KETIDAKBERDOSAAN KRISTUS
Ketidakberdosaan Kristus
Kekristenan
memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan agama yang lainnya karena dari
sisi Pribadi yang disembah, karya-karyaNya, ajaranNya, bahkan inkarnasi Yesus
sebagai manusia yang bertujuan untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa.
Keunikan inilah yang mendorong semangat para teolog untuk meneliti lebih dan
lebih lagi apa saja yang tertulis dalam Alkitab dengan tujuan mereka yang
berbeda-beda .
Pertanyaan-pertanyaan
kritis yang cenderung mendebat karena ingin menjatuhkan nilai kekristenan sudah
dipelajari dan dikemas sedemikian rupa hingga menjadi sebuah pandangan bahkan
ajaran baru dalam kekristenan. Salah satu pertanyaan yang membuat banyak orang
Kristen akhirnya mengalami kebingungan adalah “Apakah Yesus dapat berdosa ketika Ia berada di dunia?” lalu
munculah berbagai pendapat dan pandangan mengenai hal ini, biasa dikenal dengan
“The Impactibility of Christ” /
“Ketidakberdosaan Kristus”.
Dari
isu-isu yang ada mengenai ketidakberdosaan Kristus membuat kami ingin mengkaji
hal ini melalui buku-buku pustaka dan berusaha membahas pandangan ini secara
hati-hati dan menetapkan hati untuk kembali pada apa yang dikatakan oleh
Alkitab. Adapun hal yang dibahas adalah pengertian kata ketidakberdosaan
Kristus, kerumitan-kerumitan dari topik ini, pandangan-pandangan keliru
mengenai topik ini, dan pandangan-pandangan
yang mengkaji hal ini dari apa yang Alkitab
katakan sehingga pandangan ini dapat membantu kita untuk
memahami walaupun masih mungkin mengalami kebingungan, dari kebingungan inilah
yang membuat kita semangat untuk terus belajar terus menerus dan pastinya
memohon bimbingan dan penerangan dari Roh Kudus.
A.
DEFINISI
Ketidakberdosaan Kristus adalah paham yang memegang bahwa
Yesus tidak dapat / Impaccability.[1]
B.
MAKNA
KETIDAKBERDOSAAN KRISTUS
Pada waktu kita berbicara
tentang ketidakberdosaan Kristus, kita biasanya menunjuk pada kemanusiaan-Nya.
Tidaklah penting untuk berbicara tentang ketidakberdosaan dari perspektif
keilahian Kristus sebab kita memahami dengan baik bahwa sebagai Allah (yang
ilahi), Ia tidak dapat berdosa dan tidak melakukan dosa. Yang manarik adalah
bahwa doktrin ketidakberdosaan Kristus tidak pernah diperdebatkan, bahkan bidat
yang paling menakutkan dalam sejarah gereja pun tidak pernah menyangkali
ketidakberdosaan Kristus.[2]
Ketidakberdosaan Tuhan kita
berarti bahwa
Ia tidak pernah melakukan apa pun yang tidak menyenangkan Allah atau melanggar
Hukum Taurat yang harus ditaati semasa hidup-Nya di bumi atau gagal menampakkan
kemuliaan Allah dalam masa hidup-Nya (Yoh. 8:29). Itu termasuk keterbatasan
kehidupan-Nya yang tanpa dosa yang mengiringi kemanusiaan-Nya; contohnya, Ia
merasa letih (Yoh. 4:6); Ia merasa lapar (Mat. 4:2; 21:8); Ia merasa haus (Yos.
19:28); Ia tidur (Mat. 8:24). Tetapi dalam setiap tahapan hidup-Nya, masa bayi,
masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, Ia suci dan tanpa dosa.[3]
C. PERDEBATAN MENGENAI KETIDAKBERDOSAAN KRISTUS
Konsep bahwa Ia tidak mungkin berbuat
dosa disebut “tanpa dosa” (non posse peccare) sedangkan konsep bahwa ia mungkin
dapat, apakah ia melakukannya atau tidak, adalah “tak bercela” (posse non
peccare). Kaum
konservatif setuju bahwa Kristus tanpa dosa tapi mereka tidak setuju dengan
pertanyaan apakah Ia dapat atau tidak dapat berbuat dosa sedangkan Kaum Liberal
berpendapat bahwa tidak saja Ia dapat berbuat dosa tetapi Ia juga melakukannya, mereka mengkominasikan posse non peccare
dengan keberdosaan padahal konsep
posse non peccare tidak perlu
memasukkan keberdosaan dan kaum konservatif tidak memasukkannya.
Salah satu kesulitan yang berkaitan
dengan doktrin ketidakberdosaan Kristus ini adalah sehubungan dengan Ibrani
4:15 “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat
turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah
dicobai, hanya tidak berbuat dosa.” Apabila Kristus dicobai sebagaimana halnya
dengan kita, bagaimana Dia dapat tetap tidak berdosa? Masalahnya menjadi lebih
besar pada waktu kita membaca Yakobus 1:14-15 “Tetapi tiap-tiap orang dicobai
oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila
keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah
matang, ia melahirkan maut.”
Kita lihat bahwa Yakobus menjelaskan
tentang adanya keinginan untuk berdosa yang ada di dalam diri manusia. Keinginan-keinginan
ini sendiri sudah merupakan dosa. Apabila Yesus dicobai sama seperti kita, maka
itu seakan-akan berarti bahwa Yesus memiliki keinginan untuk berdosa. Ini
sebenarnya yang dimaksudkan oleh kitab Ibrani pada waktu Yesus dinyatakan
“tidak berdosa”. Yesus memang mempunyai keinginan-keinginan, tetapi Dia tidak
mempunyai keinginan untuk berdosa. Setan mencoba untuk membujuk Yesus supaya
makan pada waktu Ia sedang berpuasa. Pada waktu itu Yesus benar-benar merasa
lapar secara fisik dan oleh sebab itu Dia memiliki keinginan untuk makan
sesuatu, dan bukan merupakan suatu dosa untuk menginginkan makanan. Dalam
pencobaan ini, Yesus bertekad untuk menaati kehendak Bapa-Nya. Dia tidak mempunyai
keinginan untuk berdosa.[4]
D. PANDANGAN
KELIRU MENGENAI KETIDAKBERDOSAAN KRISTUS
Betapa sulitnya memahami bahwa di dalam
satu pribadi hidup, bergerak, bernapas, berbicara yang adalah Allah sepenuhnya
dan manusia sepenuhnya! Betapa sulitnya memahami bahwa di dalam satu pribadi
dapat ditemukan keillahian sejati dan kemanusiaan yang sejati.Ketidak berdosaan
kristus menjadi pokok pemasalahan yang banyak diperdebatkan yaitu:
1. Dapatkah
kristus dicobai
2. Dapatkah
Ia berbuat dosa
3. Bagaimana
keputusan kehendakNya
Para teolog
ortodoks pada umumnya setuju bahwa Yesus tidak pernah melakukan dosa apapun
juga.tetapi apakah ketidakberdosaan kristus itu adalah sama dengan
ketidakberdosaan adam sebelum ia jatuh?jika kristus dicobai waktu Dia berpuasa
selama 40 hari dapatkah Dia berbuat dosa seperti ketika adam dicobai?
Ada beberapa pandangan
tentang kristus bisa berbuat dosa:
a. Kristus
dapat berbuat dosa dan dapat dicobai sebab Ia adalah manusia sejati.
b. Ada
konflik dalam pribadi kristus :tabiat insaniNya menimbulkan kehendak untuk
dapat berbuat dosa,sedangkan tabiat ilahiNya menimbulkan kehendak untuk tidak
dapat berbuat dosa.[5]
Dalam keadaan sebagai manusia
sejati Yesus memiliki keterbatasan secara mausia,keterbatasan itudapat dilihat
ketika Dia berpuasa 40 hari dimana Yesus secara manusia kalau dilihat Dia
memiliki keinginan yang ditandai dengan rasa lapar dan haus.Yesus tidak hanya
memiliki keterbatasan fisik secara manusia,tetapi juga secara psikologis dan
emosionil.Sebagai contoh Ia tidak bebas dari pilih kasih,merasa sedih dan
gentar,serta mengungkapkan dukacita dan marah.Untuk menghadapi salibpun Yesus
harus berjuang dengan diriNya,sisi kemanusiaanNya berusaha menghindar dari
penderitaan dan penyalibanNya.Di getsemani Yesus sedang dalam situsai sulit
untuk mengambil keputusan dalam mentaati misi Allah ,ketika Dia berdoa Yesus mengalami
perubahan drastis yaitu berileh kekuatan untuk memutuskan bahwa Dia akan
mentaati kehendak BapaNya.Yesus menghadapi kesulitan untuk menghadapi kesulitan
untuk menghadapi kesulitan,hampir mungkin untuk mengatakan bahwa Yesus memiliki
pikiran ganda pada titik terlemahNya sebagai manusia.[6]Ketika
Yesus dicobai berarti Yesus juga terlibat dalam dilema sebagai manusia,karena
dilema adalah bagian dari apa artinya menjadi manusia,yang bisa mencapai
ketinggian dan juga bisa tenggelam.[7]
E.
MEMBUKTIKAN KETIDAKBERDOSAAN
KRISTUS DARI KELAHIRANNYA[8]
1)
Kelahiran
dari anak dara : Kejadian 3:15 dikenal
sebagai protoevangelium karena itu adalah nubuat pertama tentang Kristus. “ada
perseteruan antara setn dengan Mesias, hal itu dinyatakan dengan frase “benih
perempuan” hanya berbicara tentang Maria dan menunjuk pada kelahiran anak dara;
Mesias lahir dari Maria. Mat. 1:16 juga menekankan frasa ini “dari siapa” (Yun.
Hes), kata ganti relative feminine, menekankan Yesus dilahirkan tanpa campuran
Yusuf.
2)
Yesus
dari benih Roh Kudus : Nazaret bukanlah suatu
tempat yang penting. Sebagian kota perbatasan, Nazaret berada di Palestina
utara dan terletak di lembah tinggi tidak jauh dari jalan-jalan besar yang
dilalui kafiah-kafiah niaga. Karena pemerintah tidak selalu dapat mengawasi
kawasan ini secara politis, kebebasan gaya hidup dan sudut pandang menjadi ciri
sebagian besar penduduknya. Tradisi budaya Yahudi cenderung memandang penduduk
Nazaret dengan sebelah mata dan menghina, sebab kota itu terletak di Galilea,
bukannya di Yudea, tetapi keadaan ini mungkin cocok untuk Yusuf. Keadaan Maria
waktu hamil beda dengan Elizabet sepupunya. Elizabet bisa duduk dan israhat
dirumah, Maria justru sebaliknya harus
menempuh perjalanan jauh dan tidak bisa istrahat. Ia memikirkan banyak hal mengenai
saudaranya itu. Selain itu ia juga memikirkan bagaimana ketika ia melahirkan
nanti, setidaknya Elizabet berada dirumah dengan keluarganya dengan bidan yang
siap membantunya. Apa yang harus ia lakukan ketika ketubannya pecah, sehingga
bayinya lahir masih diperjalanan? Apa yang diharapkan dari Yusuf? Bagaimanapun
bayi itu bukan anak Yusuf.
Maria berusaha menyembunyikan
kehamilannya, tetapi Yusuf mengetahuinya. Akan tetapi Yusuf peduli terhadap
Maria. Ia adalah laki-laki yang baik. Ia mau menceraikannya secara diam-diam.
Tetapi di dalam mimpi ia bertemu Malaikat dan berkata kepadanya:“Yusuf, anak
Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu. Anak yang didalam
kandungannya ialah dari Roh Kudus.
Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamai Dia Yesus, karena
Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka.”
Hal itu juga telah dikatakan Malaikat
kepada Maria; “Jangan takut, Maria. Allah sangat mengasihimu. Sesungguhnya,
engkau akan mengandung, melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah kamu
menamai Dia, Yesus. Dia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah yang
maha tinggi. Tuhan akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapak
leluhur-Nya, dan Dia akan memerintah atas kaum keturunan Yakub sampai
selama-lamanya. Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.”
Maria percaya bahwa tidak ada yang
mustahil bagi Allah, walau hal itu jauh melampaui pemahamannya. Malaikat itu berkata bahwa Roh Kudus akan
melakukannya. Maria menanggung resiko yang fatal apabila kehamilannya diketahui
oleh masyarakat, karena ia masih tunangan belum menikah, ia akan dihukum mati
“di rajam batu” sesuai hukum atau tradisi Yahudi. Tetapi Maria tidak memikirkan
hal itu, ia mejawab Malaikta Gabriel “Aku
ini hamba Tuhan. Jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
Bukan karena mimpi itu mudah ditaati-ia
diminta untuk mempercayai bahwa Maria masih tetap perawan, bahwa Allah-lah yang
memulai kehamilan itu, dan bahwa anak Maria akan menjadi Juruselamat Israel.
Segera sesudah mimpi itu, Yusuf mempercepat tanggal pernikahannya dengan Maria
dan sampai Anak itu lahir Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria istrinya. Di usia
hamil tua, pemerintahan Romawi mengadakan sensus didaerah itu, termasuk Nazaret. Karena Yusuf keturunan Daud, ia dan keluarga dekatnya
diminta, untuk keperluan sensus ini, mendaftarkan dikota asal Daud, yaitu Betlehem. Kemudian Yusuf membawa
istrinya dan menempuh perjalanan jauh dari dataran rendah Nazaret ke dataran
tinggi Betlehem (96 KM), diperbukitan Yudea selatan,
3)
Mengapa
Betlehem? Beberapa abad sebelumnya, nabi Mikha
telah meramalkan bahwa Betlehem akan menjadi tempat kelahiran Mesias. Tak lama
setelah mereka tiba, Maria melahirkan dan mereka menamai Anak itu, Yesus. Bayi
itu dibungkus dengan lampin, dan Ia dibaringkan diatas palungan. Betlehem
merupakan tempat peternakan domba. Kabar kelahiran Mesias didengar oleh gembala
domba.
Maria dan Yusuf berusaha memahami semua
ini. Perlu waktu bertahun-tahun sebelum akhirnya mereka sungguh-sungguh
memahami akibat dan arti dari peristiwa-peristiwa luarbiasa sekitar kelahiran
Yesus. Tetapi selain itu, meskipun Yesus tidak memiliki hubungan darah dengan
Yusuf, Dia adalah putra sah Yusuf melalui adopsi. Karena Yusuf adalah keturunan
Raja Daud, maka Yesus secara hukum
berada digaris keturunan raja. Meskipun Dia mempunyai kelahiran adikodrati,
silsilah keluarga-Nya dengan lengkap menerangkan kemanusiaan Yesus. Ia
dilahirkan di masyarakat dengan tradisi-tradisi agama dan budaya yang penting.
Dalam upacara sunat, Dia resmi diberi nama Yesus. Maria dan Yusuf melakukan
penyerahan bayi di Bait Allah, mereka tercengang atas tindakan orang yang yang
ada dibait Allah. Pertama Simeon, ia memandang Maria dan mengatakan ramalan
yang menyenangkan sekaligus mencemaskan; “sesungguhnya Anak ini, ditentukan
untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang Israel. Banyak yang akan
mencela-Nya dan pikiran-pikiran yang tersimpan dihati manusia akan
diungkapkan-Nya. Lalu, Hana seorang nabiah, ia mengatakan bahwa Yesus adalah
yang dinanti-nantikan setiap orang untuk menyelamatkan Yerusalem. Penegasan,
bahwa bayi ini adalah bukan bayi biasa, Dia adalah Mesias yang sudah lama
diramalkan dan diharapkan.
Masa
kanak-kanak Yesus tidak banyak diketahui. Legenda-legenda yang tak pasti
menceritakan mujizat-mujizat masa kanak-kanak dan kekuatan-kekuatan
adikodrati-Nya, tetapi kisah-kisah ini muncul jauh setelah kematian Yesus dan
tidak terbukti secara historis. Yang kita ketahui bahwa masa kanak-kanak-Nya
positif: Dia tumbuh menjadi kuat, bijaksana dan menyatakan kasih karunia Allah
melalui hidup-Nya.
F.
KETIDAKBERDOSAAN
KRISTUS MENURUT ALKITAB
Salah satu perihal
yang harus diketahui untuk memiliki iman yang benar kepada Kristus adalah
kehidupan-Nya yang tanpa dosa. Dalam hal ini, keempat Injil sepakat, bahwa
Yesus Kristus hidup tanpa dosa. Memang tidak semua tindakan-Nya diceritakan,
tetapi semua tindakan-Nya selama di dunia, telah dirumuskan oleh para saksi
mata sebagai tindakan yang tanpa dosa. Dia lah satu-satu-Nya manusia yang
sempurna. Dia lah satu-satu-Nya pribadi yang mampu mencapai tujuan atau sasaran
Allah dalam kehidupan-Nya. Hanya Dia saja, yang mampu memuliakan Allah dari
setiap detik waktu yang dihabiskan-Nya, dan dari setiap tindakan yang
dilakukan-Nya.
Louis Berkhof mengatakan: Alkitab jelas mengakui ketidakberdosaan
Kristus dalam ayat-ayat berikut: Luk 1:35; Yoh 8:46; 14:30; II Kor 5:21; Ibr
4:15; 9:14; I Pet 2:22; I Yoh 3:5. Kendatipun secara hukum Yesus dijadikan
berdosa, secara etis Ia bebas dari segala kecemaran oleh karena keturunan
maupun dosa karena perbuatan. Ia tidak pernah menyatakan pengakuan karena
kesalahan moral; dan juga Ia tak pernah bergabung dengan para murid-Nya berdoa:
“Ampunilah dosa-dosa kami.” Ia dapat menantang musuh-musuh-Nya untuk
menunjukkan dosa-Nya. Alkitab bahkan menyebutkan bahwa Dia adalah satu-satunya
manusia ideal, Ibr 2:8,9; I Kor 15:45; II Kor 3:18; Flp 3:21. Lebih lanjut,
nama “Anak Manusia” dijadikan nama diri oleh Yesus, tampaknya untuk menunjukkan
bahwa Ia adalah jawaban bagi gambaran kemanusiaan yang sempurna.[9]
Banyak sekali ayat Alkitab yang
menyatakan bahwa Yesus adalah manusia yang tidak berdosa, atau satu-satunya
manusia yang hidupnya sempurna di hadapan Allah. Jika saudara belum pernah
menemukan ayat-ayat yang menyatakan ketidakberdosaan kehidupan Tuhan Yesus,
saudara harus membuka ayat-ayat yang telah dipaparkan Prof. Louis Berkhof di
atas. Ayat-ayat yang dipaparkannya sangat akurat. Dan salah satu ayat yang
patut diingat adalah perkataan Rasul Yohanes dalam 1 Yoh. 3:5 yang menyatakan,
“Dan kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan diri-Nya, supaya Ia menghapus segala
dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa.”[10]
Berikut ayat-ayat Alkitab yang
membuktikan ketidakberdosaan Kristus[11]
-
Tuhan Yesus
diberitakan sebagai Anak Kudus (Luk. 1:35).
-
Ia menantang
musuh-musuhNya untuk membuktikan apakah Ia seorang berdosa, yang memang tidak
dapat dilakfukan mereka (Yoh. 8:46).
-
Selama pemeriksaan di
pengadilan dan penyaliban-Nya, Ia diakui tak bersalah sebanyak sebelas kali
(oleh Yudas, Mat. 27:4; oleh Pilatus enam kali, 27:24; Luk. 23:14, 22; Yoh.
18:38; 19:4,6; oleg Herodes Antipas, Luk. 23:15; oleh isteri Pilatus, Mat.
27:19; oleh penjahat yang bertobat, Luk. 23:41; dan oleh serdadu Romawi, Mat.
27:54).
-
Lebih lanjut, tidak
ada catatan tentang Tuhan kita mempersembahkan satu korban pun, meskipun ia seringkali
ke sinagoge. Tidak adanya tentang keterangan tentang hal ini memberikan fakta
bahwa Ia tidak perlu berbuat demikian karena ia tanpa dosa.
-
Paulus juga dalam
suratnya memberikan kesaksian tentang Tuhan kita bahwa “Ia tidak mengenal dosa”
(II Kor. 5:1).
-
Petrus juga menyatakan
bahwa Kristus tidak melakukan dosa apa pun, dan juga tipu tidak ada dalam
mulut-Nya (I Petr. 2:22). Ia adalah Anak Domba yang tidak bernoda dan tidak
bercacat cela (1:19).
-
Yohanes menegaskan
kebenaran yang sama ketika Ia mengatakan bahwa di dalam Kristus tidak ada dosa
(I Yoh. 3:5).
-
Penulis surat Ibrani
sendiri memberikan kesaksian tentang keridakberdosaan Kristus dengan beberapa
frase yang indah dan tegas: Ia tidak berbuat dosa (4:15); Ia saleh, tanpa
salah, tanpa noda, terpisah dari orang-orang berdosa (7:26), dan tidak perlu
untuk mempersembahkan korban untuk dosa-Nya sendiri (7:27).
Ketidakberdosaan
Kristus dan godaan-godaan yang dialamiNya diumpamakan sebagai sampan dan kapal
perang. Sampan dengan penumpang-penumpang-penumpangnya bisa berusaha sekaut
mungkin untuk menang atas kapal perang tapi kapal perang lebih kuat sehingga
tidak mempan atas perlawanan apapun. [12]
Peccability / Kristus dapat berdosa
mengandung pengertian bahwa Ia lemah tapi sudah jelas bahwa absennya dosa dari
Kristus membuktikan Dia tidak dapat berdosa dan lagi ketika mengenal
sifat-sifat yang dimiliki oleh Kristus menjadi bukti bahwa Dia tidak dapat
berdosa dan sifat-sifatNya yaitu,
-
Kemahakuasaan-Nya
dalam Matius 28:18 yang menunjukan Kuasa-Nya tak terbatas sehingga mampu
menolak dosa yang mencobai sifat kemanusiaan-Nya.
-
Kemahatauan-Nya dalam
Yohanes 2:25 menunjukkan bahwa Ia tahu semuanya sebelum Iblis bergerak dan
mengambil tindakan apapun. Hawa dan Yesus sama-sama dicobai oleh Iblis namun
Hawa bisa ditipu karena keterbatasannya dimana pikiran, perasaan, dan
kemampuannya dapat dipermainkan oleh Iblis sedang Yesus adalah Maha Tahu ,
tubuhNya kekal(Kisah Para Rasul 7:55; Matius 26:64), dan Ia tahu konsekuensi
dosa di depan maka itu Ia tidak dapat berdosa.
Selain
itu, kehendak dan otoritas Kristus yang merupakan bukti bahwa Dia tidak dapat
berdosa karena kehendak Kristus adalah melakukan kehendak Bapa (Matius
26:39,42; Yohanes 5:30). Kristus memiliki otoritas penuh atas diri-Nya(Yohanes
10:18). Jika Dia memiliki otoritas atas hidup dan mati maka itu Dia juga
memiliki otoritas untuk tidak berdosa.
G. KONTRIBUSI TOPIK INI BAGI KEKRISTENAN
1.
Ketidakberdosaan Kristus bukan hanya sebuah teladan bagi
umat manusia, tetapi merupakan suatu hal yang fundamental dan keharusan bagi
keselamatan kita.
Dengan
pengertian bahwa apabila Kristus yang menebus dosa seluruh umat manusia
bukanlah domba yang tidak bercacat cela, maka bukan saja Ia tidak dapat
menjamin keselamatan seluruh umat manusia melainkan Ia sendiri pun membutuhkan
juruselamat karena ia memiliki cela. Dosa yang begitu banyak dan besar yang
ditanggung oleh Yesus Kristus di atas kayu salib menuntut suatu pengorbanan
yang sempurna. Pengorbanan itu harus dilakukan oleh seseorang yang tidak
berdosa. Dan karena Kristus memang tidak berdosa maka Ia memang adalah
juruselamat manusia yang sejati yang telah menebus dosa umat manusia.
2.
Ketidakberdosaan
Kristus menyatakan bahwa Ia secara total bebas dari
pelanggaran dan ketaatanNya.
Dia
tidak melanggar satu pun dari Hukum Allah yang kudus dan menaati hukum orang
Yahudi, yaitu disunat dan dibaptis. Kristus sangat suka untuk menaati seluruh
Hukum Allah bahkan
Dia bertekad melakukan kehendak Bapa di surge, Ia berkata sebagaimana tertulis dalam
kitab Injil bahwa cinta-Nya kepada rumah Bapa-Nya telah menghanguskan Dia (Yoh.
2:17) dan makanan-Nya adalah melakukan kehendak Bapa-Nya (Yoh. 4:34).
3.
Ketidakberdosaan-Nya
meyakinkan kita bahwa Yesus berhak untuk menjadi korban yang sempurna bagi
dosa-dosa manusia.
Hal ini karena keselamatan manusia menuntut dua aspek dalam karya penebusan dimana Yesus bukan hanya harus menjadi pengganti kita dan menerima penghakiman oleh karena dosa-dosa kita tetapi Dia juga harus menggenapi Hukum Allah secara sempurna supaya oleh karena Dia manusia memiliki hak untuk menerima berkat-berkat dari Ikatan Perjanjian Allah. Yesus bukan hanya mati sebagai yang sempurna untuk yang tidak sempurna, yang tidak berdosa untuk yang berdosa, tetapi Ia juga telah hidup di dalam ketaatan yang sempurna untuk memenuhi tuntutan demi menyelamatkan kita.
PENUTUP
Pembahasan diatas
memperlihatkan keyakinan dalam hampir seluruh Kitab Perjanjian Baru bahwa Yesus
tidak berdosa. Luasnya bukti tentang keyakinan ini meniadakan pendapat bahwa
kepercayaan akan ketidakberdosaan Yesus merupakan sesuatu yang bertumbuh pada
kemudian hari. Keyakinan ini sama sekali tidak akan bertumbuh jika tidak
benar-benar berakar dalam bukti sejarah. Sangat mengesankan bahwa tidak ada
laporan yang bertentangan dengan keyakinan bahwa Yesus tidak berdosa; hal ini
harus diperhitungkan bila menilai pentingnya ajaran ini.
Pentingnya ketidakberdosaan Yesus terletak pada
hubungannya dengan inkarnasi. Benih Yesus
dan benih manusia berbeda, Yesus dikandung dari Roh Kudus dengan meminjam rahim
Maria sedang manusia dari orang tua yang sudah memiliki dosa warisan sehingga
bertolak dari sini saja sudah terlihat bahwa kemanusiaanNya tidak bisa
disamakan sepenuhnya seperti kemanusiaan kita.
Pandangan Perjanjian Baru ialah bahwa Yesus harus menjadi manusia untuk
menyelamatkan manusia, tetapi itu tidak berarti bahwa Ia harus terlibat dalam
dosa manusia dan dari benihnyapun antara manusia
Jadi, kita dapat mencatat bahwa dalam Kitab Suci tidak ada suatu pembahasan mengenai apakah ketidakberdosaan Yesus berarti bahwa Ia tidak dapat berdosa atau bahwa Ia dapat tidak berdosa. Pertanyaan itu bersifat spekulatif,ketidakberdosaan itu lebih tepat dikatakan bahwa kehendak Allah yang sempurna begitu sama dengan kehendak Yesus yang sempurna sehingga perbuatan atau bahkan keinginan yang tidak cocok dengan kehedak sempurna itu tak terpikirkan oleh Yesus.
[1] Pdt. Chris
Marantika, Th.D., D.D, Kristologi
(Iman
Press,Yogyakarta), 69.
[2] R. C. Sproul, Kebenaran-Kebenaran
Dasar Iman Kristen (SAAT; Malang;1998), 115.
[3] Charles Ryrie, Teologi
Dasar I (ANDI; Yogyakarta; 1991), 357.
[4] Kebenaran-Kebenaran
Dasar Iman Kristen, 116.
[5] Ichwei G.Indra, Allah-Manusia
Sejati, 48-49.
[6] Dr. Thomas Hwang, Kristologi,
(AMI Publication, 2011), 165-172.
[7] FRANCIS A.Schaeffer, ALLAH
YANG ADA DI SANA (Momentum, 2012), 141-142.
[8] Leith Anderson, Yesus
(Gloria Graffa), 9-29.
[9] Louis Berkhof, Teologi
Sistematika: Doktrin Kristus (Surabaya: Penerbit Momentum, 2011), 37-38.
[10] Ev.David
Kristanto, Makalah Kristologi, 14.
[11] Charles Ryrie, Teologi
Dasar I (ANDI: Yogyakarta, 1991), 358.
[12] Chris Marantika, Th.D.,
D.D, Kristologi (Iman Press,Yogyakarta), 70.
Posting Komentar untuk "KETIDAKBERDOSAAN KRISTUS"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.