Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gereja Adalah Israel Rohani

 

Gereja Adalah Israel Rohani

Gereja Adalah Israel Rohani

Latar Belakang Masalah

Ketika gereja (ekklesia) berdiri pada hari pentakosta, adanya banyak pendangan yang mendeskripsikan tentang gereja tersebut. Kehadiran gereja di muka bumi ini, secara logika kita mengatakan suatu hal yang baru dikerjakan Allah. Memang kita sering mengira bahwa Allah sedang mengerjakan sesuatu yang baru, karena bagi kita mungkin merupakan sesuatu yang baru. Sesungguhnya apa yang sedang dikerjakan Allah pada waktu ini harus kita lihat dari sudut pandang Allah, dilihat dari rencana-Nyayang kekal abadi (Ef 3:9-11). Sebelum menjadikan dunia, sesungguhnya Allah telah menetapkan rencana-Nya yang kekal itu. Dan meskipun rencana Allah itu merupakan suatu misteri bagi manusia. Allah belum pernah lepas dari kendali. Ia tetap menguasai keadaan, rencana-Nya berjalan terus. Oleh karena itu, kita sebagian memahami bahwa Umat dalam Perjanjian Lama adalah bangsa Israel dam umat dalam Perjanjian Baru adalah gereja.

A.    Identitas Gereja dan Israel

1.    Identitas Israel

a.    Dalam Perjanjian Lama

Istilah Israel yaitu orang yang bergumul melawan Allah, pertama-tama muncul dalam Alkitab sebagai nama kehormatan yang dianugerahkan secara ilahi kepada Yakub, setelah pergumulannya dengan Allah di Pniel (Kej 32:28). Namu itu berlanjut sebagai pengganti nama Yakub sepanjang hidupnya dan setelah kematiannya (misalnya, Kej 35:21; Kel 32:13). Sejak penyebutan kedua belas putra Yakub sebagai “anak-anak Israel” (Kej 42:5), istilah Israel digunakan untuk keturunannya secara umum (Kel 1:7) dan kemudian untuk bangsa yang dibentuk oleh mereka (Kel 19:5). Kemudian istilah Israel terus dipakai bagi Yakub dan keturunannya yang berkembang menjadi bangsa Israel.

Penggunaan Israel yang tampak berlainan ialah yang dipakai oleh Yesaya kepada hamba Tuhan (Yes 49:1-6). Meskipun nabi itu telah sering memakai konsepsi hamba untuk bangsa Israel, dalam bagian ini hamba itu melayani Israel. Karena itu sulit untuk memandang Israel sendiri sebagai hamba. Jadi, para penafsir secara tepat memahami sebutan hamba Israel di sini menunjukkan pada Mesias sendiri yang mewujudkan dalam diri-Nya “teladan bagaimana seharusnya jud hamba Tuhan”. Namun pemakaian nama Israel untuk Mesias yang akan datang ini tidak dapat dijadikan dasar pengajaran bahwa semua yang pada akhirnya berada di “dalam Kristus” dengan demikian sama dengan Israel. Yesaya memakai gelar kehormatan ini kepada Mesias karena Dialah hamba yang sesungguhnya yang akhirnya menyelesaikan tugas Israel. Akan tetapi. Ini tidak menunjukkan perubahan makna Israel atau penolakan bangsa itu sebagai hamab Tuhan.

Kesimpulan bahwa pengajaran dalam Perjanjian Lama Israel berarti suatu masyarakat yang memiliki hubungan khusus dengan Allah. Masyarakat ini dikhususkan dari bangsa-bangsa lain pertama berdasarkan hubungan keagamaannya dengan Allah yang benar. Kedua, berdasarkan keturunan fisiknya. Yang paling penting waktu mendefinisikan Israel menurut Perjanjian Lama ialah pengakuan bahwa masyarakat Israel merupakan suatu bangsa. Allah telah menjanjikan kepada Abraham bahwa keturunannya akan menjadi bangsa yang besar (Kej 12:2; 17:5; 18:18).

b.    Dalam Perjanjian Baru

Nama Israel dihubungkan dengan umat perjanjian yang merupakan “bangsa” dalam Perjanjian Lama. Istilah ini terdapat 68 kali dalam Perjanjian Baru, khususnya dalam tulisan Matius, Lukas dan Paulus. Para penulis Perjanjian Baru tidak mendukung adanya perubahan dalam makna Israel dari pemakaiaan Perjanjian Lama yaitu umat Israel sebagai bangsa. Begitu juga pemakaian istilah yang sama untuk Israel dan gereja tidak mendukung adanya kesinambungan umat Allah yang memandang gereja sebagai “Israel beru”.[1]

Gereja Adalah Israel Rohani


Beberapa Pandangan Tentang Hubungan Gereja Dengan Israel

A.   Replacement Theology (Theology Pengganti)

Pilihan teologis yang pertama mengenai hubungan antara Gereja non Yahudi dan Israel adalah untuk mengklaim bahwa "Gereja" dan "Israel" sebenarnya merujuk pada kelompok orang yang sama. Lebih khususnya, karena Israel menolak Yesus sebagai Mesias, maka ekklesia Yesus sekarang menerima semua perjanjian berkat dan janji-janji Allah. Ini adalah "Mindset" kebanyakan teolog Kristen pada hari ini.

Replacement Theology mengklaim bahwa Gereja adalah "baru dan lebih daripada" Israel, lebih baik daripada suku "versi" yang lebih tua yang dinyatakan di dalam Perjanjian Lama. Pada zaman dahulu "Gereja" (ekklesia, dari kata ek + kaleo) memang ditujukan kepada bangsa Israel, tetapi setelah kasih Yesus itu ditolak oleh orang Yahudi, maka Allah memindahkan seluruh perjanjian-perjanjian dan janji-janji-Nya dari Israel untuk Gereja Kristen. Bahwa "Perjanjian Baru" yang diberikan kepada Israel (Yeremia 31 : 31 - 37) telah digenapi melalui Gereja Kristen. Pandangan ini disebut "Replacement Theology" karena Gereja Kristen sekarang telah menggantikan bangsa Israel sebagai ekklesia sejati Allah. "Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel" (Roma 9 : 6). Karena ketidaktaatan Israel (yaitu, penolakan terhadap "perjanjian baru" dan Yesus), Israel tidak lagi menjadi "bangsa terpilih" dengan status khusus atau masa depan.

Seperti Martin Luther mengatakan, karena orang-orang Yahudi menolak Kristus, satu-satunya yang tersisa untuk mereka adalah kutukan yang ditemukan dalam Alkitab, tapi tidak ada berkat. Oleh karena itu semua janji tentang Israel yang dikumpulkan lagi (Yehezkiel 28 : 25), dipulihkan, dan dibebaskan dari musuh-musuhnya di Kerajaan yang mendatang akan dipindahkan ke Gereja. Dan karena Yesus sekarang memerintah dari takhta Daud, misi Gereja adalah untuk mengantarkan Kerajaan Allah di bumi dengan cara penyebaran Injil di seluruh dunia. Pada akhir zaman, Yesus akan kembali untuk memisahkan "domba dari kambing" (Matius 25 : 32 - 33) dan kerajaan kekal Allah akan bertahan selamanya.

Harap dicatat bahwa salah satu konsekuensi dari pandangan ini adalah bahwa Gereja pada dasarnya bukan baru, karena sudah ada sebelum zaman Yesus sebagai kumpulan dari orang-orang kudus yang percaya kepada Allah Israel untuk keselamatan mereka (yaitu, sisa yang setia). Sejak itulah Gereja sebenarnya adalah semacam "reformasi" atau "pembaruan" dari Israel, atau mungkin akan lebih cocok untuk menganggap pandangan ini sebagai "Pembaharuan Teologi," karena mengacu bahwa Gereja adalah bentuk pembaruan dari Israel yang setia. Intinya adalah membawa kita pada kesimpulan bahwa Israel harus "kembali dicangkokkan" ke dalam pohon zaitun dari Gereja, bukan pemahaman yang sebaliknya bahwa Gereja non-Yahudi yang terdiri dari "tunas zaitun liar" dicangkokkan ke perjanjian yang diberikan kepada Israel (Roma 11 : 17 - 23Efesus 2 : 12).

B.    Separation Theology (Theology Pemisah)

Pilihan teologis yang kedua mengenai hubungan antara Gereja dan Israel adalah untuk mengklaim bahwa Gereja dan Israel merujuk kepada kelompok orang yang berbeda. Gereja dipahami sebagai suatu ciptaan baru yang dimulai dengan munculnya  Roh Kudus selama Pentakosta, dan akan terus "berlanjut" sampai ke surga pada saat Pengangkatan. Gereja tidak berada di bawah kewajiban perjanjian yang diberikan kepada bangsa Israel di Sinai (yaitu, perjanjian Musa), yang mana perjanjian ini hanya diberikan kepada bangsa israel. Janji-janji yang dibuat untuk bangsa Israel merupakan kewajiban Israel, bukan kepada Gereja. Kata "Israel" selalu berarti Israel dalam Kitab Suci, sedangkan kata "Gereja" selalu mengacu kepada Gereja. Tidak ada satu kejadian di seluruh Alkitab di mana Israel merujuk pada apa pun selain orang-orang Yahudi.

Kritik Separation Theology adalah bahwa perbedaan tajam antara bangsa Israel dan Gereja mengimplikasikan bahwa ada tiga kelompok abadi orang yang berbeda di bumi yaitu: orang-orang Yahudi, orang-orang kafir, dan Gereja (yang terdiri dari orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain dan dibentuk menjadi "satu manusia baru"). Oleh karena itu, Yahudi hanya dianggap sebagai properti / status yang diawetkan selamanya. Kritik lainnya adalah bahwa karena mengabaikan konsep sisa Israel yang setia, ia cenderung mendorong Gereja untuk mengabaikan akar Yahudi, sejak Perjanjian, berkat, dan janji yang dibuat kepada bangsa Israel tidak dapat diterapkan secara langsung kepada Gereja. Dalam prakteknya ini dapat memiliki efek tanpa disadari meminimalkan relevansi Perjanjian Lama Kitab Suci. Selain itu Separation Theology juga berargumen bahwa umat Tuhan baik Gereja maupun Israel memiliki program keselamatan yang terpisah atau argumen ini kadang diilustrasikan oleh karikatur bahwa Gereja suatu hari akan mewarisi rumah-rumah di surga, sementara Israel akan mewarisi bumi. Ini tidak adil untuk beberapa alasan, tapi Theology ini masih percaya bahwa bangsa Israel akan suatu hari datang kepada iman yang menyelamatkan di dalam Mesias ketika ia berseru "Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!" (Matius 23 : 37 - 39,Lukas 13 : 35). Lalu nubuat dari perjanjian baru bangsa Israel akan digenapi (Yeremia 31 : 31 - 37) dan "Seluruh Israel akan diselamatkan" (Roma 11 : 25 - 26).

C.    Remnant Theology (Theology Sisa)

Pilihan teologis yang ketiga mengenai hubungan antara Gereja dan Israel adalah untuk mengklaim bahwa Gereja dan Israel "tumpang tindih" dalam beberapa cara. Dalam Replacement Theology (Teologi Pengganti), Gereja dikatakan menggantikan Israel dan Israel ditinggalkan tanpa penebusan tanpa masa depan. Dalam Separation Theology (Teologi Pemisah), ada perbedaan antara Israel dan Gereja, tetapi ada beberapa pertanyaan tentang bagaimana dua kelompok ini akan berinteraksi. maka dari itu Remnant Theology (Teologi Sisa) berupaya untuk menengahi posisi tersebut dengan memahami Gereja untuk menjadi bagian dari bangsa Israel yang setia dan menerima Yesus Kristus sebagai Mesias yang dijanjikan. Iman dari bangsa Israel yang masih setia ini disebut Remnant (Sisa) atau "Israel milik Allah" (Galatia 6 : 16)

Alkitab membuat perbedaan antara etnis Yahudi (yaitu, seorang yang lahir Yahudi) dan yang satu dianggap sebagai anggota She'arit Yisrael, sisa Israel yang setia. Sekelompok kecil umat bisa menaggapi tawran keselamatan dari Tuhan secara positif, mereka disebut “sisa” (leima) menurut pilihan anugerah (Rm. 11:5)[2]
Seperti dapat dilihat dari diagram ini, seseorang dapat menjadi :

1.      Diluar hubungan dengan Israel (yaitu, seorang kafir)

  1. Dalam etnis Israel berdasarkan kelahiran (keturunan Yahudi asli) atau
  2. dalam kedua etnis israel (yaitu, keturunan Yahudi asli) dan bagian dari sisa yang setia (sebagai seorang Yahudi yang percaya kepada Allah Israel).

(Logikanya, akan ada pilihan keempat di sini yang akan dibahas di bawah). Perbedaan ini penting karena ada banyak orang yang terlalu menyederhanakan masalah dan membingungkan etnis Israel dengan "sisa Israel yang dipilih oleh kasih karunia Allah" (Roma 11 : 5). Para Sisa Israel adalah seorang yang dipilih dari etnis Israel yang telah setia dan dipelihara oleh TUHAN selama berabad-abad. Keberadaannya dibuktikan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama seperti yang terlihat dalam kasus-kasus berikut :

  • Ishak dipilih atas Ismail (Kejadian 17 : 19)
  • Yakub dipilih atas Esau (Kejadian 28 : 13 - 15)
  • Yusuf dipilih atas saudara-saudaranya yang lain (Kejadian 45 : 7)
  • Israel dipilih sebagai bangsa pilihan di Sinai dan sisa ini dipelihara setelah berdosa dengan anak lembu emas (Keluaran pasal 32)
  • Kaleb dan Yosua dipilih di antara semua orang dari generasi yang di padang gurun untuk memasuki Tanah Perjanjian (Bilangan 14 : 38)
  • Elia diberi tahu bahwa Allah menyediakan / mengawetkan 7.000 sisa yang masih setia selama kemurtadan nasional (1 Raja-raja 19 : 18)
  • Yehezkiel diberitahu bahwa sisa akan dilestarikan dari kerajaan utara setelah penawanan mereka (Yehezkiel 37 : 19)
  • Orang buangan yang kembali dari Babel adalah orang yang dipilih (Zakharia pasal 8)

Hal ini dibuktikan lebih lanjut dalam Perjanjian Baru :

  • Allah memilih sisa Israel untuk menerima Mesias (Roma 11 : 5)
  • Setelah Bait Allah dihancurkan oleh Romawi, Tuhan masih melestarikan / memelihara sisa Israel yang terus sampai hari ini.
  • Paulus berbicara tentang sisa Israel yang dipilih oleh anugerah Allah (Roma 2 : 28 - 299 : 2711 : 5) dan seorang "Manusia Baru" yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain yang dicangkokkan (Efesus 2 : 15).

Sangat penting untuk menyadari bahwa Remnant Theology memahami bahwa Gereja "dicangkokkan ke dalam" atau "ditempatkan" pada sisa-sisa Israel, dan bukan sebaliknya. Perbedaan inilah yang penting, sebab gereja hanyalah cabang-cabang yang dicangkokkan ke dalam pohon zaitun sementara akar (sisa-sisa Israel) adalah yang menopang Gereja (Roma 11 : 18). Sementara itu hanya beberapa saja etnis Yahudi yang termasuk bagian dari sisa yang setia, semua bangsa-bangsa lain yang diselamatkan secara rohani bisa juga disebut Yahudi / Israel (Roma 2 : 29;Roma 4 : 16Efesus 2 : 12 - 19), karena memiliki hak untuk mengambil bagian dalam perjanjian berkat-berkat yang diberikan untuk sisa Israel. Tetapi sangat penting untuk memahami bahwa Gereja adalah dicangkokkan / dimasukkan ke dalam sisa Israel yang dipilih, dan bukan sebaliknya! Dengan kata lain, seorang Yahudi tidak perlu memungkiri Keyahudiannya untuk menjadi anggota Gereja.

Dengan perbedaan ini, kita dapat menyelesaikan diagram yang mengungkapkan kemungkinan logis antara etnis Israel dan Chosen Remnant (Sisa yang terpilih) :

Seseorang bisa

  1. di luar hubungan dengan Israel (yaitu, seorang kafir)
  2.  dalam etnis Israel berdasarkan kelahiran (keturunan Yahudi asli)
  3. dalam kedua etnis israel (yaitu, keturunan Yahudi asli) dan bagian dari sisa yang setia (sebagai seorang Yahudi yang percaya kepada Allah Israel) atau
  4. seorang kafir yang mengambil bagian dari berkat-berkat yang diberikan kepada sisa Israel yang setia.

Pandangan Gereja sebagai Israel Rohani

1.    Kita adalah Yahudi Rohani (Roma 2:28-29)

Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah

2.    Orang Kristen adalah tunas liar yang dicangkokkan kepada Israel (Roma 11 : 1 -10)

“Karena itu apabila beberaopa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah” (Roma 11:17).

“Sebab jika kamu telah dipotong sebagai cabang dari pohon zaitun liar, dan bertentangan dengan keadaan itu kamu telah dicangkokkan pada pohon zaitun sejati, terlebih lagi mereka ini, yang menurut asal mereka akan dicangkokkan pada pohon zaitun mereka sendiri.” (Roma 11:24)

3.    Kita termasuk kewargaan Israel mellaui Yesus (Ef 2:11 -22)

“Karena itu ingatlah, bahwa daulu kamu – sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakn dirinya “sunat”, yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, - bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketetuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus, kamu yang dahulu “jauh”, sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus.” (Efesus 2:11 – 13)

4.    Kita adalah kaum Israel dan kaum Yehuda yang baru (Ibrani 8: 1-17 )

Sebab Ia menegor mereka ketika Ia berkata : Sesungguhnya, akan datang waktunya, “ demikianlah Firman Tuhan, “Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan dengan kaum Yehuda,” (Ibr. 8:8)

Maka inilah perjanjian yang kuadakan dengan kaum israel sesudah waktu itu, demikianlah firman Tuhan. “Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku (Ibr. 8:10)

5.    Kita keturunana Abraham di dalam Kristus

Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.” (Gal. 3:29).

“Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bappa kita semua,” (Roma 4:16)

Apologetik

Kasus untuk Replacement Theology sering dibuat sepanjang baris-baris berikut: "Israel" mengacu kepada semua orang yang mentaati Perjanjian Baru dari Yesus, yang dengan demikian disebut "anak-anak Abraham yang sejati" dan ahli waris menurut janji (Galatia 3 : 29) . Dalam istilah rohani, Gereja sekarang "Israel milik Allah" (Galatia 6 : 16) yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain dengan cara dilahirkan kembali oleh iman mereka kepada Yesus (Matius 3 : 9Lukas 3 : 8 , Galatia 3 : 69). Bangsa Israel sebenarnya hanyalah "benih" dari Gereja masa depan, yang pada akhirnya akan mengembalikan seluruh bumi di bawah kerajaan Allah yang akan datang (Maleakhi 1 : 11Roma 4 : 13). Gereja sekarang adalah wakil Allah di bumi (Galatia 3 : 29). Yesus sendiri mengajarkan bahwa orang-orang Yahudi akan kehilangan hak istimewa rohani mereka dan digantikan oleh "orang lain" (Matius 21 : 43). Kehadiran gereja pada hari pentakosta, menandakan bahwa urusan Allah dengan bangsa Israel "selesai", dan hari ini, seorang "Yahudi sejati" adalah seseorang yang dilahirkan dari Roh, apakah dia secara fisik lahir dari bangsa Yahudi atau tidak (Roma 2 : 28 - 29). Semua janji yang dibuat kepada Israel dalam Perjanjian Lama sekarang telah menjadi milik Gereja Yesus, yang sekarang (secara simbolis) memerintah di atas tahta Daud (2 Korintus 1 : 20).

Atau dalam bentuk yang lebih terus terang, Replacement Theology bersifat agresif dan bahkan dominionist dalam pandangan, karena menuduh bahwa gereja telah menggantikan Israel dalam arti rohani (teologis ini disebut "Supersessionism" yaitu, ide bahwa Israel telah "digantikan" oleh Gereja). Semenjak orang-orang Yahudi tidak lagi umat pilihan Allah dan Allah tidak memiliki rencana masa depan yang unik bagi bangsa Israel. Gereja, bukan Israel, Gereja sekarang menjadi "biji mata Allah" (Ulangan 32 : 10Zakharia 2 : 8). Dengan kata lain, istilah "Israel" menunjukkan hanya mereka yang Kristen, dan sebaliknya hanya orang Kristen adalah pewaris perjanjian-perjanjian dan berkat-berkat yang diberikan kepada Abraham dan keturunannya. Singkatnya, Gereja adalah Israel dan Israel (dipahami secara rohani) adalah Gereja. Jika Israel tergantikan tentu saja Islam juga mengklaim bahwa mereka telah "menggantikan" Israel sebagai umat pilihan Allah di bumi.

Mungkin perlu dicatat di sini bahwa beberapa varietas teologi Yahudi juga membalas "Replacement Theology" Kristen dengan mempertahankan bahwa suatu hari Israel akan menang atas Gereja (dipahami secara kolektif sebagai "bangsa-bangsa lain," "Kristen," atau lebih umum sebagai keturunan berhala Esau). Menurut eskatologi Yahudi tersebut, dalam hari-hari Mashiach TUHAN akan menetapkan Yerusalem sebagai titik sentral di dunia, dan semua orang-orang Yahudi yang tersebar secara permanen akan dikembalikan ke Tanah leluhur mereka sesuai dengan yang Tuhan janjikan. Semua literal tentang janji-janji yang diberikan kepada Abraham, Ishak, Yakub, dan dikonfirmasi oleh nabi Yahudi akan benar-benar terpenuhi. Semua musuh kuno orang Yahudi (termasuk keturunan Esau) akan dikalahkan, dan Israel akan memasuki Zaman Keemasan damai di atas bumi (ini sering dirangkum oleh kelompok-kelompok ortodoks tertentu seperti Chabad dengan sebutan, "Moshiach !"). Selain itu "Replacement Theology" juga rawan menimbulkan sikap antisemitisme

Pohon Zaitun dan Sisa Yang Dipilih Oleh Anugerah

Pernyataan Paulus bahwa "tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel" (Roma 9 : 6) berarti bahwa seseorang bisa menjadi etnis keturunan Israel, tetapi bukan menjadi bagian dari sisa Israel yang telah dipilih oleh Tuhan untuk Selamat di dalam Mesias. Dalam Roma 9 : 1 - 31, Paulus mengungkapkan keinginan hatinya untuk melihat seluruh Israel datang memahami kebenaran keselamatan seperti yang diberikan melalui Yesus, walaupun dia secara khusus menyebutkan bahwa sisa yang setia selalu ada.

Kemudian Paulus secara eksplisit menanyakan pertanyaan apakah urusan Tuhan telah "selesai" dengan etnis Israel, kemudian dia sendiri menjawab:
"Maka aku bertanya: Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya? Sekali-kali tidak! Karena aku sendiripun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin. Allah tidak menolak umat-Nya yang dipilih-Nya. Ataukah kamu tidak tahu, apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia mengadukan Israel kepada Allah: "Tuhan, nabi-nabi-Mu telah mereka bunuh, mezbah-mezbah-Mu telah mereka runtuhkan; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku." Tetapi bagaimanakah firman Allah kepadanya? "Aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagi-Ku, yang tidak pernah sujud menyembah Baal." Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia". (
Roma 11 : 1 - 5)

Paulus memberikan analogi dari Pohon Zaitun untuk menggambarkan bagaimana Gereja dicangkokkan ke sisa-sisa Israel. Cabang alami yang terputus mewakili bangsa Israel yang tidak percaya, sementara "tunas zaitun liar" dicangkokkan di antara yang lain mewakili bangsa-bangsa lain yang datang kepada iman di dalam sang Mesias. Tapi perhatikan kata, "di antara yang lain" Cabang-cabang yang tersisa ini merupakan sisa Israel, yang tidak pernah dipisahkan dari akar yang mendukung (yang mewakili perjanjian janji-janji yang diberikan kepada para bapa bangsa Israel - Abraham, Ishak, Yakub - seperti yang diberikan oleh TUHAN). [3]Metafora ini dengan jelas menunjukkan bahwa tunas zaitun liar (bangsa-bangsa lain yang percaya) ditempatkan di dalam cabang-cabang yang tersisa di pohon (Yahudi yang percaya). yakni Pohon Zaitun, dengan kata lain, gambaran perjanjian program penyelamatan Allah berdasarkan atas kesetiaan-Nya kepada Israel.

Paulus juga menyatakan bahwa pemulihan cabang yang patah masih berada dalam kekuasaan dan tujuan utama Allah (Roma 11 : 23 - 24), sementara itu bangsa Israel "masih mengeras" sampai semua "tunas zaitun liar" telah dicangkokkan ke Pohon Zaitun (Roma 11 : 25), dan kemudian "seluruh Israel akan diselamatkan" (Roma 11 : 26).Ternyata benar bahwa bangsa Israel telah menolak Mesias yang dijanjikan kepada mereka (suatu "pengerasan parsial Israel" - Roma 11 : 25), Paulus menghibur dirinya dengan mencerminkan bahwa tidak semua keturunan Abraham yang secara fisik akan mewarisi perjanjian dari berkat-berkat yang TUHAN berikan. Abraham mempunyai dua anak laki-laki, yang dipilih adalah Ishak (bukan Ismail); dan Ishak juga mempunyai dua anak laki-laki, yaitu yang dipilih adalah Yakub (bukan Esau). Dengan kata lain, walaupun Ismail dan Esau adalah keturunan fisik Abraham, mereka tidak terpilih untuk menjadi pewaris dari berkat Allah. (Roma 9 : 6 - 8).

Memang, mengenai kasus Yakub dan Esau, Paulus melanjutkan dengan mengatakan bahwa "meskipun mereka belum dilahirkan dan belum melakukan apa pun yang baik atau buruk - supaya rencana Allah diteguhkan mengenai pemilihan, bukan karena perbuatan, tetapi karena panggilan-Nya (Roma 9 : 11), dikatakan kepada Ribka, "yang lebih tua akan menjadi hamba yang lebih muda." Paulus kemudian mengutip dari Maleakhi 1 : 2 - 3, "Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau." Paulus kemudian bertanya apakah Allah tidak adil. Paulus menjawab hal ini dengan tegas mengatakan bahwa TUHAN, Allah Israel berdaulat dan dapat memilih untuk menunjukkan rahmat dan karunia kepada siapa yang dikehendaki dan Dia kehendaki. Dengan kata lain, Allah memiliki hak untuk menentukan lebih dulu hasil sesuai dengan tujuan baik-Nya, dan umat manusia hanya menerima aturan-Nya di alam semesta.

Menjadi keturunan Abraham secara fisik tidaklah cukup untuk menjadi bagian dari keluarga Allah, karena hanya anak-anak dari janji yang dihitung sebagai pilihan Tuhan. Dan bahkan termasuk bangsa-bangsa lain, sebagaimana nabi Hosea ungkapkan: "mereka yang bukan umat-Ku akan Kusebut umat-Ku" (Roma 9 : 25 - 27 & Hosea 1 : 10). Dan nabi Yesaya juga berseru tentang Israel: "Sekalipun jumlah anak Israel akan seperti pasir di laut, namun hanya sisa-sisa dari mereka akan diselamatkan" Paulus mengakhiri garis pemikiran ini dengan mengatakan bahwa mereka yang percaya dalam janji keselamatan Allah melalui Mesias telah mencapai kebenaran karena iman, tetapi orang-orang yang mengejar kebenaran mereka sendiri berdasarkan hukum tidak akan pernah berhasil mencapai tujuan itu (Roma 9 : 30 - 31), karena Yesus sendiri adalah "akhir dari hukum untuk kebenaran" untuk semua orang yang percaya.

Kejelasan Tentang Gereja

A.    Gereja memiliki karakter yang tersendiri

Karakter tersendiri yang dimiliki gereja berakar dari keunikan relasinya dengan Kristus. Gereja sebagai tubuh Kristus yang hidup di mana Ia adalah Kepala. Oleh Tuhan, “Dia telah diberikn-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu” (Ef. 1:22-23). “Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat” (Kolose 1:18). “Kamu adalah tubuh Kristus dan akmu masing-masing adalah anggotanya” (1 Kor. 12:27).

Kekhasan karakter gereja sebagai tubuh Kristus adalah rangkap dua. Karakternya berbeda disebabkan oleh orang-orang yang termasuk dalam tubuh tersebut (misalnya, orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain sebagai semua pewarisnya), selain oleh adanya relasi-relasi baru berupa di dalam Kristus dan kehadiran Kristus dalam diri para anggota tubuh tersebut. Kedua sifat gereja yang berbeda ini unik dan tidak dikenal atau dialami oleh umat Tuhan semasa Perjanjian Lama atau bahkan semasa hidup Tuhan kita di dunia. Berbicara soal relasi-relasi baru yang di mulai dengan Hari Pentakosta, Tuhan kita mengatakan tepat sebelum saat penyaliban-Nya, “Pada waktu itulah (setelah Pentakosta) kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu” (Yoh. 14:20).

Tindakan memasukkna bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa lain ke dalam tubuh yang sama adalah misteri, yang isinya menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus” (Ef.3:6). Juga merupakan misteri bahwa “pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus” (ay. 5).

Para amillenialis mencoba melemahkan pentingnya pernyataan tersebut dengan bersikeras bahwa kata tetapi  dalam ayat 5 menunjukkan misteri ini pernah dinyatakan sebagian semasa Perjanjian Lama dan karena itu tidak lagi khusus semasa gereja. [4] Meski kata tetapi tersebut dapat ditafsirkan demikian, tetapi tidak berarti bahwa tubuh beranggotakan bangsa Yahudi serta bangsa-bangsa lain tersebut eksisi semasa Perjanjian Lama. Dalam surat rasuulnya yang sama kepada jemaat di Efesus, Paulus menulis bahwa hanya dalam Kristus tembok pemisah di antara kaum Yahudi dan kaum bukan Yahudi dihancurkan sehingga Ia dapat “memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan menyelenyapkan perseteruan pada salib itu” (Ef. 2:6). Hal itu tidak dilakukan sebelum salib; Sebab itu, jelaslah manusia baru, satu tubuh, tidak ada semasa Perjanjain lama.

Meski seandainya telah dinyatakan sebagian, sebagaimana dinyatakan oleh sebagian orang, tetapi tidak dihadirkan. Tubuh Kristus belum terbentuk sebelum Kristus wafat, dan masa penyingkapan kebenaran tersebut tidak emmpengaruhi pelembagaannya. Perjanjian Lama, memang menubuatkan tentang berkat-berkat bagi bangsa-bangs alain pada zaman kerajaan seribu tahun (Yesaya 2:1-4; 61:5-6), namun berkat-berkat khusus tersebut tidak mencakup persamaan dalam tubuh Kristus. Berkat besar memnag dijanjikan kepada bangsa-bangsa lain dalam nubuat-nubuat Perjanjian Lama namun tidak berdasarkan persamaan kedudukan denagn kaum Yahudi. Persamaan ini merupakan titik penting dari misteri yang dinyatakan kepada para rasul dan para nabi semasa Perjanjian Lama.

Aspek lain dari kekhasan sifat gereja sebagai Tubuh Kristus adalah kehadiran Kristus di tenagh para anggota tubuh ini. Itulah misteri yang dinyatakan dalam Kolose 1:27: “Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu : Kristus ada di tenagh-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan.” Misteri ini dinyatakan secara jelas merupakan “rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya” (ay. 26). Konteks di sekelilingnya berbicara tentang Tubuh Kristus sebanyak tiga kali (ay. 18, 22, 24), meyakinkan bahwa Kristus yang hidup diam diantara para anggota tubuh tersebut. Itulah yang menjadikan tubuh tersebut organuisme hidup, dan relasi ini tidak dikenal semasa Perjanjian Lama.

Gereja sebagai organisme hidup, terdiri dari bangsa Yahudi serta bangsa-bangsa lain dan semuanya mempunyai kedudukan yang sama, merupakan misteri yang hanya dinyatakan dalam masa-masa Perjanjian Baru dan hanya ada setelah salib Kristus. Itulah sifat gereja yang khas – sifat yang tidak dimiliki kumpulan para orang kudus Perjanjian Lama.

Dispensasionalisme progresif mengajarkan sifat misteri gereja tersebut bukan berarti gereja tidak dinyatakan semasa Perjanjian Lama melainkan hanya saja tidak disadari. Pandangan tersebut juga membuat pembaptisan Roh lebih merupakan metafora berkaitan dengan masa-masa Mesias secara umum, termasuk bangsa Israel sewaktu berpaling kepada Kristus di masa mendatang.

 

B.    Gereja memiliki masa tersendiri

Cukup jelas dari yang sudah dikatakan bahwa pemahaman dispenasional tentang gereja membatasi pembangunannya hingga masa sekarang. Gereja tidak dikenal semasa Perjanjian Lama. Gereja merupakan entitas tersendiri di masa sekarang. Bukti-bukti kekhasan sifat gereja hingga masa ini ada tiga :

1.    Ada bukti dari misteri sifat gereja tersebut. Ini merupakan akibat wajar dan alami dari sesuatu yang telah dibahas di bagian terdahulu. Apabila sifat khas gereja sebagai organisme hidup yang didiami Kristus yag di dalamnya terdapat bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa lain berkedudukan sama itu digambarkan sebagai misteri yang tidak dikenal semasa Perjanjain Lama, maka tentunya gereja belum terbentuk semasa Perjanjain Lama. Sungguh, Paulus mengatakan dengan sanhgat jelas bahwa gereja merupakan “satu manusia baru” (Ef. 2:15) yang dimungkinkan ada hanya sesudah wafatnya Kristus.

2.    Gereja itu khas bagi zaman ini karena sesuatu yang harus dikatakan Paulus tentang awal dan akhir gereja. Mengenai awalnya, Paulus menekankan pentingnya kaitan gereja dengan kebangkitan serta kenaikan Kristus. Gereja didirikan diatas ekbangkitan-Nya, sebab Tuha dijadikan Kepalagereja setelah Allah “Mmembangkitkan Dia dari anatara orang mati dan mendudukkan Dia disebelah kanan-Nya di sorga” (Efesus 1:20); bandingkan dengan ayat 22-23).        Selain itu peranan dan operasional gereja bergantung pada karunia-karunia yang diberikan kepada tubuh tersebut dan pemberian semua karunia anugerah tersebut, pada gilirannya, bergantung pada kenaikan Kristus ke Surga (4:7-12). Dalam pemikiran Paulus gereja diabngun atas kebangkitan dan kenaikan Kristus, berarti khas untuk zaman sekarang ini. Tentang penyempurnaan gereja, ketika para orang kudus akan diubah wujud dan dibangkitkan, Paulus menggunakan frase “mati dalam Kristus” (1 TESALONIKA 4:16). Frase ini jelas membedakan mereka yang telah mati “dalam Kristus” di masa ini dari kaum beriman yang mati sebelum kedatangan Kristus pertama, jadi memebedakan gereja masa sekarang ini dari misteri tersembunyi dan tidak terungkap semasa Perjanjain Lama.

3.    Karya pembaptisan oleh Roh Kudus membuktikan bahwa gereja belum dimulai sebelum Pentakosta. Tuhan berbicara soal karya Roh sesaat sebelum kenaikan-Nya (Kis. 1:5) yang akan terjadi dan tidak seperti segala yang mereka alami sebelumnya. Kendati tidak tercatat secara jelas dalam Kisah Para Rasul 2 bahwa pembaptisan Roh terjadi pada Hari Pentakosta, dikatakan dalam 11:15-16 bahwa pembaptisan tersebut memang terjadi pada hari itu sebagai penggenapan atas janjia Allah sebagaimana tercatat dalam 1:5. Selanjtnya, Paulus menjelaskan bahwa manfaat doktrinal pembaptisan tersebut sebagaia penempatan orang banyak ke dalam Tubuh Kristus (1 Kor. 12:13). Dengan kata lain, pada hari Pentakosta orang-orang ditempatkan pertama kali ke dalam Tubuh Kristus. Mengingat gereja adalah Tubuh Kristus (Kol. 1:18), tentunya gereja belum dimulai sebelum hari Pentakosta, dan memnag dimuali pada hari tersebut.

Kekhasan gereja terhadap masa sekarang seperti ditekankan dalam dispensaionalisme tidak berarti (1) Para dispensasionalis beranggapan bahwa tak seorangpun pantas berubungan dengan Tuhan semasa Perjanjain Lama, atau (2) Kristus bukanlah Pendiri Gereja. Bagaimanapun juga, dispenasionalisme bersikeras bahwa umat Tuhan yang telah dibaptis ke dalam Tubuh Kristus dan yang karenannya membuat gereja berbeda dari para orag kudus masa masa lain atau bahkan para orang pada masa mendatang. Para dispensasionalis mengetahui sepenuhnya bahwa gereja adalah gereja Kristus (Mat. 16:18). Ia memilih dan melatih para pemimpin pertamanya semasa pelayan-Nya di dunia. Beberapa ajaran-Nya, kebangkitan-Nya, kenaikan-Nya, dan pemuliaan-Nya adalah fondasi penting yang mendasari gereja, dan diatasnya gereja didirikan. Namun, meski Tuhan Pendiri gereja, Dia pula yang meletakkan dasarnya semasa hidupNya di dunia, gereja tidak berfungsi dan beroperasai sebelum hari Pentakosta.[5]

Gereja Berbeda dari Israel

Hingga taraf tertentu perbedaan antara Israel dan gereja itu kabur semua nondispensasionallis. Kekaburan macam ini membuat membuat mereka tidak mampu mengenali perbedaan yang dipertahankan dalam Alkitab antara Israel, orang-oarang bukan Yahudi, dan gerja. Dlam PB, bangsa Israel jamsmani dan bangsa-bangsa lain dibedakan. Untuk membedakan antara orang-orang bukan Israel dengan Israel jasamni, sesudah gereja didirikan pada hari pentakosta  (Kis 3:12; 4:8, 10; 5:21, 35; 21:28) orang-orang Israel disebut sebagai bangsa. Dalam doa Paulus bagi bangsa Israel jasmani (Rm. 10:1), jelas mengacu pada Israel sebagi bangsa berbeda dari gereja dan berada di luar gereja. Ia juga menulis, “janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun jemaat Allah” (1 Kor 10:32). Apilah orang-orang Yahudi di anggap sutu kelompok dengan jemaat Allah atau orang Yunani tentu tak ada gunannya Paulus melakukan pembedaan dalam bacaan ini. Selain itu, Paulus, jelas megacuh pada bangsa Israel jasamani sebagai “ kaum sebangsaku secara jasmani”, meanggap semua perjanjian dan janji itu di tujuakan kepada mereka” (Rm 9:3-4). Semua kata ini ditulis setelah awal gereja membuktikan gereja tidak merampok semua berkat dari bangsa Israel. Istila Israel terus digunakan untuk semua keturunan Abraham secara jasmani (bukan rohani) setelah gereja di lembagakan, dan tidak bisa makan dengan gereja.

Di samping itu, bangsa Yahudi beriaman dan bangsa-bangsa lain beriman yang keduanya membentuk geraja masa ini, terus dibedakan dalam Perjanjian Baru, membuktikan bahwa istilah Israel masih bearti keturunan jasmani Abraham. “ Sebab tidak semua orang yang bersal dari Israel adalah orang Israel”  (Rm 9:6). Ayat ini tidak mengatakan bahwa sisa rohani dalam Israel adalah gereja ayat tersebut hanya membedakan bangsa Israel secara keseluruhan. Dari unsur beriaman dalam bangsa itu sendiri. Pembedaan seperti ini dalam bangsa tersebut sering kali dilakukan dalam Perjanjian Lama; sebab itu, tentunya tidak asing bagi orang Yahudi sewaktu membaca pernyataan seperti tertulis dalam Roma 9:6. Hamba Tuhan dalam Perjanjian Lama adakalahnya disebut “ buta” dan “ tuli” (Yesaya 42:19); pada beberapa kesempatan lain jelas mengacu pada sisa orang Israel yang benar dalam bangsa Israel (44;1; 51:1,7). Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus mengingatkan  para pembacanya bahwa menjadi keturunan orang Israel jasmani tidak menjamin orang tersebut akan memperoleh kehidupan dan kemurahan hati yang di janjikan kepada para orang Israel beriman yang mendekati Allah dengan iman.

Para nondispensasionalis lebi sering mengunakan Galatia 6:15-16 untuk memperlihatkan bahwa gereja adalah orang Israel rohani yang baru: “ Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah ada artinya. Dan semua orang yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini, turunlah kiranya damai sejahteradan rahmat atas mereka dan atas Israel milik Allah (Pertanyaannya adalah, siapa saja yang termasuk  dalam Israel milik Allah? Para amilenialis bersi keras bahwa ayat-ayat ini menyamakan Israel milik Allah dengan seluruh geraja. Para pramilenialis berpendapat Paulus memisahkan orang-orang Yahudi Kristen guna mendapatkan pengakuan istimewa dalam doa ucapan syukur semata.

Pemakaian kata Israel dan gereja jelas menunjukan bahwa dalam Perjanjian Baru Israel sebagai bangsa terus dengan semua janjinya sendiri dan bahwa gereja tidak pernah disamakan dengan sesuatu yang disebut sebagai “Israel baru” namun dibedakan secara hati-hati dan terus menerus sebagai karya Allah yang berbeda di zaman ini.

Dengan kedatangan Kristus ke dalam dunia, gereja memasuki tahap baru dari pekembangannya. Orang-orang percaya Perjanjian Baru masih terkait erat dengan umat Allah dalam Perjanjian Lama. Dengan menggunakan istilah-istilah Perjanjian Lama, Paulus menyebut orang-orang kristen sebaga "umat Allah” (1 Pet. 2:10), dan Paulus menyebut mereka “keturunan Abraham” dan “Israel milik Allah” (Gal. 3:29; 6:16). Dengan memiliki hakikat yang universal, umat Allah yang baru meliputi orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi (Ef. 2:14; 3:9), sebuah komunitas iman yang terdiri dari semua orang yang menerima Yesus Kristus sebagai juruselamatnya.[6]



TABEL PERBEDAAN GEREJA DENGAN ISRAEL

Israel

Gereja

Orang-orang kudus (Bilangan 16 : 3Ulangan 33 : 3)

Orang-orang kudus (Efesus 1 : 1Roma 1 : 7)

Dipilih (Ulangan 7 : 6Ulangan 14 : 2)

Dipilih (Kolose 3 : 12Titus 1 : 1)

Dikasihi (Ulangan 7 : 8Ulangan 4 : 37)

Dikasihi (Kolose 3 : 121 Tesalonika 1 : 4)

Dipanggil (Yesaya 41 : 9Yesaya 43 : 1)

Dipanggil (Roma 1 : 6 - 71 Korintus 1 : 2)

Jemaah (Mazmur 89 : 5Mikha 2 : 5Kisah Para Rasul 7 : 38Ibrani 2 : 12)

Jemaah (Efesus 1 : 1Kisah Para Rasul 20 : 28)

Kawanan Domba (Yehezkiel pasal 34Mazmur 77 : 20)

Kawanan Domba (Lukas 12 : 321 Petrus 5 : 2)

Bangsa Yang Kudus (Keluaran 19 : 5 - 6)

Bangsa Yang Kudus (1 Petrus 2 : 9)

Kerajaan Imam (Keluaran 19 : 5 - 6)

Kerajaan Imam (1 Petrus 2 : 9)

Harta Kesayangan (Keluaran 19 : 5 - 6)

Harta Kesayangan (1 Petrus 2 : 9)

Umat Tuhan (Hosea 1 : 9 - 10)

Umat Tuhan (1 Petrus 2 : 10)

Umat Yang Kudus (Ulangan 7 : 6)

Umat Yang Kudus (1 Petrus 1 : 15 - 16)

Umat Milik-Nya Sendiri (Ulangan 4 : 20)

Orang-orang Kudus Yang Ditentukannya (Efesus 1 : 18)

Kemah Suci Tuhan Di Tengah Israel (Imamat 26 : 11)

Tabernakel Tuhan Di Tengah Gereja (Yohanes 1 : 14)

Tuhan Hadir Di Tengah-tengah Mereka (Imamat 26 : 12)

Tuhan Hadir Di Tengah-tengah Mereka (2 Korintus 6 : 16 - 18)

12 Anak Yakub / 12 Suku Israel

12 Murid Yesus

Istri Tuhan (Yesaya 54 : 5Hosea 2 : 19)

Istri Tuhan (Efesus 5 : 22 - 232 Korintus 11 : 2)

Galatia 6 : 16
Dan semua orang, yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini, turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas Israel milik Allah.

 

KESIMPULAN

Gereja bukanlah israel rohani karena gereja ada bukti dari misteri sifat gereja tersebut. Tindakan memasukkna bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa lain ke dalam tubuh yang sama adalah misteri, yang isinya menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus” (Ef.3:6).Gereja juga memiliki kekhahasan tersendiri, dan bukti dari karya Roh Kudus menegaskan bahwa gereja ada setelah pentakosta.



[1] John S. Feinberg, Maih Relevankah Perjanjian Lama di Era Perjanjian Baru” (Malang: Gandum Mas 1987), 391-403.

[2]Yonky Karman,  Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2007), 112

[3] Yonky karman, Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama-Dari Kanon sampai Doa (BPK Gunung Mulia: Jakarta, 2005), 114.

[4] Oswald T. Alis, Prophecy and the Church (Philadelphia : 1945), 90 - 110

[5] Charles Ryrie, “Dispensasional dari zaman ke zaman”, (Malang : Gandum Mas, 2005), 185.

[6] French L. Arrington, “Doktrin Kristen Perspektif Pentakosta”, (Amerika Serikat : Pathway Press, 1992), 141

Posting Komentar untuk "Gereja Adalah Israel Rohani"