Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kasih Sayang dan Pengharapan Surat Filipi 1:9-11

 

Kasih Sayang dan Pengharapan


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Filipi adalah sebuah kota utama di kawasan barat Makedonia, prōtē tēs meridos tēs Makedonias polis (Kis. 16:12). Nama kota ini diambil dari nama Filipus, raja terkenal dari Makedonia, yang memperbaiki dan memperindah kota itu, dan di kemudian hari dijadikan sebagai salah satu wilayah jajahan Romawi. Tidak jauh dari kota ini terletak Campi Philippici, tempat luar biasa yang menjadi terkenal sebagai ajang pertempuran antara Julius Caesar dan Pompei Agung, dan juga antara Agustus dan Antonius di satu pihak melawan Cassius dan Brutus di pihak lain. Namun, bagi orang-orang Kristen, kota itu menjadi kota yang paling istimewa karena surat kerasulan ini, yang ditulis oleh Rasul Paulus ketika ia menjadi tahanan penjara di kota Roma pada tahun 62 Masehi. Tampaknya Rasul Paulus menaruh kebaikan hati yang khusus bagi jemaat di Filipi ini, di mana ia sendiri telah menjadi alat dalam menanam benih-benih untuk membangun jemaat.

Walaupun ia harus memelihara semua jemaat, menurut surat ini, namun ia memiliki kepedulian khusus, bagaikan seorang bapa yang lemah lembut, bagi jemaat ini. Bagi orang-orang yang kepada mereka Allah telah mengutus kita untuk melakukan suatu pekerjaan baik, kita harus giat dan sepenuhnya terlibat dalam mengusahakan yang lebih baik lagi. Rasul Paulus menganggap mereka seperti anak-anaknya sendiri, dan setelah memperanakkan mereka melalui Injil itu, ia sangat ingin untuk mengasuh dan merawat mereka dengan Injil yang sama pula.[1]

1.    Allah memakai Rasul Paulus untuk menjadi hamba-Nya

Rasul Paulus telah dipanggil dengan cara yang luar biasa untuk memberitakan Injil di Filipi (Kis. 16:9). Ketika itu ia mendapat penglihatan pada waktu malam, ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: “Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!” Ia melihat bahwa Allah berjalan di hadapannya, dan menjadi terdorong untuk menggunakan segala macam sarana untuk melaksanakan pekerjaan baik yang telah dimulai di antara mereka, serta membangun di atas dasar yang telah diletakkan.

2.    Rasul Paulus mengabarkan berita sukacita

Di Filipi Rasul Paulus harus menghadapi kesukaran yang luar biasa. Ia disesah dan dilemparkan ke dalam penjara (Kis. 16:23- 24). Namun, ia tidak mengurangi kebaikannya kepada tempat itu karena kesukaran yang ia jumpai di sana. Kita tidak boleh mengurangi kasih kita kepada sahabat-sahabat kita karena perlakuan buruk yang ditimpakan oleh musuh kepada kita.

Pada mulanya jemaat di sana sangat kecil. Dimulai dengan Lidia yang bertobat dan percaya, kemudian si kepala penjara, dan beberapa orang lagi. Walaupun demikian, hal itu tidak mengecilkan hati sang rasul. Jika yang baik tidak dapat dilakukan terlebih dahulu, hal itu dapat dilakukan kemudian, dan pekerjaan terakhir akan menjadi lebih berlimpah-limpah. Kita tidak boleh berkecil hati melihat permulaan yang kecil.

Tampaknya, dari banyak bagian di dalam surat kerasulan ini, dapat dilihat bahwa jemaat Filipi bertumbuh menjadi jemaat yang berhasil, dan khususnya para saudara di sana menjadi sangat baik kepada Rasul Paulus. Ia telah menuai harta duniawi mereka, dan mengembalikannya dengan harta rohani. Ia mengakui telah menerima pemberian yang dikirimkan kepadanya (4:18), sementara pada waktu itu tidak ada satu pun jemaat lain yang mengadakan pembicaraan mengenai memberi dan menerima (4:15). Di dalam surat kerasulan ini ia memberikan kepada mereka upah nabi dan rasul, yang jauh lebih berharga daripada beribu-ribu emas dan perak.

B. Permasalahan di Filipi

1.    Keadaan Jemaat

Jemaat Filipi didirikan Paulus sekitar tahun 49-50. Jemaat di Filipi terdiri dari orang-orang Kristen bukan Yahudi (Kisah Para Rasul 16:33b), orang -orang Yahudi yang sudah menjadi Kristen (Kisah Para Rasul 16:13) dan disebutkan pula orang-orang yang takut akan Tuhan (Kisah Para Rasul 16:14). Hubungan Paulus dengan jemaat ini terjalin dengan baik bahkan jemaat Filipi menyatakan kesediaan mereka untuk memberikan dukungan finansial terhadap pelayanan Paulus melalui perantaraan Epafroditus. Namun, di dalam kehidupan berjemaat di Filipi rupanya ada sekelompok orang yang menentang Paulus seperti tertulis dalam Filipi 1:27-30; 2:21. Paulus menyatakan kritikannya kepada orang-orang ini secara tajam dalam Filipi 3:2. Cukup banyak wanita menjadi anggota jemaat di Filipi. Di antara mereka adalah Sintikhe dan Euodia yang seringkali tidak sehati dan sepikiran dalam pelayanannya.[2]

2.    Ancaman Perpecahan

Euodia dan Sintikhe adalah dua orang perempuan yang terlibat dalam jemaat dan menjabat sebagai diaken. Akan tetapi di antara keduanya sering terjadi perselisihan yang dikhawatirkan akan merusak persekutuan di antara anggota jemaat di Filipi. Akibat perselisihan di antara mereka pun dapat membuat pertumbuhan jemaat ini menjadi terhambat. Paulus melihat penyebab dari semua itu adalah kurangnya rasa rendah hati dan semangat bersekutu dalam jemaat terlebih khusus dalam diri kedua perempuan tersebut.

Oleh karena itu, Paulus meminta kepada mereka untuk menunjukan sikap rendah hati dan juga kepada semua pihak yang terkait dengan perselisihan kedua perempuan itu agar segera menyelesaikan persoalan yang ada. Paulus mengangkat sebuah nyanyian tentang Kristus yang mau merendahkan diri-Nya bahkan taat sampai mati di atas kayu salib. Dengan nyanyian Kristus ini, Paulus mengajak jemaat untuk memiliki kasih yang rendah hati, siap dan tetap satu sekalipun diperhadapkan dengan penderitaan. Demikianlah jemaat di Filipi dipanggil untuk meneladan Yesus.[3]

3.    Ancaman Ajaran sesat

Dalam Filipi pasal 3, Paulus menyerang orang-orang dalam jemaat di Filipi yang sudah terpengaruh oleh lawan-lawan Paulus. Mengenai lawan-lawan Paulus ini, beberapa tokoh muncul dengan pendapatnya masing-masing. Ada yang mengatakan Paulus sedang berhadapan dengan orang-orang Kristen yang menganut aliran Gnostisisme atau para misionaris Yahudi. Ada juga yang menyebutkan bahwa yang dikecam Paulus adalah orang-orang Kristen Yahudi yang masih berpegang pada Taurat agar mendapatkan keselamatan. Sementara pendapat lain menyebutkan Paulus sedang berpolemik dengan Yudaisme, Libertinisme dan kemurtadan. Namun yang diketahui dengan jelas adalah Paulus sedang melawan misionaris Yahudi yang disebutnya 'anjing-anjing' dalam Filipi 3:2-11.Ini mengindikasikan bahwa ada sejumlah orang yang telah berhasil masuk ke dalam jemaat dan memberikan pengaruh negatif pada anggota jemaat. Oleh sebab itu Paulus pada pasal selanjutnya menasihatkan jemaat agar tidak membiarkan diri disesatkan orang-orang itu. Jemaat harus tetap teguh dalam Tuhan sebab kedatangan-Nya sudah tidak lama lagi (Filipi 4:1,5b).[4]

C.    Maksud dan Tujuan

Untuk memberikan nasihat kepada jemaat di kota Filipi, karena di kota itu terjadi suatu perpecahan sehingga Paulus menuliskan surat ini dan mengutus seorang anak rohaninya untuk mengantar surat tersebut, sebab Paulus sendiri saat itu sedang berada di dalam penjara. 

 

BAB II

Landasan Teori

A.    Kasih Sayang dan Pengharapan Rasul Paulus

Rasul Paulus mengukapkan rasa kasih sanyangnya yang berlimpah-limpah kepada mereka yang jemaat di filipi atas perhatiannya kepada mereka serta kesejahteraan rohani mereka. Ia mengasihi mereka seperti jiwanya sendiri, dan mereka dekat dengan hatinya. Ayat-ayat ini memuat doa-doa yang dinaikkan oleh Rasul Paulus bagi mereka. Sering kali Rasul Paulus membiarkan sahabat-sahabatnya mengetahui apa yang ia mohonkan kepada Allah bagi mereka, supaya mereka dapat mengetahui apa yang patut mereka mohon bagi diri mereka sendiri di dalam doa-doa mereka. Dan supaya mereka didorong untuk berharap dapat menerima dari Allah, kasih karunia yang membangkitkan, menguatkan, kekal, dan menghiburkan. Dengan begitu penuh kuasa Rasul Paulus memohonkan kepada Allah bagi mereka.

Rasul Palus mendoakan mereka dengan dimaksudkan sebagai petunjuk dalam hidup mereka, dan supaya mereka berusaha mengusahakan doa-doa Rasul Paulus untuk mereka, sebab dengan cara ini akan tampak bahwa Allah menjawab doa-doa mereka. Dengan mendoakan mereka demikian, Rasul Paulus mengharapkan hal-hal yang baik bagi mereka. Ini merupakan suatu dorongan bagi kita untuk mengerjakan kewajiban-kewajiban kita, supaya kita tidak mengecewakan harapan-harapan sahabat-sahabat dan hamba-hamba Tuhan yang berdoa bagi kita. Rasul Paulus berdoa,

1.  Supaya Jemaat di Filipi saling mengasihi

Rasul paulus yang dipakai Allah dengan luar biasa, dia membagikan kasihnya kepada semua orang kudus di filipi supaya mereka dapat menjadi orang yang mengasihi, dan supaya kasih sayang semakin melimpah di antara mereka. Supaya kasihmu makin melimpah. Yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus adalah kasih mereka kepada Allah, kepada sesama saudara, dan kepada semua orang. Kasih adalah pemenuhan tuntutan hukum Taurat dan Injil. Perhatikan baik-baik, orang-orang yang melimpah dalam kasih karunia, masih tetap perlu untuk semakin melimpah, sebab masih tetap ada yang kurang di dalam diri mereka, lagi pula kita adalah orang-orang yang tidak sempurna dalam pencapaian kita. 

2.   Supaya mereka dapat menjadi orang yang berpengetahuan dan berpengertian.

Kasih itu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian. Bukanlah kasih buta yang akan membuat kita mendapat perkenan Allah, melainkan kasih yang didasarkan atas pengetahuan dan pengertian. Kita harus mengasihi Allah karena kesempurnaan dan kasih-Nya yang tidak terhingga, dan mengasihi sesama saudara kita karena kita melihat gambar Allah pada diri mereka. Perasaan kasih yang kuat tanpa disertai pengetahuan dan pengertian, tidak akan membuat kita mampu memenuhi kehendak Allah, bahkan kadang-kadang kita berbuat menyakiti daripada berbuat baik. Orang-orang Yahudi sangat giat untuk Allah, namun tanpa disertai pengetahuan yang benar, sehingga membawa mereka kepada kekerasan dan kegusaran (Rm. 10:2; Yoh. 16:2).

3.   Supaya mereka menjadi orang yang arif bijaksana.

Inilah hasil dari pengetahuan dan pengertian mereka, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik (ay. Filipi 1:10). Atau, seperti arti bebasnya, menguji hal-hal yang berbeda; eis to dokimazein, supaya kita dapat membuktikan hal-hal yang baik setelah mengujinya dengan cermat, serta dapat mengenali hal-hal itu dari yang lain. Amatilah, kebenaran-kebenaran dan hukum-hukum Kristus merupakan hal-hal yang baik dan sempurna. Dan perlu bagi kita masing-masing untuk mampu membuktikannya dan menilainya demikian. Kita hanya perlu menguji dan membuktikan, dan hal-hal itu akan membuka diri kepada pikiran yang menyelidiki dan mencerna.

4.   Supaya mereka dapat menjadi orang yang jujur dan berhati lurus

Ketulusan atau kelurusan hati merupakan kesempurnaan Injil, supaya di dalamnya kita berperilaku di dalam dunia ini. Ketulusan merupakan kemuliaan dari segala kasih karunia kita. Ketika pandangan kita terpusat, ketika kita menyatu bersama Allah di dalam segala sesuatu yang kita kerjakan, benar-benar tampil sebagaimana adanya kita, dan sungguh-sungguh jujur, maka kita adalah suci atau lurus hati. 

5.   Supaya mereka dapat menjadi orang yang tidak bercacat : supaya kamu tak bercacat menjelang hari Kristus.

Tidak mudah tersinggung, dan sangat berhati-hati untuk tidak menyakiti hati Allah atau saudara seiman mereka, hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah (Kis. 23:1), dan senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia (Kis. 24:16). Kita harus senantiasa tak bercacat sampai kepada kesudahannya, supaya kita dapat dipersembahkan dalam keadaan seperti itu pada hari Kristus. Ia akan mempersembahkan jemaat tanpa cacat atau kerut (Ef. 5:27), serta membawa orang-orang percaya di hadapan kemuliaan-Nya dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan (Yud. 24).

6.   Supaya mereka dapat menjadi orang yang sangat berguna

Orang yang sangat berguna yang menjelaskan dalam (ay. Filipi 1:11), penuh dengan buah kebenaran dan seterusnya. Dari Allah kita temukan buah kita, dan karena itu dari Dialah buah itu harus diminta. Buah-buah kebenaran merupakan bukti dan hasil dari pengudusan kita, kewajiban-kewajiban kesucian yang timbul dari hati yang sudah diperbarui, akar masalah yang ada di dalam diri kita (Ayb. 19:28, KJV). Penuh dengan buah kebenaran. Amatilah, orang-orang yang banyak melakukan kebaikan harus berusaha melakukannya lebih banyak lagi. Buah-buah kebenaran yang dihasilkan untuk kemuliaan Allah dan untuk membangun jemaat-Nya, harus benar-benar memenuhi kita sepenuh-penuhnya.

Supaya semua orang kudus di filipi senantiasa mengeluarkan buah-buah kebenaran, sebab kamu akan dipenuhi buah-buah kebenaran kembali. Buah-buah kebenaran dihasilkan oleh Yesus Kristus, oleh kekuatan dan kasih karunia-Nya, sebab tanpa Dia kita tidak dapat berbuat apa-apa. Dia adalah akar dari pohon zaitun sejati, yang dari-Nya pohon itu memperoleh kesuburannya. Kita menjadi kuat oleh kasih karunia di dalam Kristus Yesus (2Tim. 2:1), dikuatkan dan diteguhkan oleh Roh-Nya (Ef. 3:16), dan itu semua untuk memuliakan dan memuji Allah. Allah dimuliakan dalam segala sesuatu (1Ptr. 4:11), dan apa pun yang kita lakukan, kita harus melakukan semuanya itu untuk kemuliaan Allah (1Kor. 10:31). Adalah sepenuhnya untuk kehormatan Allah bila orang-orang Kristen tidak saja menunjukkan sikap yang baik, tetapi juga berbuat baik, dan berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.

B.    Bersukacita di tengah Penderitaan

Di tengah penderitaan yang dialami jemaat Kristen di Filipi, Rasul Paulus meminta mereka tetap bersukacita. Paulus mengangkat pengalaman pribadinya sebagai seorang pemberita Injil yang harus dipenjara oleh karena Injil yang disampaikannya. Akan tetapi, dalam penderitaan ia tetap masih dapat bersukacita karena Injil itu mendapatkan kemajuan. Banyak orang dalam penjara yang kemudian menjadi percaya setelah mendengarkan Injil yang Paulus beritakan. Ia juga mengangkat tokoh-tokoh lain seperti Kristus (Filipi 2:5-11), Timotius (Filipi 2:19-24), dan Epafroditus (Filipi 2:19-30). Ketiganya diangkat sebagai contoh yang patut diteladani jemaat. Yesus harus mengalami penderitaan sebelum akhirnya ditinggikan oleh Allah (Filipi 2:6-11).

Ini menjadi penghiburan bagi jemaat bahwa jika mereka hidup dalam kesetiaan pada Allah maka mereka juga akan ditinggikan. Sementara itu, Timotius rela memberi diri menjadi pemberita Injil demi Kristus dan Epafroditus yang bahkan hampir mati ketika memberitakan Injil ( Filipi 2:21,23 ).Lebih khusus, Paulus mendorong jemaat untuk memandang kepada Kristus yang tidak membalas perbuatan buruk orang tetapi mempercayakan semua kepada Allah. Yang perlu dilakukan jemaat adalah menunjukkan sikap bersahabat kepada semua orang (Filipi 2:8) dan tetap teguh dalam iman (Filipi 1:27,28).

1.    Menderita untuk Kristus dan Menanggung Tekanan dari semua pihak

Paulus dengan jelas menyatakan persyaratan untuk menjadi seorang Kristen. Menjadi seorang Kristen, selain dari percaya pada Kristus, adalah untuk turut menderita demi dia. Kita selalu mengira bahwa adalah cukup untuk sekadar percaya, tapi Paulus memberitahu kita bahwa tidaklah cukup untuk hanya percaya saja, tapi kita harus menderita demi Kristus. Percaya dan menderita itu beriringan, saling berkaitan. Semua orang percaya yang sejati menderita demi Kristus. Barangsiapa yang tidak rela untuk  menderita tidak akan dapat menjadi orang percaya yang sejati.

Di Filipi 1.29 – “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk dia.” Penderitaan apa yang dimaksudkan di sini? Mari kita mempertimbangkan satu ayat yang berkaitan, Kisah Rasul 14.22 “Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.” Saat Paulus sedang memberitakan Injil di Listra, dia menyembuhkan seorang yang lumpuh sejak lahir. Orang-orang di situ mengira bahwa Paulus dan Barnabas adalah Allah, dan mempersembahkan korban kepada mereka.

Namun beberapa orang Yahudi membujuk  orang banyak itu berpihak pada mereka dan melempari batu Paulus. Karena menyangka bahwa Paulus sudah mati, mereka menyeret dia ke luar kota. Di keesokan harinya, dia keluar bersama Barnabas ke Derbe, dan memberitakan Injil pada orang di kota itu berkata, “Untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, kita harus mengalami banyak sengsara.” Jika kita melihat pada kata asli untuk “sengsara”, Anda akan memahami bahwa artinya merujuk pada suatu tempat yang sangat sulit untuk dilewati karena sangat sempit, dan kata itu juga bisa berarti tekanan. Saat kita memahami makna dari kata aslinya, kita akan memahami arti khusus “menderita untuk Kristus”. Orang Kristen tidak hanya harus percaya pada Kristus, tapi juga untuk menanggung tekanan dari semua pihak deminya. Sebenarnya, ajaran Paulus tidak berasal dari dirinya sendiri, tapi dari Yesus.

a.    Tekanan karena lingkungan yang buruk

Bukan saja orang Kristen yang harus berhadapan dengan tekanan, tapi para pemimpin harus menanggung tekanan dari semua pihak. Tekanan yang bagaimana? Saat Paulus menulis kitab Filipi, dia sedang berada di penjara. Dapatkah Anda membayangkan betapa buruknya situasinya pada waktu itu? Sebagai seorang nara pindana, dia tidak memiliki pilihan dalam setiap aspek kehidupannya, termasuk makan minumnya, kondisi tempat tinggal dan juga dalam hal kebersihan. Untuk memenuhi kebutuhannya, dia hanya dapat mengandalkan saudara seimannya yang mengunjunginya.

Filipi. 2.25 “Sementara itu kuanggap perlu mengirimkan Epafroditus kepadamu, yaitu saudaraku dan teman sekerja serta teman seperjuanganku, yang kamu utus untuk melayani aku dalam keperluanku.” Jemaat Filipi adalah jemaat yang penuh dengan kasih, mereka secara khusus mengutus Epafroditus untuk mengunjungi Paulus, untuk melayani keperluan Paulus. Di samping itu, karena di penjara, Paulus hanya dapat mengandalkan kunjungan dari saudara seiman untuk menyampaikan kondisi jemaat. Flp. 2.19, “Tetapi dalam Tuhan Yesus kuharap segera mengirim Timotius kepadamu, supaya tenang juga hatiku tentang hal ilwalmu.”

b.    Tekanan karena orang lain.

Filipi 1.15-18 “Ada orang yang memberitakan Kristus kerana dengki dan perselisihan, tetapi ada pula yang memberitakannya dengan maksud baik. Mereka ini memberitakan Kristus karena kasih, sebab mereka tahu, bahwa aku ada di sini untuk membela Injil, tetapi yang lain karena kepentingan sendiri dan dengan maksud yang tidak ikhlas, sangkanya dengan demikian mereka memperberat bebanku dalam penjara. Namun tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. “tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita”.

Paulus menyebut tentang dua tipe hamba Tuhan. Satu yang mendukungnya, yang adalah murid sejati, yang tahu bahwa dia menderita demi membela Injil, dan dihukum bukan karena dosanya sendiri. Mereka ini memberitakan Injil karena kasih, didorong oleh motivasi hati yang murni. Satu lagi tipe hamba Tuhan adalah yang melawannya, yang merasakan bahwa Paulus layak berakhir di dalam penjara. Mereka itu memberitakan Injil karena motivasi hati yang tidak murni, tapi didorong oleh dengki dan perselisihan. Jauh di dalam hati mereka, mereka tahu jelas bahwa Paulus adalah murid sejati, tapi mereka mengambil kesempatan ini untuk menginjak-injak Paulus dan meninggikan diri mereka sendiri. Tindakan mereka membuat Paulus sedih. Namun bagaimana Paulus menangani tekanan ini? Dia berbesar hati. Tidak kira apakah mereka memberitakan Injil karena kemurnian hati atau motivasi yang salah, selagi Yesus diberitakan, Paulus bersukacita.

c. Tekanan finansial

Filipi 4.15-17, “Kamu sendiri tahu juga, hai orang-orang Filipi; pada waktu aku baru mulai mengabarkan Injil, ketika aku berangkat dari Makedonia, tidak ada satu jemaat pun yang mengadakan perhitungan hutang dan piutang dengan aku selain dari pada kamu. Karena di Tesalonika pun kamu telah satu dua lai mengirimkan bantuan kepadaku. Tetapi yang kuutamakan bukanlah pemberian itu, melainkan buahnya, yang makin memperbesar keuntunganmu.”

Saat Paulus mulai memberitakan Injil, selain dari gereja Filipi, tidak ada gereja lain yang mendukungnya secara finansial. Saat Paulus mengutarakan hal ini, dia tidak sedang menyampaikan ketidak-puasannya, tapi dia mau mengucapkan rasa terima kasihnya kepada jemaat Filipi.  Dalam melayani Tuhan, seorang hamba Tuhan harus berhadapan dengan tekanan finansial, harus belajar untuk melihat pada Allah tidak kira dalam situasi apa pun. Orang lain mungkin akan mengabaikan kebutuhan Anda, tapi Allah tidak akan mengabaikan kebutuhan Anda. Saat akan harus berpergian, Anda membutuhkan biaya transportasi, Anda perlu membayar uang sekolah anak-anak dan juga saat keluarga Anda sakit, Anda butuh biaya medis. Pastikan Anda tidak terburu-buru dan coba mencari solusi untuk diri Anda sendiri, tapi harus berdiam diri dan menantikan pengaturan dan persediaan dari Allah. Karena Anda adalah pelayan Tuhan, Tuhan pasti akan bertanggung jawab atas keperluan dan biaya hidup Anda sehari-hari.

 



[1] Samuel B.Hakh. 2010. Perjanjian Baru: Sejarah, Pengatar dan Pokok-pokok Teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi. Hlm. 182-183.

[2] Bambang Subandrijo. 2010, Menyingkap Pesan-pesan Perjanjian Baru 1. Bandung: Bina Media Informasi. hlm. 38-39

[3] Willi Marxsen. 2006, Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis terhadap Masalah-masalahnya. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 60.

[4] Merrill Tenney. 1995, Survey Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas. hlm. 400

Posting Komentar untuk "Kasih Sayang dan Pengharapan Surat Filipi 1:9-11"