Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Gereja sejati

 

Pengertian Gereja sejati

Pengertian Gereja sejati

PENDAHULUAN 

LATAR BELAKANG

Gereja terdiri dari dua pemahaman yaitu gereja dalam artian yang behubungan dengan gedung Gereja seperti Pentakosta, Protestan, Katolik dan lain sebagainya yang merupakan tempat perkumpulan orang-orang percaya. Dan ada juga gereja yang menekankan pribadi orang percaya (percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat). Dikalangan sekarang ini ada banyak gereja-gereja dengan berbagai aliran dengan pemahaman dan dokrtin yang berbeda-beda. Dimana gereja-gereja ini merupakan perkumpulan orang-orang yang mengaku bahwa dirinya adalah orang-orang percaya.

Jika kita kembali meninjau bahwa, Gereja hanya ada satu, bukan dua apalagi tiga. Kristus adalah kepala gereja sejati, yang selalu memperhatikan gereja-Nya, dan menuntut agar gereja tetap hidup dan berkarnya sesuai ketetapan-Nya. Itu ideal teologis alkitabiahnya.[1] Jadi walaupun gereja begitu banyak di dunia ini dengan tatanan ibadah yang beragam kepalanya hanya satu yaitu Yesus Kristus dan akan mengikuti ajaran Kristus. karena lewat karya Kristus, dengan kebangkitannya, dan tercurahnya Roh Kudus, disitulah dimulai berdiri gereja yang sejati. Yesus Kristus adalah dasar dari gereja dan Roh Kudus adalah oknum pendirian gereja.

  

GEREJA SEJATI

A.    PENGERTIAN GEREJA SEJATI

Gereja sejati adalah gereja yang benar-benar gereja, bukan paslsu tetapi gereja asli. Mengapa orang percaya dikatakan gereja? Karena kepercayaan kepada Kristus Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan didiami oleh Kristus melalui pendiaman Roh Kudus. Inilah yang disebut dengan gereja sejati.

Sebuah gereja tidak bisa menjadi gereja sejati jika tidak berdoa atau mengasihi. Sebuah gereja yang mengajarkan dan meresponi firman Allah dengan tepat, tentu akan berdoa lebih banyak dan mengasihi lebih banyak dalam pengertian ini mungkin akan lebih bermanfaat untuk memahami doa dan kasih sebagai hasil praktek dari ciri pertama, Firman Allah. Wawasan ini menolong kita untuk memahami bahwa ketika ada perbedaan pendapat para teolog yang mungkin terus menyarankan ciri-ciri untuk gereja tidak satu pun dari gagasan mereka yang menggantikan atau melampaui arti pentingnya ciri pertama dari gereja, pengajaran dan respon yang tepat terhadap pesan Alkitab. Jadi Gereja sejati adalah gereja yang menundukkan dirinya sendiri kepada pengajaran Alkitab.

 

B.    SYARAT-SYARAT BERDIRINYA GEREJA SEJATI[2]

1.    Kelahiran baru

Gereja yang sejati bukanlah merupakan hasil usaha manusia semata. Gereja bukanlah hasil suatu pengaturan manusia gereja lahir. Dalam Ibrani 12:23 gereja disebut sebagai “jemaat anak-anak sulung". Maksudnya kelahiran baru merupakan syarat pertama dalam mendirikan gereja ini.

2.    Baptisan Roh

Alkitab mengatakan “sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis dalam satu Roh kita semua diberi minum dari satu Roh” (I Kor. 12:13). Pada mulanya baptisan Roh ini terjadi pada hari pentakosta (KPR. 1:4,5; 2:1-4; 11:15-17). Hanya Tuhan yang dapat membaptis dengan Roh Kudus (Mrk. 1:8), dan hanya Ia yang dapat menambahkan jumlah anggota gereja (KPR. 2:47; bandingkan dengan 5:14; 11:24). Kristus mengatakan bahwa Ia akan membangun gereja-Nya (Mat. 16:18). Semua orang pada zaman ini dibaptiskan menjadi anggota gereja, yaitu tubuh Kristus.

 

C.    ROH KUDUS DALAM GEREJA[3]

1.    KEDATANGAN DAN BAPTISAN ROH

a.    Dinubuatkan oleh Para Nabi di dalam Perjanjian Lama

Yes. 44:3; Yeh. 39:29; Yoel. 2:28-29

b.    Diumumkan oleh Yohanes Pembabtis

Mat, 3:11; Mrk. 1:8; Yoh. 1:26-33;

c.     Dijadikan oleh Kristus

Luk. 24:49; Yoh. 14:16-20; Yoh. 15:26; Yoh. 16:7-15; Kis. 1:5; 1:8

d.    Direalisasikan di dalam sejarah

Kis. 2:1-4; 2:33; 5:32; 8:17; 10:44-47; 11:15-17; 19:6; 1 Kor. 12:13; Gal. 4:6; Ef. 4:4.

e.    Dimanifestasikan di dalam kehidupan orang percaya. Menyatukan pertobatan dan iman, Kis. .2:37-38; 8:12-20; 16:31-34; 18:8; 22:16. Dinyatakan dalam baptisan air, Mat. 28:19; Kis. 2:38-41; 8:12-17; 9:17; 10:47-48; 16:15; 19:2-6

f.     Menyatukan seluruh orang percaya dengan Tubuh Kristus

Rom. 6:1-10; 1 Kor. 12:12-13; Gal. 3:26; Ef. 4:3-4; Kol. 2:11-12; 1 Ptr. 3:18-21.

2.    ROH PELAYANAN DI DALAM GEREJA

a.    Roh dan pelayanan

o   Roh menetapkan para pemimpin

Kis. 20:28

o   Roh melimpahkan karunia

1 Kor. 12:4-11

o   Roh memberi arah kepada para pemimpin

Kis. 8:29; 13:2; 16:6-10

o   Roh menyediakan kuasa melayani

Kis. 1:8; 4:31; 4:33; 1 Kor. 2:4; 2 Kor. 3:6; 1 Tes. 1:5; 1 Ptr. 1:12

b.    Roh dan sakramen

o   Baptisan

Mat. 28:19;1Kor. 12:13; 1 Ptr. 3:21

o   Ibadah dan penyembahan

Ef. 5:18-21; Flp. 3:3.

c.     Roh dan pertahanan

o   Roh yang mendorong

Kis. 9:31.

o   Roh yang menumbuhkan dan menyatukan

1 Kor. 12:13; Ef. 2:19-22; 4:4

o   Roh yang memberi hikmat

Kis. 15:28

o   Roh yang berdiam

1 Kor. 3:16

o   Roh perantara

Rom. 8:26-27; Ef. 6:18.

o   Roh yang menyatakan berita Kristus

Why. 2:7

o   Roh yang menguduskan

Rom. 15:16.

 

D.   CIRI-CIRI GEREJA SEJATI

Menurut Luther dan Calvin, ciri gereja sejati adalah:[4] Pemberitaan firman Allah, dan Sakramen baptisan dan perjamuan kudus. Menurut Donald Bloesch ciri gereja sejati adalah:[5] Doa, dan Kasih.

Ciri-Ciri Gereja Yang Sejati[6]

1.    Esa

Keesaan gereja tercipta karena dialaskan pada satu Allah (Ef 4:1-6). Semua orang yang benar-benar termasuk dalam gereja merupakan satu umat dank arena itu gereja yang benar akan nyata dari kesatuannya. Namun keesaan ini tidak perlu berarti keseragaman secara total. Dalam PB terdapat berbagai macam pelayanan (1 Kor. 12:4-6), dan berbagai pandangan mengenai hal-hal yang kurang penting (Rom. 14:1-15:13). Terdapat keseragaman dalam hal keyakinan-keyakinan teologi mendasar (1 Kor. 15:11; Yud 3), namun keyakinan itu diberi penekanan berbeda-beda menurut masalah yang dihadapi para rasul (Rom. 3:20; bnd. Yak. 2:24; Flp. 2:5-7; bnd. Kol. 2:9-10). Kesatuan sejati dalam Roh Kudus dari semua orang yang lahir kembali adalah kenyataan, sekalipun ada perbedaan denominasi yang lahiriah. Maka ajakan dalam Perjanjian Baru untuk bersatu merupakan panggilan untuk memelihara kesatuan kehidupan mendasar yang telah diberikan oleh Roh Kudus yang satu melalui kelahiran kembali (Ef. 4:3).

Alkitab mengajurkan agar kesatuan diungkapkan sepenuhnya oleh umat Allah, namun diterangkan juga bahwa jika yang menjadi taruhan adalah hakikat kekristenan, maka pemisahan adalah sesuai sepenuhnya dengan kehendak Allah. Perjanjian Baru menunjukkan ajarannya mengenai kesatuan kepada kelompok-kelompok Kristen tertentu, dengan dampak langsung terhadap hubungan nyata bagi mereka (Ef. 2:15; 4:4; Kol. 3:15).

2.    Kudus

Umat Allah adalah “bangsa yang kudus” (1 Pet. 2:9). Artinya gereja adalah kudus, begitu juga setiap orang Kristen adalah kudus, berdasarkan persekutuannya dengan Kristus. Kita dipisahkan untuk menjadi milik-Nya dan diberikan-Nya kebenaran yang sempurna. Gereja berdiri dihadapan Allah “di dalam Kristus” tak bernoda dan tak bercacat secara normal. Perbedaan antara gereja nyata dan tidak nyata berlaku di sini, karena kekudusan ini hanya menjadi milik anggota jemaat yang menaruh kepercayaannya pada Kristus sebagai Juruselamat. Tentu belum ada gereja yang sempurna di dunia ini. Kehidupan di gereja-gereja di Perjanjian Baru ditandai kekhilafan, perpecahan, kegagalan moral dan ketidakstabilan, dan masalah-masalah seperti itu tetap ada sampai saat ini. Namun demikian, mau tidak mau, gereja Allah yang sejati pasti akan menunjukkan beberapa tanda kekudusan dan kemajuan menuju kekudusan yang lebih sempurna.

Perjanjian Baru jelas menunjukka, bahwa gereja adalah kudus. Kor. 1:1. Ef. 1:1; Kol. 1:2 umpamanya, menyebutkan tentang orang-orang kudus di seluruh Akhaya, yang di Efesus dan di Kolose, sedang 1 Kor. 1:2 dan Flp. 1:1 menyebutkan, bahwa jemaat adalah mereka yang dikuduskan di dalam Kristus, dan lain sebagainya. Oleh karena itu dapat disimpulkan, bahwa menurut Perjanjian Baru kekudusan jemaat bukanlah suatu hal yang abstrak, melainkan suatu kenyataan yang dihubungkan dengan apa yang telah terjadi dalam suatu perubahan yang radikal, yaitu perubahan dari hidup yang lama kepada hidup yang baru (bnd. Ef. 4:22; Rom. 8:2; 1 Yoh. 3:14; 1 Ptr. 2:9).

Orang Kristen adalah orang yang tidak sama dengan orang yang bukan orang yang bukan Kristen (bnd. Ef. 4:20), sebab orang Kristen adalah manusia yang baru, yang kudus (Ef. 4:24), suatu ciptaan yang baru (2 Kor. 5:17). Kata kudus berarti disendirikan, diasingkan. Kekudusan menunjuk kepada suatu hubungan. Hubungan di dalam pengasingan ini bukan bersifat statis melainkan penuh dinamika, suatu hubungan yang mendapat bentuknya dalam pelayanan kepada Tuhan. Jadi hubungan itu mengakibatkan adanya suasana yang baru. Kekudusan dihubungkan dengan hal berpegang kepada perintah Tuhan dan dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan Allah (bnd. Im. 20:7; Mat. 5:48; 1 Ptr. 1:16 dll)[7]

3.    Am

Kata “am” (atau “katolik”) berarti ‘menyangkut keseluruhan’. Istilah ini mula-mula menunjuk kepada gereja am untuk membedakannya dari gereja setempat. Kemudian artinya berubah menunjuk kepada gereja yang mengaku iman ortodoks untuk membedakannya dari bidat-bidat. Segi utama dari sifat am dalam gereja mula-mula adalah keterbukaannya dengan semua orang. Pada tingkat dasar ini ada tanda “am” harus diterapkan. Gereja-gereja yang menetapkan ujian-ujian lain harus diwaspadai. Gereja sejati tidak memberi tempat pada diskriminasi ras, warna kulit, status social, kecakapan intelektual atau moral, asal saja ada bukti pertobatan. Jikalau gereja benar-benar bersifat am, gereja harus universal (umum) sebab kasih Allah ditunjukkan kepada dunia. Bagaimanakah kita dapat mewujudkannya secara kongkrit? Kita harus mengingat, bahwa sifat katholikos atau am itu adalah suatu panggilan. Bahwa gereja bersifat katholikos, hal itu bukan berarti, bahwa gereja mengusai dan mempengaruhi seluruh dunia dan segala bidang hidup. Gereja yang am bukan gereja yang kuasa dan pengaruhnya diakui oleh seluruh dunia disegala bidang kehidupan.

4.    Rasuli

Seorang rasul adalah saksi tentang pelayanan dan kebangkitan Yesus, dan karena itu adalah pembawa Injil yang berwenang (Luk. 6:12-13; Kis. 1:21-22; 1 Kor. 15:8-10). Dalam Perjanjian Baru yang disebut “rasul” ialah kedua belas murid Yesus, Paulus, dan beberapa orang lain. Istilah “rasul” (apostolos) secara harafiah berarti ‘utusan’, dan Perjanjian Baru kadang-kadang mengacu pada rasul-rasul dengan arti yang lebih dengan arti yang lebih luas (Roma. 16:7). Dalam pengertian umum ini, semua orang yang diutus oleh Tuhan sebagai penginjil, pengkhotbah, pendiri gereja, dapat disebut ‘utusan’ dan berfungsi seperti rasul.

E.    KARAKTERISTIK DARIPADA GEREJA SEJATI

1.    Didirikan di atas Tuhan Yesus Kristus,

Kristuslah yang mendirikan gereja, melalui karya-Nya, kebangkitan-Nya. Dialah yang menjadi kepala atas gereja dan menjadi dasar bagi gereja-gereja. Oleh karena Dia adalah dasar maka gereja harus bertumpuk kepada dasar. Titik berat daripada gereja adalah kepada kristus, jadi ajaran, karakter semuanya harus berlandaskan kepada kristus.

2.    Dijadikan oleh Roh Kudus.

Tuhan Yesus telah menjanjikan Roh Kudus bagi muri-murid-Nya, yang merupakan pendiaman Kristus. melalui Roh Kudus. Jadi setiap gereja harus memiliki Roh Kudus yang selalu menyertai kehidupan gereja.

3.    Berisi semua orang-orang dari semua ras yang dengan demikian menjadi satu bangsa yang baru dalam pandangan Allah.[8]

Gereja sejati adalah gereja yang benar-benar percaya kepada Allah (Trust) mempercayakan diri sepenuhnya kepada Kristus.

F.    TANDA-TANDA DARI GEREJA YANG SEJATI[9]

Oleh karena dunia dipenuhi dengan ribuan institusi yang beragam yang disebut dengan gereja-gereja, dan karena ada kemungkinan institusi-institusi dan pribadi-pribadi di dalamnya untuk murtad, maka sangatlah penting untuk mengetahui tanda-tanda esensial dari kesejatian dan kesahan gereja yang kelihatan. Tidak ada gereja yang bebas dari kesalahan dan dosa. Hanya di surge gereja akan disempurnakan. Ada perbedaan yang berarti antara pencemaran yang mempengaruhi semua institusi dan kemurtadan. Oleh karena itu, adalah penting untuk mendefinisikan tanda-tanda dari gereja yang sejati untuk memelihara, melindungi, dan menggembalakan umat Allah.

Secara historis tanda-tanda dari gereja yang sejati telah didefinisikan sebagai berikut:

1.    Memberitakan Firman Tuhan dengan benar,

Meskipun gereja-gereja berbeda secara rinci dalam teologi dan di dalam tingkatan kemurnian doktrin, gereja yang sejati mengakui semua hal yang esensial bagi iman Kristen. Demikian pula gereja dinyatakan palsu atau sesat, apabila gereja itu menyangkali secara resmi esensi inti dari iman Kristen, misalnya keilahian Kristus, Tritunggal, pembenaran karena iman, penebusan Kristus, atau doktrin lain yang esensial bagi keselamatan. Contohnya, reformasi tidak mempersalahkan hal yang tidak prinsipil, melainkan tentang masalah doktrin keselamatan cardinal (yang pokok).

2.    Menggunakan sakramen sesuai dengan institusi mereka,

Gereja yang menyangkali atau menyepelekan sakramen yang diperintahkan oleh Kristus merupakan gereja yang salah. Pelecehan perjamuan Tuhan atau mengizinkan orang tidak percaya mengikuti perjamuan Kudus akan menunjukkan bahwa gereja tersebut bukan gereja yang sejati.

3.    Menjalankan gereja disiplin gereja.

Pelaksanaan disiplin gereja yang kadang-kadang dapat salah, baik dalam petunjunya, kekerasannya atau cakupannya, dapat terlihat kesalahannya sehingga kesalahannya tidak diakui. Contohnya apabila sebuah gereja terbuka dan tanpa pertobatan mendukung pelaksanaan atau menolak mendisplinkan dosa yang sangat keji dan menjijikkan, maka gereja itu telah gagal untuk memperlihatkan tanda dari gereja yang sejati.

Meskipun orang Kristen perlu diingatkan untuk tidak memiliki sifat memecah belah, atau bertengkar satu dengan yang lain, tetapi mereka juga harus diperingatkan untuk bertanggung jawab memisahkan diri mereka dari erkumpulan orang-orang yang sesat. Setiap gereja yang sejati akan memperlihatkan tanda-tanda sejati dari gereja pada derajat yang lebih besar atau lebih kurang. Reformasi dari gereja merupakan tugas yang tidak pernah berhenti. Kita berusaha untuk menjadi lebih setia pada panggilan untuk menjadi lebih setia pada panggilan untuk memberitakan kebenaran Firman Tuhan, Sakramen dan disiplin gereja.

a.       Gereja yang sejati memiliki tanda-tanda yang terlihat, yang dapat dibedakan dengan gereja sesat atau murtad.

b.      Pemberitaan injil merupakan keharusan bagi gereja yang sah.

c.       Peaksanaan sakramen-sakramen, tanpa pelecehan, merupakan salah satu tanda dari gereja.

d.      Disiplin terhadap bidat dan dosa yang menjijikkan merupakan tugas yang harus dijalankan oleh gereja.

e.       Gereja selalu membutuhkan untuk diperbaharui semakin seturut dengan Firman Allah.

Tanda-tanda gereja yang setia/sejati (Kolose 2:2-7)

a.    Gereja haruslah menjadi suatu gereja yang memiliki hati yang berani.

b.    Gereja haruslah menjadi yang anggota-anggotanya bersatu dalam kasih. Tanpa kasih tidak ada gereja yang sejati. System pemerintahan gereja dan upacaranya bukanlah persoalan. Hal-hal itu berubah dari waktu ke waktu dan dari satu tempat ke tempat lain. Satu-satunya tanda yang mencirikan gereja yang sejati adalah kasih terhadap Allah dan terhadap sesamanya. Ketika kasih padam, gereja pun mati.

c.    Gereja haruslah menjadi suatu gereja yang diperlengkapi dengan segala hikmat. Gereja yang sejati haruslah memiliki hikmat yang jernih sehingga ia dapat bertindak dengan sebaik-baiknya dalam keadaan apapun; hikmat yang dapat membedakan dan menangkap kebenaran secara instingtif ketika ia melihatnya; hikmat yang dapat menjadikan kebenaran dapat dimengerti oleh akal sehat dan menyampaikannya secara persuasif kepada orang lain.

d.    Gereja yang benar haruslah memiliki kuasa untuk menolak ajaran yang menyesatkan.

Dalam surat Kolose ini kita dapat melihat dan membedakan lima tambahan lain di samping Kristus yang yang diajarkan oleh guru-guru palsu. Mereka ingin mengajar manusia suatu filsafat tambahan (ay. 8), mereka ingin agar manusia menerima suatu sitem astrologi yang artinya adalah meyakini tentang unsur-unsur dunia adalah roh-roh alam semesta yang elemental (ada pada setiap benda, khususnya bintang-bintang dan planet (ay. 8). Mereka ingin memaksakan sunat pada orang-orang Kristen (ay. 11). Mereka ingin menetapkan peraturan dan ketetapan asketis (ay. 16, 20-23), hal-hal apa yang boleh dimakan dan diminum dan mengenai hari-hari yang yang harus dirayakan seperti hari raya dan puasa. Mereka ingin memperkenalkan penyembahan kepada para malaikat (ay. 18).[10]

 

KESIMPULAN

Gereja sejati adalah gereja yang menjadikan Kristus sebagai dasar, karena oleh karya-Nya, kebangkitan-Nya dan pendiaman-Nya melalui Roh Kudus, gereja itu ada. Titik berat daripada gereja adalah Kristus, segala ajaran-Nya, harus dipegang teguh oleh gereja-Nya, dan ajaran itulah yang harus diajarkan oleh gereja-Nya. Gereja sejati haruslah mengalami kelahiran baru, dan didiami oleh Roh Kudus. Bagaimana kita dapat mengetahuinya? Lewat buahnyalah kita dapat mengetahuinya. Gereja sejati harus memiliki kasih sama seperti Kristus.



[1]  Bigman Sirait, Gereja Yang Membumi, (Jakarta: Yapama), hal. 138

[2] Henry Clarence, Teologi Sistematika, (Malang; Gandum Mas, 2000), 486.

[3] ___________, Analisa Topikal Terhadap Alktab jilid I Allah, Kristus dan Roh Kudus, (Malang: SAAT, 2001), 317.

[4] Sung Wook Chung, Belajar Teologi Sistematika dengan mudah, (Bandung: Visi Press, 2004), 162.

[5]Ibid., 163.

[6] Bruce Milne, Mengenali Kebenaran, (Jakarta: Gunung MUlia, 1996), hal. 297.

[7] H. Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1979), 377.

[8] James Montgomery Boice, Dasar-Dasar Iman Kristen (Momentum; 2009), 656.

[9] R. C. Sproul, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen, (Malang: SAAT, 2002), 289.

[10] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari (Surat Filipi, Kolose dan 1 dan 2 Tesalonika), (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 197-205.

Posting Komentar untuk "Pengertian Gereja sejati"