun hanya sisa-sisa dari mereka akan
diselamatkan" Paulus mengakhiri garis pemikiran ini dengan mengatakan
bahwa mereka yang percaya dalam janji keselamatan Allah melalui Mesias telah
mencapai kebenaran karena iman, tetapi orang-orang yang mengejar kebenaran
mereka sendiri berdasarkan hukum tidak akan pernah berhasil mencapai tujuan itu
(Roma 9 : 30 - 31), karena Yesus
sendiri adalah "akhir dari hukum untuk kebenaran" untuk semua orang
yang percaya.
Kejelasan Tentang Gereja
A. Gereja memiliki karakter yang tersendiri
Karakter
tersendiri yang dimiliki gereja berakar dari keunikan relasinya dengan Kristus.
Gereja sebagai tubuh Kristus yang hidup di mana Ia adalah Kepala. Oleh Tuhan,
“Dia telah diberikn-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat
yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala
sesuatu” (Ef. 1:22-23). “Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat” (Kolose 1:18). “Kamu
adalah tubuh Kristus dan akmu masing-masing adalah anggotanya” (1 Kor. 12:27).
Kekhasan
karakter gereja sebagai tubuh Kristus adalah rangkap dua. Karakternya berbeda
disebabkan oleh orang-orang yang termasuk dalam tubuh tersebut (misalnya, orang
Yahudi dan bangsa-bangsa lain sebagai semua pewarisnya), selain oleh adanya
relasi-relasi baru berupa di dalam Kristus dan kehadiran Kristus dalam diri
para anggota tubuh tersebut. Kedua sifat gereja yang berbeda ini unik dan tidak
dikenal atau dialami oleh umat Tuhan semasa Perjanjian Lama atau bahkan semasa
hidup Tuhan kita di dunia. Berbicara soal relasi-relasi baru yang di mulai
dengan Hari Pentakosta, Tuhan kita mengatakan tepat sebelum saat
penyaliban-Nya, “Pada waktu itulah (setelah Pentakosta) kamu akan tahu, bahwa
Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu” (Yoh. 14:20).
Tindakan
memasukkna bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa lain ke dalam tubuh yang sama adalah
misteri, yang isinya menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan
peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus” (Ef.3:6). Juga
merupakan misteri bahwa “pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan
kepada anak-anak manusia, tetapi sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada
rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus” (ay. 5).
Para
amillenialis mencoba melemahkan pentingnya pernyataan tersebut dengan
bersikeras bahwa kata tetapi dalam ayat 5 menunjukkan misteri ini pernah
dinyatakan sebagian semasa Perjanjian Lama dan karena itu tidak lagi khusus
semasa gereja. [4]
Meski kata tetapi tersebut dapat
ditafsirkan demikian, tetapi tidak berarti bahwa tubuh beranggotakan bangsa
Yahudi serta bangsa-bangsa lain tersebut eksisi semasa Perjanjian Lama. Dalam
surat rasuulnya yang sama kepada jemaat di Efesus, Paulus menulis bahwa hanya
dalam Kristus tembok pemisah di antara kaum Yahudi dan kaum bukan Yahudi
dihancurkan sehingga Ia dapat “memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh,
dengan Allah oleh salib, dengan menyelenyapkan perseteruan pada salib itu” (Ef.
2:6). Hal itu tidak dilakukan sebelum salib; Sebab itu, jelaslah manusia baru,
satu tubuh, tidak ada semasa Perjanjain lama.
Meski
seandainya telah dinyatakan sebagian, sebagaimana dinyatakan oleh sebagian
orang, tetapi tidak dihadirkan. Tubuh Kristus belum terbentuk sebelum Kristus
wafat, dan masa penyingkapan kebenaran tersebut tidak emmpengaruhi
pelembagaannya. Perjanjian Lama, memang menubuatkan tentang berkat-berkat bagi
bangsa-bangs alain pada zaman kerajaan seribu tahun (Yesaya 2:1-4; 61:5-6),
namun berkat-berkat khusus tersebut tidak mencakup persamaan dalam tubuh
Kristus. Berkat besar memnag dijanjikan kepada bangsa-bangsa lain dalam
nubuat-nubuat Perjanjian Lama namun tidak berdasarkan persamaan kedudukan
denagn kaum Yahudi. Persamaan ini merupakan titik penting dari misteri yang
dinyatakan kepada para rasul dan para nabi semasa Perjanjian Lama.
Aspek
lain dari kekhasan sifat gereja sebagai Tubuh Kristus adalah kehadiran Kristus
di tenagh para anggota tubuh ini. Itulah misteri yang dinyatakan dalam Kolose
1:27: “Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia
itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu : Kristus ada di tenagh-tengah kamu,
Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan.” Misteri ini dinyatakan secara
jelas merupakan “rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke
turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya” (ay.
26). Konteks di sekelilingnya berbicara tentang Tubuh Kristus sebanyak tiga
kali (ay. 18, 22, 24), meyakinkan bahwa Kristus yang hidup diam diantara para
anggota tubuh tersebut. Itulah yang menjadikan tubuh tersebut organuisme hidup,
dan relasi ini tidak dikenal semasa Perjanjian Lama.
Gereja
sebagai organisme hidup, terdiri dari bangsa Yahudi serta bangsa-bangsa lain
dan semuanya mempunyai kedudukan yang sama, merupakan misteri yang hanya
dinyatakan dalam masa-masa Perjanjian Baru dan hanya ada setelah salib Kristus.
Itulah sifat gereja yang khas – sifat yang tidak dimiliki kumpulan para orang
kudus Perjanjian Lama.
Dispensasionalisme
progresif mengajarkan sifat misteri gereja tersebut bukan berarti gereja tidak
dinyatakan semasa Perjanjian Lama melainkan hanya saja tidak disadari.
Pandangan tersebut juga membuat pembaptisan Roh lebih merupakan metafora
berkaitan dengan masa-masa Mesias secara umum, termasuk bangsa Israel sewaktu
berpaling kepada Kristus di masa mendatang.
B. Gereja memiliki masa tersendiri
Cukup
jelas dari yang sudah dikatakan bahwa pemahaman dispenasional tentang gereja
membatasi pembangunannya hingga masa sekarang. Gereja tidak dikenal semasa
Perjanjian Lama. Gereja merupakan entitas tersendiri di masa sekarang. Bukti-bukti
kekhasan sifat gereja hingga masa ini ada tiga :
1. Ada
bukti dari misteri sifat gereja tersebut. Ini merupakan akibat wajar dan alami dari sesuatu yang
telah dibahas di bagian terdahulu. Apabila sifat khas gereja sebagai organisme
hidup yang didiami Kristus yag di dalamnya terdapat bangsa Yahudi dan
bangsa-bangsa lain berkedudukan sama itu digambarkan sebagai misteri yang tidak
dikenal semasa Perjanjain Lama, maka tentunya gereja belum terbentuk semasa
Perjanjain Lama. Sungguh, Paulus mengatakan dengan sanhgat jelas bahwa gereja
merupakan “satu manusia baru” (Ef. 2:15) yang dimungkinkan ada hanya sesudah
wafatnya Kristus.
2. Gereja
itu khas bagi zaman ini karena sesuatu yang harus dikatakan Paulus tentang awal
dan akhir gereja. Mengenai
awalnya, Paulus menekankan pentingnya kaitan gereja dengan kebangkitan serta
kenaikan Kristus. Gereja didirikan diatas ekbangkitan-Nya, sebab Tuha dijadikan
Kepalagereja setelah Allah “Mmembangkitkan Dia dari anatara orang mati dan
mendudukkan Dia disebelah kanan-Nya di sorga” (Efesus 1:20); bandingkan dengan
ayat 22-23). Selain itu peranan
dan operasional gereja bergantung pada karunia-karunia yang diberikan kepada
tubuh tersebut dan pemberian semua karunia anugerah tersebut, pada gilirannya,
bergantung pada kenaikan Kristus ke Surga (4:7-12). Dalam pemikiran Paulus
gereja diabngun atas kebangkitan dan kenaikan Kristus, berarti khas untuk zaman
sekarang ini. Tentang penyempurnaan gereja, ketika para orang kudus akan diubah
wujud dan dibangkitkan, Paulus menggunakan frase “mati dalam Kristus” (1
TESALONIKA 4:16). Frase ini jelas membedakan mereka yang telah mati “dalam
Kristus” di masa ini dari kaum beriman yang mati sebelum kedatangan Kristus
pertama, jadi memebedakan gereja masa sekarang ini dari misteri tersembunyi dan
tidak terungkap semasa Perjanjain Lama.
3. Karya
pembaptisan oleh Roh Kudus membuktikan bahwa gereja belum dimulai sebelum
Pentakosta. Tuhan
berbicara soal karya Roh sesaat sebelum kenaikan-Nya (Kis. 1:5) yang akan
terjadi dan tidak seperti segala yang mereka alami sebelumnya. Kendati tidak
tercatat secara jelas dalam Kisah Para Rasul 2 bahwa pembaptisan Roh terjadi
pada Hari Pentakosta, dikatakan dalam 11:15-16 bahwa pembaptisan tersebut
memang terjadi pada hari itu sebagai penggenapan atas janjia Allah sebagaimana
tercatat dalam 1:5. Selanjtnya, Paulus menjelaskan bahwa manfaat doktrinal
pembaptisan tersebut sebagaia penempatan orang banyak ke dalam Tubuh Kristus (1
Kor. 12:13). Dengan kata lain, pada hari Pentakosta orang-orang ditempatkan
pertama kali ke dalam Tubuh Kristus. Mengingat gereja adalah Tubuh Kristus
(Kol. 1:18), tentunya gereja belum dimulai sebelum hari Pentakosta, dan memnag
dimuali pada hari tersebut.
Kekhasan
gereja terhadap masa sekarang seperti ditekankan dalam dispensaionalisme tidak
berarti (1) Para dispensasionalis beranggapan bahwa tak seorangpun pantas
berubungan dengan Tuhan semasa Perjanjain Lama, atau (2) Kristus bukanlah
Pendiri Gereja. Bagaimanapun juga, dispenasionalisme bersikeras bahwa umat
Tuhan yang telah dibaptis ke dalam Tubuh Kristus dan yang karenannya membuat
gereja berbeda dari para orag kudus masa masa lain atau bahkan para orang pada
masa mendatang. Para dispensasionalis mengetahui sepenuhnya bahwa gereja adalah
gereja Kristus (Mat. 16:18). Ia memilih dan melatih para pemimpin pertamanya
semasa pelayan-Nya di dunia. Beberapa ajaran-Nya, kebangkitan-Nya,
kenaikan-Nya, dan pemuliaan-Nya adalah fondasi penting yang mendasari gereja,
dan diatasnya gereja didirikan. Namun, meski Tuhan Pendiri gereja, Dia pula
yang meletakkan dasarnya semasa hidupNya di dunia, gereja tidak berfungsi dan
beroperasai sebelum hari Pentakosta.[5]
Gereja Berbeda dari Israel
Hingga taraf tertentu perbedaan antara Israel dan gereja itu
kabur semua nondispensasionallis. Kekaburan macam ini membuat membuat mereka
tidak mampu mengenali perbedaan yang dipertahankan dalam Alkitab antara Israel,
orang-oarang bukan Yahudi, dan gerja. Dlam PB, bangsa Israel jamsmani dan
bangsa-bangsa lain dibedakan. Untuk membedakan antara orang-orang bukan Israel dengan Israel
jasamni, sesudah gereja didirikan
pada hari pentakosta (Kis 3:12; 4:8, 10;
5:21, 35; 21:28) orang-orang Israel disebut sebagai bangsa. Dalam doa Paulus
bagi bangsa Israel jasmani (Rm. 10:1), jelas mengacu pada Israel sebagi bangsa
berbeda dari gereja dan berada di luar gereja. Ia juga menulis, “janganlah kamu
menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun
jemaat Allah” (1 Kor 10:32). Apilah orang-orang Yahudi di anggap sutu kelompok
dengan jemaat Allah atau orang Yunani tentu tak ada gunannya Paulus melakukan
pembedaan dalam bacaan ini. Selain itu, Paulus, jelas megacuh pada bangsa
Israel jasamani sebagai “ kaum sebangsaku secara jasmani”, meanggap semua
perjanjian dan janji itu di tujuakan kepada mereka” (Rm 9:3-4). Semua kata ini
ditulis setelah awal gereja membuktikan gereja tidak merampok semua berkat dari
bangsa Israel. Istila Israel terus digunakan untuk semua keturunan Abraham
secara jasmani (bukan rohani) setelah gereja di lembagakan, dan tidak bisa
makan dengan gereja.
Di samping itu, bangsa Yahudi beriaman dan bangsa-bangsa
lain beriman yang keduanya membentuk geraja masa ini, terus dibedakan dalam
Perjanjian Baru, membuktikan bahwa istilah Israel masih bearti keturunan
jasmani Abraham. “ Sebab tidak semua orang yang bersal dari Israel adalah orang
Israel” (Rm 9:6). Ayat ini tidak
mengatakan bahwa sisa rohani dalam Israel adalah gereja ayat tersebut hanya
membedakan bangsa Israel secara keseluruhan. Dari unsur beriaman dalam bangsa
itu sendiri. Pembedaan seperti ini dalam bangsa tersebut sering kali dilakukan
dalam Perjanjian Lama; sebab itu, tentunya tidak asing bagi orang Yahudi sewaktu
membaca pernyataan seperti tertulis dalam Roma 9:6. Hamba Tuhan dalam
Perjanjian Lama adakalahnya disebut “ buta” dan “ tuli” (Yesaya 42:19); pada
beberapa kesempatan lain jelas mengacu pada sisa orang Israel yang benar dalam
bangsa Israel (44;1; 51:1,7). Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus
mengingatkan para pembacanya bahwa
menjadi keturunan orang Israel jasmani tidak menjamin orang tersebut akan
memperoleh kehidupan dan kemurahan hati yang di janjikan kepada para orang
Israel beriman yang mendekati Allah dengan iman.
Para nondispensasionalis lebi sering mengunakan Galatia
6:15-16 untuk memperlihatkan bahwa gereja adalah orang Israel rohani yang baru:
“ Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan
baru, itulah ada artinya. Dan semua orang yang memberi dirinya dipimpin oleh
patokan ini, turunlah kiranya damai sejahteradan rahmat atas mereka dan atas
Israel milik Allah (Pertanyaannya adalah, siapa saja yang termasuk dalam Israel milik Allah? Para amilenialis
bersi keras bahwa ayat-ayat ini menyamakan Israel milik Allah dengan seluruh
geraja. Para pramilenialis berpendapat Paulus memisahkan orang-orang Yahudi
Kristen guna mendapatkan pengakuan istimewa dalam doa ucapan syukur semata.
Pemakaian kata Israel dan gereja jelas menunjukan bahwa
dalam Perjanjian Baru Israel sebagai bangsa terus dengan semua janjinya sendiri
dan bahwa gereja tidak pernah disamakan dengan sesuatu yang disebut sebagai
“Israel baru” namun dibedakan secara hati-hati dan terus menerus sebagai karya
Allah yang berbeda di zaman ini.
Dengan kedatangan Kristus ke dalam dunia, gereja memasuki
tahap baru dari pekembangannya. Orang-orang percaya Perjanjian Baru masih
terkait erat dengan umat Allah dalam Perjanjian Lama. Dengan menggunakan
istilah-istilah Perjanjian Lama, Paulus menyebut orang-orang kristen sebaga
"umat Allah” (1 Pet. 2:10), dan Paulus menyebut mereka “keturunan Abraham”
dan “Israel milik Allah” (Gal. 3:29; 6:16). Dengan memiliki hakikat yang
universal, umat Allah yang baru meliputi orang-orang Yahudi dan orang-orang
bukan Yahudi (Ef. 2:14; 3:9), sebuah komunitas iman yang terdiri dari semua
orang yang menerima Yesus Kristus sebagai juruselamatnya.[6]
TABEL PERBEDAAN
GEREJA DENGAN ISRAEL
Israel |
Gereja |
Orang-orang
kudus (Bilangan 16 : 3, Ulangan 33 : 3) |
Orang-orang
kudus (Efesus 1 : 1, Roma 1 : 7) |
Dipilih (Ulangan 7 : 6, Ulangan 14 : 2) |
Dipilih (Kolose 3 : 12, Titus 1 : 1) |
Dikasihi (Ulangan 7 : 8, Ulangan 4 : 37) |
Dikasihi (Kolose 3 : 12, 1 Tesalonika 1 : 4) |
Dipanggil (Yesaya 41 : 9, Yesaya 43 : 1) |
Dipanggil (Roma 1 : 6 - 7, 1 Korintus 1 : 2) |
Jemaah (Mazmur 89 : 5, Mikha 2 : 5, Kisah Para Rasul 7 : 38, Ibrani 2 : 12) |
Jemaah (Efesus 1 : 1, Kisah Para Rasul 20 : 28) |
Kawanan Domba
(Yehezkiel pasal 34, Mazmur 77 : 20) |
Kawanan Domba
(Lukas 12 : 32, 1 Petrus 5 : 2) |
Bangsa Yang
Kudus (Keluaran 19 : 5 - 6) |
Bangsa Yang
Kudus (1 Petrus 2 : 9) |
Kerajaan Imam
(Keluaran 19 : 5 - 6) |
Kerajaan Imam
(1 Petrus 2 : 9) |
Harta
Kesayangan (Keluaran 19 : 5 - 6) |
Harta
Kesayangan (1 Petrus 2 : 9) |
Umat Tuhan (Hosea 1 : 9 - 10) |
Umat Tuhan (1 Petrus 2 : 10) |
Umat Yang
Kudus (Ulangan 7 : 6) |
Umat Yang
Kudus (1 Petrus 1 : 15 - 16) |
Umat
Milik-Nya Sendiri (Ulangan 4 : 20) |
Orang-orang
Kudus Yang Ditentukannya (Efesus 1 : 18) |
Kemah Suci Tuhan Di Tengah Israel (Imamat 26 : 11) |
Tabernakel Tuhan Di Tengah Gereja (Yohanes 1 : 14) |
Tuhan Hadir
Di Tengah-tengah Mereka (Imamat 26 : 12) |
Tuhan Hadir
Di Tengah-tengah Mereka (2 Korintus 6 : 16 - 18) |
12 Anak Yakub
/ 12 Suku Israel |
12 Murid
Yesus |
Istri Tuhan (Yesaya 54 : 5, Hosea 2 : 19) |
Istri Tuhan (Efesus 5 : 22 - 23, 2 Korintus 11 : 2) |
Galatia 6 : 16 |
KESIMPULAN
Gereja bukanlah israel rohani karena gereja ada bukti dari misteri sifat
gereja tersebut.
Tindakan memasukkna bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa lain ke dalam tubuh yang
sama adalah misteri, yang isinya menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota
tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus” (Ef.3:6).Gereja juga memiliki
kekhahasan tersendiri, dan bukti dari karya Roh Kudus menegaskan bahwa gereja
ada setelah pentakosta.
[1] John S. Feinberg, “Maih Relevankah Perjanjian Lama di Era Perjanjian Baru” (Malang: Gandum Mas 1987),
391-403.
[2]Yonky Karman, Bunga Rampai Teologi Perjanjian
Lama, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2007), 112
[3] Yonky karman, Bunga Rampai
Teologi Perjanjian Lama-Dari Kanon sampai Doa (BPK Gunung Mulia: Jakarta,
2005), 114.
[4] Oswald T. Alis, Prophecy and the Church (Philadelphia :
1945), 90 - 110
[5] Charles Ryrie, “Dispensasional dari zaman ke zaman”, (Malang
: Gandum Mas, 2005), 185.
[6] French L. Arrington, “Doktrin Kristen Perspektif Pentakosta”, (Amerika
Serikat : Pathway Press, 1992), 141
Posting Komentar untuk "Gereja Adalah Israel Rohani"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.