Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Nubuat dalam Alkitab

 

Pengertian Nubuat dalam Alkitab

Pendahuluan

Nubuat memilki porsi yang besar di dalam Alkitab. Tentunya ada juga nubuatan-nubuatan di dalam Alkitab ada yang sudah digenapi dan ada pula yang belum digenapi.  Banyak penafsir Alkitab menunjukkan nubuat yang menurut mereka akan digenapi,sedang digenapi,dan belum digenapi pada masa sekarang. Sehingga pembahsan mengenai nubuatan ini menjadi bagian yang selalu hangat untuk dibicarakan.

Di masa sekarang ini khususnya dikalangan kekristenan ada banyak asumsi-asumsi atau pendapat yang keliru mengenai hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Bahkan tidak sedikit orang terjebak dengan pernyataan dari para hamba-hamba Tuhan mengenai hal-hal yang akan datang. Memang nubuatan merupakan bagian yang amat penting dari firman Allah. Meskipun demikian, sikap bahkan tanggapan orang percaya akan hal ini beragam, baik, dari segi minat maupun pandangan yang ada. Hampir semua kitab-kitab di dalam perjanjian baru mengandung nubuatan. Fokus makalah ini mengenai nubuatan yang belum terjadi,terlebuh khusus membahas mengenai nubuatan di dalam perjanjian baru. Pemahaman tentang nubuatan menjadi finishing touch kepada setiap doktrin Alkitab.  Adapun pembahasan di dalam pemakalah ini adalah mengenai etimologi kata nubuat,tujuan nubuat, pro-kontra mengenai nubuatan,penjelasan tentang pro-kontra dan kesimpulan.

1.    Etimologi  kata nubuat

Secara etimologi kata nubuat berasal dari kata yunani propheteia yang berarti prophecy.[1] Menurut kamus Merriam Webster kata prophecy ini dapat didefinisikan sebagai :

a.    A statement that something will happen in the future ( pernyataan tentang sesuatu yang akan terjadi dimasa yang akan datang )

b.    The power or ability to know what will happen in the future ( kuasa atau  kemampuan untuk mengetahui apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang )

Menurut Bauer-Danker propheteia atau nubuat memiliki beberapa pengertian :

a.     Tindakan untuk menafsirkan kehendak atau tujuan ilahi

b.     Karunia unutuk menafsirkan kehendak dan tujuan ilahi

c.     Ucapan orang  yang menafsirkan kehendak atau tujuan ilahi.[2]  

Jika kita mengacu kepada perjanjian baru, maka nubuat merupakan suatu karunia atau kemampuan seseorang untuk bisa menafsirkan apa yang yang menjadi tujuan dan kehendak Allah. Bisa dikatakan bahwa nubuat itu berisikan pesan Ilahi tentang hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang atau nubuat itu merupakan cara Allah  dalam mengkomunikasikan kehendak dan tujuanNya. Dalam hal ini Roh kudus memiliki peranan yang penting,di samping Dia merupakan pribadi yang terlibat dalam sebuah pewahyuan atau pengilhaman,Dia juga yang memberikan karunia kepada seseorang sehingga memiliki kemampuan untuk mengetahui kejadian-kejadian yang pasti terjadi di masa yang akan datang.

2.    Tujuan nubuat

Di dalam 1 korintus 14:3 berbunyi : “ Tetapi siapa yang bernubuat,ia berkata-kata kepada manusia,ia membangun,menasehati dan menghibur “. Hal ini memberikan kita pengertian bahwa nubuat itu memiliki tujuan. Paulus sendiri menjelaskan kepada kita bahwa nubuat  atau bernubuat itu tidak menunjuk kepada seorang nabi,seperti di dalam perjanjian lama,melainkan fungsi pelayanan dari tubuh kristus.[3]

Berdasarkan  1 korintus 14:3,tujuan nubuat itu dapat dibagi menjadi 3 :

a.    Untuk membangun ( edification )

Kata membangun di dalam ayat ini dapat diartikan sebagai “ the act of building up “ ( tindakan membangun ). Kata membangun ini berkaitan dengan hal-hal rohani ( pertumbuhan )yang ada hubungan dengan orang percaya. Sebagai contoh di dalam roma 14:19. Kamus oxford mendefinisikan edification sebagai : “Formal the moral or intellectual instruction or improvement “.

b.    Untuk menasehati  ( exhortation )

Menurut kamus Merriam Webster kata exhortation dapat di definisikan dengan 2 hal:

Ø  An act or instance of exhorthing ( suatu tindakan untuk menasehati )

Ø  Language intended to incite and  encourage ( bahasa yang bertujuan untuk mendorong )

c.    Untuk menghibur ( comfort )

Dalam bahasa yunani kata menghibur diterjemahkan dengan kata παραμυθίαν yang dapat diartikan dengan berbicara atau perkataan yang membangkitkan harapan tentang apa yang akan terjadi sehingga memberikan kenyamanan kepada orang yang mendengarnya.

PRO-KONTRA MENGENAI NUBUATAN

A.   Kedatangan Tuhan

Kedatangan Tuhan adalah suatu berita yang menarik untuk dibahas, karena berkaitan dengan pengharapan orang percaya dimuka bumi ini. Akan tetapi tidak sedikit persoalan yang timbul sehubungan dengan keterangan-keterangan yang diberikan oleh Paulus mengenai kedatangan Tuhan.[4] Keterangan-keterangan yang menimbulkan persoalan tersebut dapat dilihat dalam tulisan Rasul Paulus dalam II Tesalonika 2:7. Secara spesifik yang menjadi permasalahan ialah kata “menahan“. Dimana hal ini menimbulkan pertanyaan tentang : “Siapakah yang dimaksudkan dalam ayat tersebut?”. Ada beberapa pandangan mengenai hal ini :

Ø  Disamakan dengan Roh Kudus

Hal ini dikarenakan tindakan-tindakan atau aktivitas yang dilakukan oleh pribadi tersebut adalah melawan pengaruh-pengaruh yang jahat. Akan tetapi jika penafsiran ini benar, maka secara sederhana bisa muncul pertanyaan : “Apakah Roh Kudus dapat ditarik kembali? dan dengan cara apa? bahkan siapa yang menariknya?”.

Ø  Disamakan dengan pemberitaan injil

Pemberitaaan Injil itu melibatkan orang-orang yang menyampaikannya atau orang-orang percaya ( gereja ). Sehingga yang dimaksudkan Paulus ialah penarikan mengenai pemberitaan injil atau dengan kata lain sebelum kedatangan Tuhan Injil dihentikan pemberitaannya. Akan tetapi koteks yang dibicarakan dalam ayat ini tidak ada petunjuk yang jelas mengenai hal tersebut.

Ø  Disamakan dengan pengaruh kekaisaran Romawi

Pandangan mengenai hal ini berkaitan dengan kekuatan politik, meskipun konteks ini lebih cenderung membahas mengenai hal-hal yang bersifat Rohani bukan hal-hal yang bersifat politik.[5]

B.   Dua saksi Allah ( wahyu 11:1-13 )

Ketika rasul Yohanes dibuang di Pulau Patmos seperti yang diinformasikan di dalam kitab Wahyu di sana Yohanes mendapat banyak penglihatan, sehingga dari penglihatan tersebut Yohanes memberikan informasi-informasi tentang keadaaan akhir zaman. Salah satu hal yang diumumkan oleh Yohanes itu berkaitan dengan dua saksi Allah. Dalam tulisan JHON F.WALFOORD bahwa dua saksi Allah ini adalah Musa dan Elia seperti yang dipahami oleh orang-orang yang lain. Pandangan ini didasari oleh penggambaran tentang dua saksi Allah yang sama seperti kedua kaki dian dan pohon zaitun. Mujizat-mujizat yang dilakukan oleh ke dua saksi ini membuat para penafsir memuat sebuah penafsiran di mana mereka adalah Elia dan Musa, karena mereka merupakan pemimpin-pemipin yang berpengaruh di Israel bahkan jika dilihat dari mujizat-mujizat yang dilakukan oleh ke dua orang ini yang paling mendekati ialah Musa dan Elia. Akan tetapi hal ini akan bertabrakan dengan aturan bahwa manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja dan dalam Alkitab hanya ada dua orang yang tidak mengalami kematian sebelum terangkat ke sorga. Hal inilah yang menjadi pro-kontra tentang dua saksi Allah ini. Di sisi yang lain jika mengacu pada kisah di dalam Alkitab mengenai orang-orang yang teangkat hidup-hidup, sehingga ada sebuah kesimpulan bahwa orang-orang tersebut adalah Elia dan Henokh.[6]

 

Pengertian Nubuat dalam Alkitab

C.   Masa Milenium

Ada tiga pandangan yang sangat bertolak belakang mengenai Masa Milenium ini. Ketiga pandangan ini memilki pengertian dan penjelasan yang berbeda-beda, itu sebabnya hal ini tidak bisa diabaikan bahkan menjadi sebuah study yang menarik untuk dibahas serta diselidiki kebanarannya mengenai dasar dari pemikiran tersebut. Adapapun ketiga pandangan tersebut mencakup :

1.    Premilenialis

Bagi para penganut pandangan ini, mereka berangggapan bahwa sebelum masa milenial Tuhan sudah terlebih dahulu datang, lamanya seribu tahun, tempatya dibumi. Premil percaya bahwa kedatangan Kristus yang pertama saat inkarnasi adalah untuk meyakinkan umat Israel bahwa Dialah Mesias yang dijanjikan itu. Tetapi orang-orang Yahudi menolak dan menyalibkan-Nya. Maka untuk sementara waktu Kristus menirikan gereja PB dan memberikan waktu bagi orang-orang bukan Yahudi untuk bertobat. Premil percaya bahwa paling tidak ada dua kali kedatangan Kristus pada masa yang akan datang. Pada kedatangan pertama Kristus tidak menginjakkan kaki dibumi, tetapi hanya berada diatas awan-awan dan mengangkat orang-orang percaya baik yang sudah dibangkitkan maupun yang asih hidup untuk bertemu dengan-Nya diawan-awan. Pada keatangan kedua, Kristus datang kembali setelah masa tujuh tahun dan menginjakkan kaki dibumi.

Kemudian Kristus akan memerintah selama seribu tahun di bumi yang berpusat di yerusalem, tahta Daud, bersama-sama dengan mereka yang diangkat pada kedatangan yang pertama, dengan yang betobat pada masa tujuh tahun (Yahudi yang bertobat pada masa tiga setengah tahun pertama dan tiga setengah tahun kedua). Premil percaya paa masa pemerintahan Kristus dibumi Bait Allah akan dibangun kembali, seluruh upacara keagamaan Yahudi dihidupkan kembali, termasuk mempersembahkan korban-korban kepada Allah. Premil juga percaya bahwa ada tiga kebangkitan orang mati, (1) kebangkitan orang-orang kudus pada saat kedatangan pertama, (2) kebangkitan orang-orang kudus yakni yang bertobat namun mati syahid pada masa 3 ½ tahun kesukaran besar, (3) kebangkitan semua orang durhaka pada saat berakhirnya kerajaan 1000 tahun, dimana mereka dibangkitakan untuk dihakimi dan dibuang kedalam neraka bersama iblis dn para pengikutnya, serta bersama dengan orang durhaka yang masih hidup.

2.    Postmilenialis

Penganut paham ini terbalik dengan pandangan premilenialis,mereka menganggap bahwa ketika Tuhan datang pada kali yang ke dua maka akan diikuti dengan masa milenial. Cirri-ciri kerajaan seribu tahun menurut penapat dari penganut postmil akan menjadi saat damai, makmur, kehidupan rohani yang baik dibumi. Namun tidak semua akan diselamatkan, juga tidak semua dosa akan dihapuskan. Tetapi prinsip kekristenan akan menjadi dasar atau aturan, tidak ada pengecualian dan dosa akan dikurangi sampai hilang sama sekali. Menurut pandangan ini, dunia akan menjadi lebih baik secara progresif dan mencapai puncaknya pada saat kedatangan Kristus kedua kali. Bagi penganut pandangan ini, saat dimana gereja Perjanjian baru berdiri sampai kepada saat dimana Kristus datang kali yang kedua, itulah kerajaan seribu tahun. Isttilah post (sesudah)  menunjukan pada pengertian bahwa sesudah kerajaan seribu tahun, barulah Kristus datang. Para penganut postmil ini mengabaikan isi Akitab yang menyatakan bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa-masa sulit, dimana dosa semakin meningkat (2 Tim. 3:1-9).

3.    Amilenialis

Pengharapan akan masa milenial tersebut bagi para penganut atau orang-orang amilenialis itu merupakan pengharapan yang tidak punya dasar yang kuat. Pemikiran ini di dasari oleh ketidak percayaan mereka bahwa masa ini ditulis di dalam  alkitab.[7] Penganut pandangan ini berkata bahwa tidak aa kerajaan dibumi dimasa mendatang. Amil beranggapan bahwa tujuan kedatangan Tuhan yang kedua adalah untuk kebangkitan orang mati, penghakiman agung, dan konsumasi. Dotrin amilenial reformed percaya walaupun tidak seperti optimism yang mengabaikan kesukaran seperti postmilenial bahwa seluruh hal yang baik, mulia, dan agung yakni merupakan hasil dari pemberitaan Injil dan mandate budaya Kristen, maupun dari hasil wahyu umum dan anugerah umum pada orang-orang tidak percaya yakni yang berkaitan dengan kebaikan, kemuliaan dan keagungan secara umum, seperti filsafat, seni, arsitektur, dan sebagainya akan terus maju secara progresif dalam kebaikan, kemuliaan, dan keagungan untuk menyambut kedatangan Kristus kali yang kedua.

Amil percaya bahwa kerajaan seribu tahun adalah kerajaan kekal Tuhan kita yang benihnya berasal dari Taman Eden lalu bertuumbuh didalam Israel (PL) dan kemudian mewujudkan dirinya didalam gereja (PB) serta akan terus  menuju secara progresif hingga mencapai kepenuhannya saat konsumasi. Amil juga berpenapat bahwa langit dan bumi baru adalah langit dan bumi iini yang kemudia iregenerasi sehingga menjadi langit dan bumi yang baru. Sama seperti orang-orang pilihan yang tidak dimusnahkan ketika sudah jatuh kedalam dosa, namun diregenerasi agar masuk kealam hidup kekal, demikian juga langit dan bumi yang sekarang ini akan diregenerasi agar mejadi langit dan bumi yang baru.

D.   Penghakiman terakhir

Penghakiman terakhir merupakan suatu bagian dalam Alkitab yang tidak bisa disangkal kebenarannya,karena di dalam Alkitab sendiri memberikan sebuah gambaran bahkan penjelasan mengenai adanya penghakiman terakhir bahwa di dalam hidup yang sekarang yang dihidupi oleh sekian banyak orang dimuka bumi ini Alkitab dengan jelas mengajarkan kepada kita bahwa dalam hidup kita yang sekarangpun, Allah memberi sanksi atau hukuman terhadap orang yang jahat dan memberkati orang yang benar.  Menurut Schleiermacher dan banyak para sarjana di Jerman, pernyataan di dalam Alkitab mengenai penghakiman merupakan suatu pernyataan yang tidak dipahami secara resmi, atau hal itu tidak terjadi secara nyata melainkan penghakiman terakhir itu hanyalah sebuah simbolis mengenai sebuah kenyataan di mana gereja dan dunia akan dipisahkan. Akan tetapi ada sebagian orang yang menganggap bahwa penghakiman terakhir bukan sesuatu yang penting untuk ditanggapi,karena bagi mereka akhir hidup manusia ditentukan pada saat kematian. Pemahaman ini membawa kita kepada sebuah pemikiran di mana penghakiman terakhir itu tidak ada,dengan alasan bahwa kematian merupakan peristiwa terakhir dalam sejarah hidup manusia.[8]

a.    Penghakiman bagi semua orang.

Penghakiman terakhir akan dilakukan terhadap orang-orang tidak percaya dan juga kepada orang-orang percaya (Matius 19:28) 2 Korintus 5:10, Paulus berkata sebab kita semua harus menghadap tahta pegadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang paut dterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini baik ataupun jahat. 1 Petrus 4:5 ada frase ”yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati”, menunjuk pada penghakiman semua orang baik yang percaya ataupun tidak percaya.

b.    Penghakiman bagi orang percaya.

Penghakiman ini bukanlah untuk menghukum mereka kedalam neraka, tetapi lebih kepada pertanggungjawaban mereka atas segala sesuatu yang Tuhan sudah percayakan, apakah sudah dijalankan dengan setia atau tidak.  Penghakiman ini, walaupun tidak menyebabkan orang percaya dimasukkan kedalam neraka, namun tetap mengandung unsure penghukuman, sama seperti seorang bapak menghukum anaknya yang nakal. Penghukuman ini tidak berhubungan dengan penghukuman neraka atas dosa-dosa yang sudah diperbuatnya, sebab hal itu sudah dibereskan secara sempurna oleh Kristus dikayu salib, tetapi berhubungan dengan ditolak atau diterimanya oleh Tuhan segala kehidupan, perbuatan, dan pelayanannya selama didunia. Hal ini juga ada kaitannya dengan upah yang akan diperoleh setiap orang percaya kelak, yakni bagi mereka yang setia didalam apa yang Tuhan percayakan kepada mereka.

c.    Penghakiman bagi orang tidak percaya.

Orang-orang tidak percaya akan dihakimi sesuai dengan semua perbuatan mereka yang berdosa dan sesat lalu dimasukkan kedalam neraka. Dosa mereka yang paling besar adalah menolak Allah  dan menolak injil Kristus (2 Tes. 1:8, band. Matius 12:31-32), mengenai dsa menghujat Roh Kudus yakni dosa karena menolak pekerjaan Roh Kudus didalam hidup, pengajaran, dan pelayanan Yesus Kristus sebagaimana dengan yang dilakukan oleh orang-orang Farisi. Bagi orang-orang demikian, Alkitab berkata “mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya”. Selain dari penghukuman neraka dari menolak Allah dan InjilNya, maka segala perbuatan-perbuatan kotor dan najis jga akan dihakimi (Wah. 20:13). Dan tentu saja sama seperti mereka yang diselamatkan, dimana segala hidup dan perbuatan mereka menentukan berapa kemuliaan yang mereka terima ari Tuhan, demikian juga bagi mereka yang akan binasa dalam neraka, dimana hidup dan perbuatan-perbuatan mereka yang jahat akan menentukan seberapa banyak mereka menderita didalamnya. [9]

Nubuat Kedatang Tuhan

A.   Kedatangan Tuhan

Berita mengenai kedatangan Tuhan ini secara spesifik disampaikan kepada jemaat  yang ada di Tesalonika. Keadaan jemaat ketika Paulus menulis suratnya yang kedua kepada jemaat Tesalonika, mereka sedang mengalami penderitaan atau penindasan, sehingga surat yang kedua ini dapat dikatakan merupakan surat penghiburan bagi jemaat Tesalonika. Ada keraguan yang muncul di dalam pikiran jemaat waktu itu dikarenakan penindasan yang mereka alami. Tetapi berita mengenai kedatangan Tuhan ini menjadi sebuah motivasi yang kuat kepada mereka untuk tetap hidup dalam pertanggungjawaban kepada Allah. Akan tetapi disisi yang lain, ternyata ditengah-tengah jemaat ada orang-orang yang menyampaikan sebuah berita yang membingungkan dan menggelisahkan jemaat waktu itu mengenai berita tentang kedatangan Tuhan.[10]

Mereka menganggap bahwa penganiayaan yang terjadi pada waktu itu merupakan tahap akhir dari penantangan terhadap Allah. Dampak dari ajaran mereka ini,  menggoncangkan iman jemaat waktu itu, dan sekaligus mengalihkan orang dari kehidupan sehari-hari. Untuk mendukung pendapatnya, mereka membuat sebuah rekayasa bahwa ajaran yang mereka ajarkan ini merupakan bagian dari pengajaran Paulus. Atau Paulus sendirilah yang mengajarkannya, padahal mereka menyimpulkan secara keliru mengenai apa yang disampaikan Paulus. Itu sebabnya Paulus memberikan jawaban mengenai permasalahan ini,bahwa ada peristiwa yang mendahului kedatangan Tuhan dan peristiwa yang sejajar dengan apa yang Yesus ajarakan.[11] Paulus menyampaikan kepada jemaat sehingga mereka memiliki pengetahuan bahwa kedatangan Tuhan itu di dahului dengan kemunculan manusia durhaka, di dalam ayat yang ke-6, Paulus memberikan informasi di mana masih ada yang menahannya sehingga dia baru akan menyatakan diri pada waktu yang ditentukan. Dikalangan para teolog atau penafsir terjadi pro-kontra mengenai hal ini, seperti yang telah di sampaikan di bab sebelumnya. Untuk bisa mengetahui kebenaran mengenai “ Siapakah yang menahan ?“,kita akan melihat terlebih dahulu : 

a.    Struktur kitab

   Jika dilihat dari struktur Kitab II Tesalonika pasal 2:6, maka dalam pasal 2 adalah bagian yang memberi penjelasan atau keterangan tentang nubuatan. Yang pasti nubuatan tersebut berkaitan dengan kedatangan Tuhan. Ketika kita berbicara mengenai nubuatan, maka hal ini sedang berbicara mengenai sesuatu yang akan datang. Itu sebabnya hal yang perlu diketahui adalah jangan sampai ada orang yang datang menipu kita tentang hal ini, seperti yang dialami oleh jemaat Tesalonika yang sudah dipaparkan sebelumnya. Itu sebabnya berdirilah teguh dalam hal pengajaran yang benar. Jadi pembahasan di pasal ini, mengenai hal-hal apa yang akan terjadi terlebih dahulu sebelum kedatangan Tuhan.

b.    Studi kata

Dalam terjemahan bahasa yunani kata menahan dipakai kata kerja “κατέχω “.  Kata ini dapat diartikan sebagai : “ to hold back “( untuk menahan diri ) , “ to restain “( untuk menahan ). Secara agama istilah ini menunjukkan inspirasi atau kegembiraan dengan penekanan pada kepasifan manusia. Arti utama di dalam septuaginta adalah dapat digunakan di dalam keberadaan orang-orang yang menjadi pengaruh di dalam sebuah Negara.[12] Dalam hal ini kita sedikit diberikan sebuah gambaran tentang siapa yang “ menahan “. Dia adalah pribadi yang memiliki pengaruh dimuka bumi ini. Di dalam 2 tesalonoka 2:7, di sana dituliskan bahwa secara rahasia kedurhakaan itu bekerja tetapi masih ada yang menahannya. Kata-kata yang dipakai di dalam ayat ini mengisyaratkan bahwa yang menahan ini lebih kuat dari kedurhakaan. Ada beberapa penjelasan yang diberikan unutk menjelaskan  Kata κατέχω :

Ø  Sebuah pencegahan yang dilakukan dengan tujuan untuk menghalangi sesuatu agar tidak efektif.

Ø  Sebuah cara untuk membatasi agar tetap pada batasan-batasan[13]

Berdasarkan dua penjelasan diatas mengenai kata menahan,dapat ditarik sebuah pengertian bahwa kata menahan yang dipakai di dalam 2 tesalonika 2:7 adalah sebuah tindakan penjegahan untuk menghalangi sesuatu agar tidak efektif dengan cara membatasi sesuatu agar tidak leluasa dalam bekerja.

Jika kita mau menyimpulkan tentang siapa yang menahan kedurhakaan untuk tidak secara leleuasa bekerja yang ditandai dengan kemunculan sipendurhaka,maka dapat diambil sebuah pengertian bahwa pribadi itu adalah Roh kudus. Alasan yang kuat untuk menjelaskan kenapa itu Roh kudus adalah:

1.    Pribadi yang menahan ini lebih kuat atau berkuasa jika dibandingkan dengan pendurhaka.

2.    Pribadi yang menahan ini punya pengaruh yang kuat di dalam dunia ini yang tidak dapat dibandingkan dengan pendurhaka.

c.    Dua saksi Allah

Nubuatan tentang dua saksi Allah yang memiliki tugas di masa tribulasi, memunculkan banyak pandang dari para teolog yang ada, yang mencoba menjawab siapa ke dua orang ini. Ke dua saksi ini menurut kitab wahyu 11:8,akan mengalami kematian. Jika kemunculan kedua saksi ini ada hubungannya dengan masa tribulasi,maka menurut Alm. Pdt.Chris.Marantika,ThD.,DD, dalam bukunya tentang ESKATOLOGI, Bahwa masa tribulasi ini memiliki tujuan yaitu :

Ø  Sebagai persiapan bagi umat israel menghadapi kedatangan Mesias.

Tentunya persiapan bagi umat israel ada hubungannya dengan keselamatan. Adanya kesukaran yang besar di masa ini membuat bangsa iarael atau orang yahudi yang tidak percaya kepada Yesus sebagai mesias mengalami pertobatan. Jadi karena dahsyatnya kesukaran dimasa ini membuat orang yahudi mencari mesias yang daalah Yesus Kristus,sehingga terjadi pertobatan yang masal.

Ø  Memberi kesempatan bagi bangsa-bangsa lain untuk menerima Mesias. Kesempatan ini diberikan kepada mereka yang tidak percaya Yesus atau tergolong orang non-yahudi.

Ø  Penuangan hukuman (murka).

Penghukuman iini diberikan setimpal dengan perbuatan mereka terhadap Allah,termasuk orang-orang israel yang tidak percaya kepada Yesus. Begitu banyaknya kejahatan yang dibuat oleh orang-orang yang tidak percaya ini membuat Tuhan menuangkan murkanya di masa tribulasi ini.[14]

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas,hal ini memberikan gambaran mengenai dua saksi Allah yang akan muncul di masa tribulasi yaitu kemunculan mereka berkaitan erat dengan bangsa israel,sehingga hal ini membantu kita memahami kedua pribadi ini.

Seperti hal-hal yang sudah dijelaskan sebelumnya di BAB II,mengenai pro-konta tentang dua pribadi yang muncul dimasa tribulasi. Di mana pro-kontra tersebut mempertanyakan apakah itu Elia dan Musa, atau Elia dan Henokh?. Menurut Bpk.Pdt.Dr.Daniel Tumbel, bahwa kedua saksi tersebut adalah Musa dan Elia,tetapi bukan dua pribadi yang asli melainkan hanya memiliki kemiripin baik dari segi fisik,ketegasan dalam kepemimpinan,penguasaan taurat,serta karunia yang dimiliki oleh dua pribadi tersebut. Akan tetapi agak sedikit berbeda dengan asumsi yang diberikan oleh RAMZI AZHAR yang adalah mahasiswa teolgia lulusan Haifa,menyatakan bahwa kedua saksi itu adalah Elia dan Henokh. Pandangan beliau tertuju pada pribadi henokh bukan tidak punya dasar yang logis. Melainkan  Alasan beliau mengapa harus Elia dan Henokh dan bukan musa dan Elia,karena Musa pernah mengalami kematian dan tidak mungkin dia akan mengalami kematian yang ke dua, karena jika demikian,maka akan menimbulkan kesalahpahaman terhadap Alkitab bahwa manusia hanya ditentukan mati satu kali. Itu sebabnya alasan ini bisa dikatakan sangat logis,dan menjadi alasan beliau menafsirkan bahwa ke dua saksi tersebut adalah Elia dan henokh. Dengan sebuah alasan bahwa kedua pribadi ini menurut informasi yang diberikan oleh Alkitab terangkat hidup-hidup ke sorga tanpa mengalami kematian. Itu sebabnya sangat masuk diakal jika kedua pribadi tersebut adalah Elia dan henokh,karena akhir dari tugas kedua pribadi ini mengalami kematian.

Untuk bisa menjawab pro-kontra atau pandangan-pandangan mengenai kedua orang yang muncul dimasa tribulasi. Terlebih dahulu kita akan melihat mengenai :

Ø  Metode penafsiran:

Metode penafsiran yang dipakai untuk menafsir nubuatan adalah penafsiran literal normal,yaitu metode penafsiaran yang paling relevan untuk memahami Firman Tuhan khususnya bagian-bagian yang menyangkut dengan nubuatan. Dalam hal ini sedikit menjawab mengenai pemahaman diatas bahwa kedua saksi tersebut bukanlah orang yang asli melainkan hanya mirip. Karena menurut penafsiran literal normal kedua pribadi tersebut memang benar-benar ada dan asli.

Ø  Karakter dari kedua saksi

Karakter yang dimunculkan di dalam wahyu 11 tentang kedua saksi ini adalah orang-orang yang memilki otoritas. Dapat dikatakan mereka adalah pemimpin. Karena berkaitan dengan tugas mereka untuk bernubuat yang berisi tentang penghakiman,sehingga di dalammya ada panggilan untuk bertobat. Jika ada hubungannya dengan israel maka,hal yang paling mendekati tentang kedua pribadi ini adalah Musa dan Elia. Hal ini disebabkan karena mereka adalah tokoh atau pemimpin terkemuka di israel pada masanya.

Ø  Karunia ( kuasa ) yang dimiliki

Penjelasan yan diberikan di dalam wahyu pasal 11:6,mengenai kuasa yang dimiliki oleh kedua orang itu ada,mengingatkan kita tentang dua pribadi yang pernah melakukan hal ini,yang dapat kita dilihat di dalam kitab 2 raja-raja 1:10-11 yang mencatat tentang kuasa untuk menghanguskan,1 raja-raja 17:1,yang mencatat tentang kuasa untuk tidak menurunkan hujan dan keluaran 7-12,yang mencatat tentang kuasa mengubah air menjadi darah. Jadi berdasarkan sumber-sumber di dalam Alkitab yang telah di tulis diatas,maka kedua pribadi yang dimaksud jika dilihat dari demonstrasi kuasa,mereka adalah Elia dan Musa.

Jadi penjelasan tentang siapa kedua saksi yang muncul di masa tribulasi,yang berdasarkan penjelasan di atas ke dua pribadi itu adalah Musa dan Elia, karena dua pribadi ini memiliki karakter seorang pemimpin yang punya pengaruh dikalangan orang Israel. Bahkan kehadiran kedua saksi tersebut bekaitan dengan bangsa Israel. Jika dihubungkan dengan metode penafsiran nubuatan yang harus literal normal,yang tidak bisa digambarkan,maka sangatlah jelas kedua saksi ini adalah Musa dan Elia.

KESIMPULAN

Nubuatan merupakan sebuah penyataan mengenai hal-hal yang akan datang. Didalam Perjanjian Baru, nubuatan memiliki porsi yang besar. Akan tetapi hal-hal yang perlu kita pahami berdasarkan makalah kelompok kami ini, bahwa perlu kehati-hatian untuk membuat sebuah statement tentang nubuatan yang ada didalam Alkitab. Alasannya adalah agar kita tidak keliru dalam memahami maksud Allah kepada setiap umat.

Sekalipun sifatnya berbicara mengenai hal-hal yang akan datang yang penuh dengan pro-kontra kita perlu menyadari bahwa tujuan dari sebuah nubuatan didalam Perjanjian Baru jika dihubungkan dengan karunia maka tujuannya adalah untuk membangun, menasehati, dan untuk menghibur. Tetapi nubuatan yang belum tergenapi sifatnya itu adalah  Finishing Touch dari Alkitab karena berhubungan dengan sebuah penggenapan.  



[1] Kittel-Bromiley, Theological Dictionary of the New Testament (Abridged) (TDNT)

[2] Bauer-Danker, Greek-English Lexicon of the NT (BDAG)

[3] Jonar S, Kamus Alkitab Dan Teologi ( Penerbit Andi-Yogyakarta ), 323-324.

[4] Donald Guthrie,TEOLOGIA PERJANJIAN BARU 3, (Jakarta:PENERBIT BPK, 2001),  HAL 145

[5] Tanda-tanda yang mendahului hal 150

[6] Jhon F.Walvoord,Pedoman Lengkap Nubuatan Alkitab, ( Penerbit Yayasan Kalam Hidup Bandung Hal 741 )

[7] Louis Berkhof,Teologi Sistematika,Doktrin Akhir Zaman ( Penerbit Momentum ) Hal 93

[8] Pandangan-Pandangan Yang Keliru Mengenai Penghakiman Terakhir,Hal 133-135

[9] Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen Dari Perspektif Reformed, (penerbit: GKKR) hal 949-968.

[10] Drs.M.E.Duyverman, Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru ( Penerbit Bpk Gunung Mulia ) Hal 144-147

[11] D.A.Carson, Tafsiran Abad Ke 21(3)Matius-Wahyu ( Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih ) Hal 543-544

[12] Balz-Schneider, Exegetical Dictionary of the New Testament (EDNT)

[13] Bauer-Danker, Greek-English Lexicon of the NT (BDAG)

[14] Pdt.Chris Marantika,Thd,Dd, Eskatologi (Penerbit Iman Press 2007) Hal 76

Posting Komentar untuk "Pengertian Nubuat dalam Alkitab"