Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KEHANCURAN BABEL (WAHYU 17:1-18:12)

Kehancuran Babel (Wahyu 17:1-18:12)


PENDAHULUAN

Kitab Wahyu adalah kitab paling akhir dalam Alkitab. Kata Wahyu adalah merupakan terjemahan dari bahasa Yunani αποκαλυψις (apokalupsis) yang artinya dalam bahasa Inggris adalah revelation, yang dapat diuraikan dalam artian bahasa Indonesia sebagai pernyataan-pernyataan atau wahyu. Dalam pengertian Alkitabiah, maka wahyu dapat diartikan sebagai pernyataan-pernyataan Allah pada manusia, yang diberikan melalui Rasul Yohanes tentang suatu keadaan di akhir jaman (Wahyu 1:1). Kitab Wahyu ini ditulis pada masa pemerintahan kekaisaran Romawi, yang mana pada jaman itu seluruh penduduk dalam wilayah kekaisaran diwajibkan untuk menyembah dan mempersembahkan korban kepada kaisar-kaisar yang menganggap diri mereka sebagai dewa. 

Orang-orang yang menolaknya akan disiksa, dianiaya, dan bahkan dijatuhi hukuman mati dengan berbagai cara yang kejam. Situasi ini membuat jemaat Kristen pada masa itu berada dalam tekanan besar. Keyakinan mereka akan pemerintahan Allah didunia ini mulai terguncang. Penulis kitab Wahyu, yang diyakini adalah Rasul Yohanes sendiri oleh banyak orang (walaupun masih ada perdebatan dari para penafsir), menerima pesan khusus dari Allah untuk menjawab pergumulan umat Kristen pada jaman itu. Namun walaupun sebenarnya kitab ini sangat kuat mengacu pada akhir jaman, rupa-rupanya oleh karena kondisi yang berlaku pada masa itu, maka banyak pula yang mengartikan nubuatan itu akan digenapi pada masa kekaisaran Romawi, akan tetapi ini adalah tidak benar. Walaupun pesan ini ditujukan pada 7 jemaat di wilayah Asia Kecil, namun sebenarnya pesan ini adalah bagi seluruh umat Kristen di segala jaman. Isi dari pesan dalam kitab Wahyu ini terutama berisi tentang 3 hal sebagai berikut : (disadur dari Alkitab Edisi Studi LAI)

1.    Dunia penuh dengan kejahatan dan jemaat Kristen mungkin harus menderita dan bahkan mati sebelum peristiwa pengangkatan

2.    Yesus adalah Tuhan, dan Ia akan menaklukkan seluruh umat manusia dan semua kekuatan yang melawan Allah3.    Upah yang berlimpah dianugerahkan pada umatNya, terutama bagi mereka yang kehilangan nyawanya demi Dia

3.    Ketiga hal inilah yang merupakan pesan utama dalam kitab Wahyu, yang meneguhkan jemaat Kristen yang sedang mengalami penganiayaan hebat karena iman mereka, pada masa itu.

Karena kitab Wahyu dipenuhi dengan nubuatan-nubuatan (profetis) yang uraiannya seringkali merangsang imajinasi kita, maka penafsiran dalam kitab Wahyu hendaknya dilakukan secara literal (dalam artian normal) untuk menghindari penafsiran yang keluar jauh dari konteks yang sebenarnya. Penafsiran secara preteris (lampau) dan presentis (saat ini) hanya dapat dilakukan dalam skala kecil saja sesuai kebutuhan untuk ayat-ayat tertentu.

EKSPOSISI

Pasal 17:1-2

Yang perlu dicermati dalam ayat-ayat ini adalah istilah pelacur besar dan yang duduk ditempat yang banyak airnya.Istilah pelacur besar ini mengacu pada Babel yang dapat diidentikkan dengan Romawi pada jaman itu. Di dalam Perjanjian Lama, nama Babel senantiasa melambangkan pemberontakan terhadap Allah dan kekacauan (Kej 11:9). Babel adalah kerajaan yang berhasil menaklukkan Yehuda (2 Raj 24), danbersama Nebukadnezar, dimulailah masa pemerintahan orang-orang bukan Yahudi (Yer 27). Sedang pada jaman itu, Romawi yang merupakan pemerintahan non Yahudi pula dan yang dipenuhi dengan kejahatan serta kemaksiatan dalam setiap bidang kehidupannya, yakni dalam politik, keagamaan, perdagangan, dsb., dapat disetarakan dengan Babel pada jaman PL. Para raja dan bahkan rakyat biasa yang hanyut dalam kejahatan dan kemaksiatan, digambarkan telah berbuat cabul dengan pelacur besar tersebut dan bahkan mabuk (terbuai) oleh anggur (kenikmatan) percabulannya. Jadi istilah Pelacur Besar, Babel ataupun Romawi dapat ditafsirkan sebagai suatu lambang sistem dunia yang dikuasai Iblis dan menyatakan kejahatannya dipelbagai bidang kehidupan. Percabulan (perzinaan) dalam hal ini adalah juga termasuk keKristenan yang murtad. Dalam Alkitab, kata pelacuran dan perzinaan kerap dipakai secara kiasan, yang biasanya menunjuk kepada kemurtadan agama dan ketidaksetiaan kepada Allah, dan menandakan suatu umat yang mengaku melayani Allah, sedangkan dalam kenyataannya menyembah dan melayani ilah-ilah lain. Sedangkan mereka yang disebut sebagai yang duduk ditempat yang banyak airnya, ternyata belakangan disebut sebagai bangsa-bangsa dan rakyat banyak dan kaum dan bahasa" (Wahyu 17:5). Disini kita jumpai bahwa Alkitab menafsirkan diriNya sendiri tanpa kita harus campur tangan untuk menafsirkannya.

Pasal 17:3-6

Roh Yohanes dibawa untuk menyaksikan hal-hal yang akan terjadi pada akhir jaman tersebut. Kata dibawa tersebut berasal dari kata Yunani αποφερω (apofero) yang berarti adalah dibawa dengan paksa ke ερημος  (eremos) atau dalam bahasa Inggrisnya wilderness yang berarti hutan belantara, tempat sunyi, atau padang gurun. Lalu Yohanes melihat seorang perempuan yang duduk diatas seekor binatang. Perempuan ini ditafsirkan sebagai perempuan yang sama dengan yang disebut dalam ayat 1 yakni sang pelacur besar tersebut. Perempuan ini digambarkan mabuk oleh darah orang-orang kudus dan saksi-saksi Kristus. Pada jaman itu kondisi ini memang berlaku, dimana orang-orang Kristen mendapatkan banyak sekali aniaya dari Romawi, sehingga banyak darah orang Kristen mencucur dalam mempertahankan imannya kepada Kristus, yang mana menyebabkan Romawi (pelacur besar) itu mabuk dalam kepuasan atas kemenangan mereka yang sifatnya sementara itu. Hal inipun masih benar-benar relevan apabila dikaitkan pada masa akhir jaman, seperti yang memang dimaksudkan dalam kitab ini.

Pasal 17:7-14

Didalam pasal-pasal ini dijelaskan secara gamblang tentang kiasan-kiasan yang telah disebutkan terdahulu. Penjelasan-penjelasan ini tentunya mengacu pada eskatologi (akhir jaman), namun dapat dikaitkan dengan kondisi yang berlaku pada jaman itu. Yang menjadi penting untuk dimengerti dalam penggalan pasal ini (ayat 7-14) adalah tidak menjelaskan kejadian kronologis dengan ayat-ayat sebelum dan sesudahnya. Penggalan pasal ini hanya menjelaskan tentang kiasan-kiasan yang telah diberikan terdahulu, namun kejadian kronologisnya terputus dengan penjelasan tersebut, dan dilanjutkan kembali pada ayat 15. Hal ini dapat dilihat dalam ayat 14, dimana menggambarkan peperangan akhir antara Anak Domba (Kristus) dengan antikris yang kronologisnya akan terjadi kemudian. Peperangan yang diuraikan dalam ayat 14 ini tidak menggambarkan peperangan dalam rangka kehancuran Babel. Namun dari penjelasan-penjelasan dalam ayat-ayat ini, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tokoh binatang yang berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh itu adalah penggambaran atau kiasan dari antikris, yang akan menghadapi peperangan akhir dengan Kristus, sebelum kerajaan 1000 tahun, yang mana tentunya kemenangan akan ada di pihak Kristus (ayat 14).

Pasal 17:15-18

Ayat-ayat ini kembali menceritakan tentang kehancuran Babel. Sebagai penekanan, perlu diketahui bahwa binatang bertanduk sepuluh itulah yang justru akan menghancurkan Babel (pelacur besar itu) seperti tersebut dalam ayat 16. Yaitu binatang yang ditengarai adalah sebagai sang antikris. Disini kita dapat melihat kepalsuan dari antikris tersebut, dimana semula dialah yang menggendong (menopang) pelacur besar tersebut, namun kemudian dia pulalah yang menghancurkannya, sebagai upaya untuk menyesatkan manusia. Ia bertindak seolah-olah telah menjadi penolong bagi manusia, namun dibalik semua itu, ia berupaya untuk mendapatkan tahta Allah (2 Tesalonika 2:1-4). Namun semua ini telah digariskan oleh Allah, bahwa semua itu diijinkan untuk terjadi. Allah telah menerangi hati kesepuluh tanduk (kesepuluh raja-raja tersebut) untuk memberikan pemerintahan mereka pada binatang tersebut, hingga tergenapinya Firman Allah (ayat 17). Jadi pada suatu waktu tertentu selama masa pemerintahan antikris, pelacur itu akan dibenci oleh antikris dan para pendukungnya, dan mereka akan membinasakan pelacur besar itu beserta lembaga-lembaganya. Ini sebenarnya adalah merupakan penghukuman Allah terhadap sistem dunia yang menolak kebenaran Allah di dalam Kristus. Hal ini ditengarai akan terjadi pada pertengahan masa tujuh tahun kesengsaraan itu (pertengahan masa tribulasi), ketika binatang itu menyatakan dirinya sebagai allah dan menuntut semua orang untuk menyembahnya (saduran dari Sabda).

Pasal 18:1-19

Dalam pasal ini dinyatakan bahwa seorang Malaikat telah memaklumkan kehancuran Babel. Pasal ini juga adalah merupakan suatu panggilan nubuat dari Allah untuk keluar dari Babel yang besar, karena orang-orang yang tinggal didalam sistem yang tidak mengenal Allah ini sudah pasti akan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, sehingga turut ditimpa malapetaka-malapetakanya. Panggilan untuk memisahkan diri dari dunia dan lembaga-lembaga yang sesat telah menjadi aspek yang penting dari keselamatan manusia di sepanjang sejarah penebusan. Perlu diingat bahwa panggilan keselamatan ini bukanlah panggilan untuk gereja, karena pada masa tribulasi ini gereja telah diangkat oleh Allah (sesuai doktrin Pre Tribulasi). Penderitaan dan kesengsaraan yang menimpa Babel itu, akan setara dengan gaya hidupnya yang memuliakan dirinya sendiri dan penuh kemewahan. Para pengusaha yang kaya, berkuasa, dan tidak mengindahkan moral, yang menolak Allah dan yang menumpuk kekayaannya dengan merugikan orang lain, dalam satu hari saja, sebuah penggambaran rentang waktu yang sangat singkat, akan mengalami kehancuran. Semua orang yang terutama memperhatikan uang, kemewahan, kepuasan dan kesenangan akan menangis dan berkabung, karena ilah kehidupan mereka dihancurkan. Di sini dengan jelas Allah menunjukkan kebencian-Nya terhadap usaha dan pemerintahan yang dilandaskan atas dasar ketamakan dan kuasa yang bersifat menjajah. Ia menentang setiap orang yang memburu kekayaan, kedudukan dan kesenangan, bukannya nilai-nilai kebenaran dari Yesus Kristus. Mereka yang hidup dalam kemewahan dan kesenangan yang mementingkan diri sendiri akan diruntuhkan oleh murka Allah.

Pasal 18:24

Semua orang saleh di sorga dan di bumi bersukacita atas hukuman Allah yang benar terhadap sistem kejahatan Iblis yang besar dengan segala bentuk perwujudan kejahatannya, yakni antara lain adalah kesenangan dalam dosa, kemewahan yang mementingkan diri sendiri, pemerintahan manusiawi dan perdagangan yang fasik. Tentunya perayaan orang kudus di sorga yang penuh dengan kegembiraan itu, adalah seimbang dengan kesedihan yang pernah mereka alami, yakni disaat kemenangan kejahatan terjadi dalam dunia ini. Sekali lagi perlu ditegaskan, bahwa kehancuran Babel ini adalah merupakan karya Allah, walaupun dalam pelaksanaannya Ia menggunakan tangan musuh Allah sendiri untuk melakukannya yakni antikris beserta antek-anteknya (pasal 17:17). Juga perlu ditandaskan bahwa penafsiran-penafsiran atas istilah-istilah dan kondisi-kondisi dalam pasal ini dapat diartikan secara literal (normal), namun tentunya dengan memperhatikan kondisi yang berlaku pada saat nubuatan tersebut terjadi. Sebagai contoh jenis-jenis alat musik seperti kecapi, seruling dan sangkakala yang disebutkan dalam ayat-ayat tersebut, tentunya dapat dikembangkan kepada alat-alat musik modern yang ada pada jaman ini ataupun jaman penggenapan nubuatan tersebut.

KESIMPULAN

Dalam pembahasan latar belakang (pendahuluan) beserta eksposisi dari pasal-pasal tersebut diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1.    Kitab Wahyu adalah kitab nubuatan (Profetis), penggenapannya bukan di masa lalu (Preteris) ataupun masa kini (Presentis). Penceritaan kejadian yang berlaku di masa lampau atau masa kini hanyalah sebagian kecil saja dari isi kitab ini.

2.    Melalui kitab Wahyu, khususnya dalam pasal 17, umat Allah diingatkan untuk tidak mudah tertipu oleh muslihat iblis, yang dapat saja menipu dengan liciknya melalui peristiwa penghancuran Babel (pelacur besar) oleh antikris, walaupun semua itu telah digariskan oleh Tuhan sendiri. Jadi tujuan utama adalah untuk mempermuliakan Tuhan saja, bukannya terjebak untuk menyembah antikris tersebut yang seolah-olah telah menghancurkan Babel demi kebaikan manusia.

3.    Tetap setia didalam Tuhan dan mengikuti jalan kebenaranNya.

Demikianlah eksposisi dari Kitab Wahyu pasal 17 dan 18 dari kelompok kami. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Posting Komentar untuk "KEHANCURAN BABEL (WAHYU 17:1-18:12)"