Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Takut Akan Tuhan dalam Kekristenan

Pengertian Takut Akan Tuhan dalam Kekristenan


PENDAHULUAN

 

Kemajemukan  agama  merupakan fenomena  yang  ada  sejak  adanya kehidupan manusia di bumi, yaitu sejak lahirnya kesadaran diri manusia mengenai  keterbatasan  dirinya  dan  kesadaran  mengenai  kelebihan sesuatu  yang  ada  di  luar  dirinya  sendiri.  Inilah  yang  disebut  Calvin sebagai semen Religius, dimana tidak seorangpun di duniaini yang tidak memiliki  kesadaran  akan  adanya  keberadaan  yang  lebihtinggi  yang olehnya ia berasal dan yang kepada-Nya ia menyembah.[1]

Bangsa  Indonesia  merupakan  bangsa  yang  beragama  dan  terdiri dari berbagai suku, bahasa, dan ras. Setiap agama memiliki kepercayaan yang  berbeda-beda  dan  semua  agama  percaya  kepada  allahnya  masing-masing,  ada  yang  menyembah  pohon,  batu-batu  dan  kepercayaan lainnya.  John  Hick  berkata,  “setiap  agama  itu  masing-masing  punya allahnya.  Sebagai  oknum  yang menjadi  sumber  pengharapan  dan ketakutan”.[2] Lebih  lanjut  Hick  berkata,  “Allah  itu  adalah  “The  Eternal One”  atau  “The  Real”.  Hikc,  memakai  istilah  The  Eternal  One,  di  mana Dia  adalah  oknum  yang  tak  terlukiskan  dari  tradisi-tradisi  mistik, apakah  itu  Plotinus,  Upanishads,  dan  pada  sisi  yang  lain  Dia  adalah Allah yang kudus dari pengalaman teistik, misalnya Allah Israel, ataukah allah orang India”.[3] Pada  masa  Perjanjian  Lama  bangsa  Israel  mengenal  Allah  dengan sebutan  YHWH.   Menurut  tradisi  bangsa  Yahudi  nama  YHWH merupakan  sebutan  bagi  suatu  pribadi  yang  sangat  mereka  kagumi, hormati, dan junjung tinggi.

Oleh sebab itu bagi bangsa Israel siapa pun dia  tanpa  terkecuali  tidak  diperbolehkan  menyebut  nama  ini  dengan sembarangan (Kel. 20:7). “Menurut PL, Allah Israel yang  satudan kudus mengatasi dunia material dan tidak boleh digambarkan dalam bentuk. Bangsa  Israel  menyembah  Allah  yang  hidup dan tidak diizinkan untuk percaya dan menyembah allah manapun dan dalam  bentuk  apaun,  selain  dari  pada  Allah  YHWH.   Perintah  yang yang  diberikan  oleh  TUHAN  Allah  kepada  bangsa  Israel ketik  abangsa  ini  keluar  dari  Mesir  adalah  takut  akan  TUHAN  dalam segala tingkahlaku dan tindakan. Ditengah-tengah  kemajemukan  agama  sekarang  ini, kekristenanpun selayaknya hidup sebagaimana bangsa Israel hiduppada zaman  Perjanjian  Lama.  Kekristenan  seharusnya  tetap  percaya  akan adanya  Allah  yang  esa  dan  tetap  hidup  dalam  takut  akan  TUHAN.

Kehidupan  setiap  orang  Kristen  harus  mencerminkan  sikap  hormatnya terhadap  TUHAN  (dalam  pergaulan,  perkataan,  maupun  tindakan), namun  ironisnya  kehidupan  yang  setiap  orang  Kristen  jalani  saat  ini tidak  memperlihatkan  sikap  hormat  terhadap  Allah  yang  esa  tersebut. Seharusnya,  sebagai  orang  percaya  yang  hidupnya  berada  di  tengahtengah  bangsa  yang  memiliki  kepercayaan  yang  berbeda-beda  orangorang  Kristen  menyatakan  penghormatannya  terhadap  Allah  melalui sikap dan tindakannya setiap hari. Kitab  Amsal  memberikan  pengajaran,  nasihat  dan  petunjuk-petunjuk  praktis  tentang  hidup  yang  berdasarkan  takutakan  TUHAN. Dalam  kitab  Amsal  setiap  orang  diperingatkan  untuk  memiliki  sikap yang  takutakan  TUHAN.  Dalam  segalahal  apa  pun  yang  manusia perbuat dan katakan harus berdasarkan takutakan TUHAN. Oleh sebab itu,  penulis  melihat  kitab  ini  sebagai  salah  satu  kitab  dalam  Perjanjian Lama yang tepat untuk dijadikan dasar bagi bagi kita dalam memberikan pengajaran yang benar tentang konsep takut akan TUHAN.

 

Konsep Kitab Amsal Tentang Takut Akan TUHAN: Menurut  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia Konsep  adalah  “Rancangan atau buram surat, idea atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa kongkrit, satu peristiwa yang dapat mengandung konsep yangberbeda, gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain”.[4]

A.   Definisi Takut akan TUHAN 

“Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan”. (Ams. 1:7). Alkitab  menggunakan  beberapa  kata  untuk  mengartikan  takut atau  ketakutan.   Yang  paling  umum  ialah  Ibrani  “yir’a”  dan  “pakhad” Yunani “fobos”. “Secara teologis dapat dikemukakan empat yang utama; ketakutan  yang  kudus,  takut  diperbudak,  takut  kepada  manusia, dan yang disegani”.[5]

Takut  akan  TUHAN  berarti  merasa  gentar  (ngeri)  atau  segan terhadap  yang  Mahatinggi,  Mahamulia,  Mahakudus,  dan  Mahakuasa. “takutakan TUHAN merupakan ketakutan yang kudus, dimana sikap ini adalah dampak dari pengenalan orang percaya akan Allah yang hidup”.[6] Takut dalam arti ‘perasaan takut’, maupun ‘ketakutan yang amat sangat’. Dalam Luk. 21:11, TB LAI memilih kata ‘mengejutkan’. Namun, dalam Ibr. 10:31, TB LAI menterjemahkan ‘ngeri’.[7]

Ada  banyak  hal  yang  seringkali  membuat  manusia  mengalami rasa takut seperti takut  akan kegelapan. Takut akan kematian. Takut akan ketinggian. Takut akan kehilangan orang-orang yang dicintai dan banyak  lagi  jenis  ketakutan  lainnya.   Sebagian  bahkan  membutuhkan terapi untuk mengatasi semua rasa takut tersebut. Takut akan  TUHAN bukan seperti itu. Perintah yang seringkali diberikan kepada umat Allah dalam PL ialah untuk  “takut  akan  Allah”  atau  “takut  akan  TUHAN.”   Pentinglah untuk memahami apa yang dimaksudkan perintah ini bagi kita selaku orang  percaya.   Hanya  waktu  kita  sungguh-sungguh  takut  akan Tuhan, kita akan dibebaskan dari perbudakan kepada semua bentuk ketakutan yang tidak wajar dan keji.[8]

Takut  akan  Tuhan  adalah  kesadaran  akan  kekudusan,  keadilan  dan kebenaran-Nya sebagai  pasangan terhadap kasih dan pengampunanNya,  yaitu:  mengenal  Dia  dan  memahami  sepenuhnya  siapakah  Dia (bd.  Ams  2:5).   Takut  akan  Tuhan  berarti  memandang  Dia  dengan kekaguman dan penghormatan kudus serta menghormati-Nya sebagai Allah karena kemuliaan, kekudusan, keagungan, dan kuasa-Nya yang besar (Flp 2:12).[9]

Takut  akan  TUHAN  adalah  wujud  ketakutan  yang  sehat.   Artinyamanusia  menghormati  Dia,  patuh  dalam  penghakiman-Nya  atas  dosadosa, berpegang pada Dia, mengenali Dia sebagai TUHAN yang Absolut dan  memuliakan-Nya.   Takut  akan  TUHAN  akan  membawa  manusia lebih  dekat  kepada  TUHAN,  bukan  menjauh  dari-Nya.   Orang-orang Kristen yang percaya kepada TUHAN memilki rasa takut yang berbeda dengan rasa takut yang dimiliki oleh orang di luar TUHAN.  Rasa takut yang dimiliki oleh orang percaya lebih mengarah kepada “penghormatan” akan  Dia  bukan  takut  karena  adanya  suatu  “hukuman”  yang  akan diterimanya.   Banyak  orang  Kristen  mempunyai  persepsi  yang  salah tentang  arti  takut  akan  TUHAN.   Kebanyakan  orang  Kristen mendefinisikan  takut  akan  TUHAN  dengan  ketaatan  melakukan perintah  TUHAN  karena  rasa  takut  akan  hukuman  padahal  rasa  takut akan  TUHAN  yang  benar  harus  lahir  karena  hubungan  bukan  karena rasa takut akan hukuman, seharusnya takut akan TUHAN bukan karena takut  TUHAN  marah  bila  kita  tidak  taat  melainkan  kita  takut  karena kita mengasihi Dia.

Kata takut akan TUHAN digunakan 19 kali di dalam kitab Amsal (Ams. 1:7,29; 2:5; 3:7; 8:13; 9:10; 10:27; 14:2,26,27; 15:16,33; 16:6; 19:23; 22:4; 23:17; 24:21; 28:14; 31:30). Kata  ‘takut’  dalam  kitab  Amsal  menggunakan  kata  “yara”  dan “yir’a”  yang  berasal  dari  kata  dasar  “yare”  yang  berarti  ‘takut’  atau ‘menakuti’.   Dalam  bahasa  inggris  digunakan  kata  ‘fear’  sebuah  kata benda yang ketika berubah menjadi kata kerja, maka kata  ini mengacu kepada  suatu  sikap  segan  terhadap  Allah.

Alkitab  Bahasa  Indonesia Sehari-hari memberikan penjelasan yang lebih mudah dipahami,  “untuk memperoleh  ilmu  sejati,  pertama-tama  orang  harus  mempunyai  rasa hormat dan takut kepada TUHAN.”(BIS)

1.    Kata  ‘yare  YHWH’  dalam  kitab  Amsal  menggambarkan  suatu sikap  ‘hormat  atau  segan’  terhadap  TUHAN,  yang  harus  diaplikasikan oleh  setiap  orang  dalam  kehidupannya  setiap  hari.   Robert  Alden mengatakan  bahwa,  “Terjemahan  ‘takut’ di  sini  sebenarnya  tidak berkonotasi  negatif,  malah  seharusnya  merupakan  sebuah  sikap  yang positif terhadap Tuhan. Kalau kita sudah berbuat salah maka kita patut takut,  tetapi  kalau  hubungan  dengan  Tuhan  baik,  maka  istilah  yang lebih baik adalah hormat”.[10] Dalam  bahasa  inggris  digunakan  kata, Fear,  noun  panic  etc. caused  by  impending  danger,  pain,  etc;  cause  of this; alarm, dread. Verb be afraid of; feel anxiety about; dread. Verb be afraid  of;  (for)  feel  anxiety  about;  dread;  shrink  from; revere  (God).[11] Takut, kata benda dll. Panik disebabkan oleh bahaya yang akan datang, nyeri, dll; penyebab ini, alarm, ketakutan. Kata kerjatakut; merasa cemas tentang;  ketakutan.   Kata  kerja  takut,  (untuk)  merasa  cemas  tentang, takut, segan, memuja (Allah).

 

2.    Pengertian ‘takut’ dalam kitab Amsal berbeda dengan pengertiantakut  yang  seringkali  dialami  oleh  setiap  manusia,  seperti  takut  ular, takut  ketinggian,  takut  gelap  dan  sebagainya.   Pengertian  takut  disini adalah sehubungan dengan praktek hidup sehari-hari yang dekat dengan TUHAN  dengan  cara  menjauhi  kejahatan.   Kitab  amsal mendefinisikan takut akan TUHAN sebagai berikut:  Pertama(1:7) ”takut akan TUHAN” adalah  permulaan  pengetahuan  (bdg.  1:29;  9:10;  15:33  Ayb.  28:28;  Mzm. 111:10).  Kedua  (2:4,5)  ”takut  akan  TUHAN”  digambarkan  seperti  harta terpendam. Ketiga (8:13) ”takut akan TUHAN” ialah membenci kejahatan (bdg.  3:7;  16:6).  Keempat  (10:27)  ”takut  akan  TUHAN”  akan memperpanjang umur. Kelima  (14:2,26,27) orang yang berjalan dalam kejujuran  adalah  orang  yang  “takut  akan  TUHAN”  (ayt  2;  bdg.  23:17), dalam “takut akan TUHAN” ada ketenteraman yang besar (ayt 26;  bdg. 15:16;  28:14),  “takut  akan  TUHAN”  adalah  sumber  kehidupan (ayt  27; 19:23; 22:4). Keenam (31:30) isteri yang “takut akan TUHAN” dipuji-puji. Banyak orang Kristen mempunyai persepsi yang salah tentang arti takut  akan  TUHAN. Kebanyakan  orang  Kristen  mendefinisikan  takut akan TUHAN dengan ketaatan melakukan perintah Tuhan karena rasa takut  akan  hukuman.   “Takut  akan  TUHAN  bukanlah  sebuah  karunia tetapi  merupakan  sebuah  pilihan  (Amsal  1:29).   Kitab  Amsal menyamakan  hal  takut  akan  TUHAN  dengan  pengetahuan  akan  Allah (Amsal 2:5-6)”.[12]

3.    Kata  takut  akan  TUHAN  dalam  kitab  Amsal  mengacu  kepada praktek hidup sehari-hari untuk lebih lagi mengenal dan berusaha untuk mencari TUHAN dalam kehidupan ini agar kehidupan yang setiap orang jalani sekarang ini bahkan selama hidup tidak dijalaninya dengan sia-sia, tetapi  senantiasa  dijalaninya  dalam  takut  akan  TUHAN.  C.  Hassell Bullock mengatakan, bahwa banyak orang yang dipengaruhi oleh  suatu pendekatan teoritis terhadap kekristenan mampu mendapat “pegangan” tentang  iman  dengan  membaca  kitab  Amsal.   Ia  menyentuh  berbagai kepentingan bersama dari semua orang yang dikaruniai kehidupan serta yang  berjuang  bagaimana  menjalaninya.[13] Dilihat  dari  bentuknya  yang imperfek,maka kata takut akan TUHAN merupakan salah satu pekerjaan yang  belum  selesai  dilakukan  dan  masih  terus  berlangsung  sampai sekarang.   Ini  adalah  suatu  perintah  yang  harus  dijalankan  oleh  setiap orang  percaya.   Sesuai  denganarti  dari  kata  takut  (yare)  ‘takut’  atau ‘menakuti,’  berarti  mengacu  kepada  ‘takut’  atau  ‘menakuti’  suatu  objek yang lebih besar dalam hal ini (TUHAN). Ini merupakan perasaan takut secara positif karena, kata ‘takut’ disini membawa orang kepadasesuatu yang lebih baik. Membawa orang kepada pengetahuan yang lebihbaik akan  siapa  TUHAN  atau  objek  yang  perlu  ditakuti  itu.  Perasaan  takut yang  demikian  yang  perlu  dimiliki  oleh  setiap  orang  yang  mengaku percaya  kepada  TUHAN  sehingga,  memiliki  pengetahuan  yang  benar tentang  segala  sesuatu  yang  setiap  orang  lakukan  dan  jalani  selama hidup.

4.    Kitab  Amsal  memberikan  pengajaran  tentang  bagaimana  sikap setiap  orang  dalam  menjalani  kehidupan  sehari-hari  yang  senantiasa harus  difokuskan  kepada  pengenalan  akan  TUHAN  sehingga,  ketika setiap orang memperoleh pengenalan akan TUHAN secara benar,maka sikap takut akan TUHAN akan selalu menjadi gaya hidup setiap orang. Pengajaran  dalam  Amsal  ini  bukan  saja  hanya  ditujukan  kepada  orangorang  percaya  saja,  tetapi  juga  mencakup  seluruh  masyarakat  secara umum. Dalam  Kitab  Amsal  yang  mendasari  kehidupan  seseorang  ialah hubungannya  dengan  Allah.   Dari  hubungan  itulah  tumbuh pengetahuan  moral  serta  kemampuan  untuk  menilai  apa  yang  benar (2:6-22),  sikap  yang  tepat  (pantas)  terhadap  harta  benda  (3:9-10), bekerja dengan rajin (6:6-11), perlunya keseimbangan serta rasa aman hidup di dunia ini (3:21-26), dan hubungan yang benar dengan sesama (3:27-29).[14] Takut akan TUHAN merupakan motto kitab Amsal.

Takut akan TUHAN  mengarahkan  setiap  orang  kepada  kehidupan  yang  lebih bermanfaat.   Dalam  menjalani  kehidupan,  setiap  orang  dituntut untuk selalu takutakan TUHAN.Dalam kitab  Amsal sangat jelas digambarkan bagaimana  keadaan  orang-orang  yang  memilih  takut  akan  TUHAN dengan  keadaan  hidup  orang-orang  yang  memilih  untuk  mengabaikan TUHANdalam  hidupnya  (Ams.  10:27;  14:2,26,27;  15:16).   Penulis  kitab Amsal memberikan nasihat kepada setiap anak-anak muda untuk lebih mendengarkan  didikan  dan  menjauhi  segala  jalan  orang-orang  berdosa disekitarnya.Penulis  dalam  hal  ini  Salomo  memberikan  teguran  kepada orang-orang  bodoh  atau  bebal  untuk  lebih  memilih  pengetahuan daripada  tetap  berada  pada  keadaan  mereka  yang  tidak  mau  mengenal TUHAN,  dan  menolak  didikan  dan  pengetahuan  dan  lebih  memilih untuk tetap ada diposisi mereka semula (Ams. 1:7; 2:29).

Dalam dunia ini, kehidupan  setiap  orang  diperhadapkan  kepada  banyak  persoalan, tantangan, godaan, dan hambatan.Tanpa terkecuali setiap orang Kristen pun menghadapi hal ini. Oleh sebab itu diperlukan suatu keterampilan untuk  menghadapi  kehidupan  tersebut,  dan  kitab  Amsal  lebih tepat memberikan  solusi  untuk  menghadapi  kehidupan  dan  segala  persoalan yang  ada  di  dalamnya  yaitu  dengan  memilih  “takut  akan  TUHAN. “untuk  memperoleh  ilmu  sejati,  pertama-tama  orang  harus  mempunyai rasa  hormat  dan  takut  kepada  TUHAN”(BIS).

Terjemahan  Alkitab Bahasa  Indonesia  Sehari-hari,  lebih  tepat  mengungkapkan  perasaan takut  yang  sebenarnya  harus  dimiliki  oleh  setiap  orang  terhadap TUHAN,  yaitu  menghormati  Dia,  bukan  takut  untuk  dihukum  tetapi takut  karena  manusia  menghormati  Dia  sebagai  TUHAN  yang  besar. Orang-orang  yang  mengenal  dan  memilih  takut  akan  TUHAN  tidak perlu memiliki perasaan cemburu ataupun iri terhadap kejahatan orangorang  yang  ada  disekitarnya,  bahkan  tidak  perlu  mengikuti  jalan-jalan tersebut, Karena jalan hidup orang-orang yang takut akan TUHAN telah diatur oleh TUHAN sendiri baginya (Ams. 3:3135). Ada banyak orang di dunia  ini  yang  dengan  sesuka  hatinya  melakukan  apa  saja  yang diinginkan hatinya tidak peduli apakah itu baik atau tidak.

5.    Pada intinya, kitab Amsal mengajarkan bahwa, kehidupan yang setiap  orang  jalani  di  dunia  ini,  segala  sesuatu  yang  dilakukan  harus berdasarkan takut akan TUHAN, karena kehidupan ini sepenuhnya ada dalam kendali dan pengawasan TUHAN semata. Relasi manusia dengan TUHANnya akan menentukkan bagaimana hidupnya kedepan.

B.   Manfaat dari Takut akan TUHAN

1.    Hikmat

“Takut  akan  TUHAN  adalah  didikan  yang  mendatangkan hikmat,  dan  kerendahan  hati  mendahului  kehormatan;  Permulaan hikmat  adalah  takut  akan  TUHAN,  dan  mengenal  yang  mahakudus adalah pengertian” (Amsal. 9:10; 15:33). Amsal  15:33…”takut  akan  TUHAN  adalah  didikan  yang mendatangkan  hikmat,  dan  kerendahan  hati  mendahului kehormatan…”.Dalam  terjemahan  (BIS)  mengatakan, “takut  akan TUHAN  adalah  dasar  pendidikan  yang  baik”,  berarti  bahwa  seseorang akan  berhikmat  atau  seseorang  yang  akan  memiliki  hikmat  harus didasarkan atau berlandaskan takut akan TUHAN.

Hikmat  merupakan  manfaat  terbesar  yang  pernah  dimiliki  oleh manusia  menurut  kitab  amsal.bahkan  salah  satu  penulis  dari  kitab Amsal tersebut merupakan orang yang paling berhikmat. Firman Tuhan mencatat  dalam  1  Raja-Raja  3:12  demikian,  “…maka  sesungguhnya Aku melakukan  sesuai  dengan  permintaanmu  itu,  sesungguhnya  Aku memberikan  kepadamu  hati  yang  penuh  hikmat  dan  pengertian, sehingga  sebelum  engkau  tidak  ada  seorangpun  seperti  engkau,  dan sesudah  engkau  takkan  bangkit  seorangpun  seperti  engkau…”Hikmat yang  dimiliki  oleh  Raja  Salomo  melebihi  hikmat  yang  dimiliki  oleh orang-orang pada zamannya, bahkan hikmat yang ada padanya tersebut tidak  dapat  dimiliki  oleh  siapapun  juga  baik  sebelum  dia  ada  maupun sesudahnya. Hikmat merupakan hal utama yang harus kita cari (1:20-23; 2:1-22; 3:1-35; 4:1-27; 8:1-36; 22:17-24:34).[15] Hikmat merupakan salah satu wujud dari  kemahahadiran  Allah  dalam  dunia  dan  bekerja  melalui  setiap manusia  yang  ada  di  dunia  ini.   C.  Hassell  Bullock  mengatakan, “tanpa hikmat  itu  maka  dunia  dan  kehidupan  manusia  tidak  akan  memiliki makna. Hikmat merupakan kemahahadiran Allah yang menembus alam semesta  dan  tatanan  kemasyrakatan  manusia  (Ams.  2:1-15;  8:22). Hikmat  merupakan  cara  Allah  berbicara,  yang  tertulis  dalam  alam  dan pengalaman manusia.” Setiap  orang  harus  memiliki  hikmat  dan  mengejar  hikmat. 

2.    Pengetahuan

“Takut  akan  TUHAN  adalah  permulaan  pengetahuan,  tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” (Amsal. 1:7); “Oleh karena mereka  benci  kepada  pengetahuan  dan  tidak  memilih  takut  akan TUHAN.” (Amsal 1:29) R.E.  Harlow  mengatakan  bahwa,  “Ada  banyak  dalam  Amsal tentang bagaimanpun untuk mendapatkan hikmat. Hal pertama adalah untuk mendapatkan pengetahuan dan hal pertama untuk belajar adalah takut  akan  TUHAN. Takut  akan  TUHAN  juga  merupakan  awal  dari kebijaksanaan.”[16]

Lebih lanjut Harlow mengatakan, “Mereka membenci pengetahuan yang akan membawa mereka untuk takut akan TUHAN” Jadi,  jelaslah  dari  apa  yang  dikatakan  oleh  R.E.  Harlow  bahwa,  dengan pengetahuan  manusia  akan  dapat  pengenalan  yang  benar  akan  ALLAH dan  setiap  orang  yang  tidak  suka  atau  membenci  pengetahuan  secara langsung mereka tidak akan memiliki sikap takut akan TUHAN. Dalam  Alkitab  pengetahuan  bukanlah  sekedar  pemahaman intelektual.   Pengetahuan  mencakup  emosi  dan  hubungan-hubungan personal.   Bangsa  Israel  mempunyai  pengetahuan  tentang  Allah  atau pengenalan  akan  Allah  yang  tidak  dimiliki  bangsa-bangsa  lain  (Yer. 10:25; Yes. 37:20). Pengetahuan  sejati  hanya  akan  didapatkan  oleh  manusia  ketika manusia  mempunyai  rasa  takut  akan  TUHAN,  karena  TUHAN  itu sendiri  adalah  sumber  pengetahuan  sejati  yang  diperlukan  oleh setiap manusia.

3.    Kehidupan

“Takut  akan  TUHAN  adalah  sumber  kehidupan  sehingga  orang terhindar dari jerat maut”. (Amsal. 14:27). Dalam PL hidup biasanya menunjuk pada keadaan hidup di dunia sekarang ini, yang diakhiri dengan mati. Tetapi, hidup ini adalah pemberian Allah (Ul. 30:19). Dalam PB kata hidup sering menunjuk pada hidup kekal (Rm. 6:23), terutama dalam Injil Yohanes (mis.Yoh. 6:48).[17]“Sumber kehidupan” yang dimaksudkan kitab amsal di sini adalah ketika manusia mengenal TUHAN, maka manusia akan memiliki hidup karena  TUHAN  itu  sendiri  adalah  sumber  kehidupan  manusia.Allah merupakan sumber dari kehidupan itu sendiri Rick Warren mengatakan bahwa,  “Allah  bukan  sekadar  titik  awal  dalam  kehidupan  anda;  Dialah sumber kehidupan. Untuk menemukan tujuan hidup anda, andaharus melihat  Firman  Allah,  bukan  hikmat  dunia.Anda  harus  membangunkehidupan  anda  di  atas  kebenaran-kebenaran  kekal,  bukan  psikologi umum, motivasi sukses, atau kisah-kisah yang memberiinspirasi”.[18] Setiap manusia seharusnya menyadari bahwa TUHAN adalah yang menjadi pusat dari kehidupannya.

4.    Umur Panjang

“Takut  akan  TUHAN  memperpanjang  umur,  tetapi  tahun-tahun orang fasik diperpendek”. (Amsal. 10:27). Kata “memperpanjang” di sini menggunakan kata “Yacaph”,  yaw-saf, a  prim  root  to  add  or  augment (often,  To  continue  to  do  a  thing)  sebuah  akar formal  untuk  menambah  atau  meningkatkan  (sering,  untuk  terus melakukan  apapun).   Sedangkan  kata  “umur”  digunakan  kata  “Yowm”, yome; from an unused root mean.To be hot; a day(as the warm hours),  whether lit. (from sunrise to sunset, or from one sunset to the next)._ dari akar kata yang tidak berarti. Untuk menjadi panas; hari (sebagai jam hangat), apakah menyala. (dari matahari terbit sampai terbenam, atau dari satu matahari terbenam ke berikutnya).[19]

Diterjemahkan ke dalam bahasa inggris “prolongs  days” yang secara harfiahnya dapat diartikan “memperpanjang hari”. Dalam  hal  ini  penulis  kitab  amsal  ingin  mengatakan  bahwa  siapa yang  hidup  menghormati  TUHAN  dalam  setiap  langkah  kehidupnya setiap  hari,  maka  “hari-hari  dalam  hidupnya  akan  terus  diperpanjang oleh TUHAN sendiri dengan kata lain hidupnya akan lebih lama di bumi ini  dibandingkan  dengan  orang-orang  yang  hidup  tidak  takut akan TUHAN.Ada jaminan umur panjang bagi siapa saja yang memilih takut akan  TUHAN.Ketaatan  manusia  terhadap  TUHANakan  membawa kebahagiaan  yang  sejati  dibandingkan  dengan  orang-orang  yang  tidak hormat terhadap TUHAN.

Setiap orang di dunia ini telah ditentukan batas  hidupnya  oleh  TUHAN,  namun  tidak  ada  satu  orang  pun  yangtahu  kapan  dan  bagaimana  seseorang  tersebut  akan  meninggal,  sebab semuanya  ada  dalam  pengaturan  dan  pengetahuan  TUHAN  semata. Oleh sebab itu, hanya TUHANlah yang menentukkan kehidupan  setiap orang. Jadi, setiap manusia dituntut untuk hidup senantiasa menghormati TUHAN agar hari-hari dalam hidupnya terus ditambah-tambahkan olehNya  atau  dengan  kata  lain  umurnya  diperpanjang  oleh  TUHAN  yang empunya kehidupan itu sendiri. Sebab yang memegang dan memberikan hidup kepada setiap orang adalah TUHAN. Dengan kekuasaan-Nyadan kemahatahuan-Nya segala sesuatu yang terjadi dan akan terjadi terhadap setiap manusia diketahui-Nya. Sekalipun hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa  kenyataan  yang  terlihat  dalam  kehidupan  manusia  setiap  harijustru banyak orang-orang jahat/orang-orang yang hidupnya lebih lama daripada  orang-orang  yang  baik  ataupun  bisa  dikatakan  orang-orang Kristen yang percaya TUHAN.

C.   Tujuan Takut Akan Tuhan Dalam Kehidupan Kekristenan

Untuk  dapat  menerapkan  konsep  ini  dalam  kehidupan kekristenan  orang  percaya  setiap  hari,  maka  kitab  amsal  memberikan pengajaran,  perintah  dan  petunjuk  yang  praktis  bagaimana  cara menjalani  hidup  setiap  hari  yang  benar-benar  menunjukkan penghormatan  kepada  TUHAN  melalui  pengenalan  yang  benar  olehsetiap orang tentang TUHAN dan melakukan segala perintah-perintahNya, sehingga melalui tingkahlaku, perbuatan, tutur kata setiap manusia mencerminkan sikap hormat atau “takut akan TUHAN”. Prinsip-prinsip  “takut  akan  TUHAN”  yang  perlu  diterapkan dalam kehidupan kekristenan berdasarkan kitab amsal antara lain:

1.    Mengenal TUHAN Dengan Sungguh-Sungguh

“Jikalau  engkau  mencarinya  seperti  mencari  perak,  dan mengejarnya  seperti  mengejar  harta  terpendam,  maka  engkau  akan memperolah  pengertian  tentang  takut  akan  TUHAN  dan  mendapat pengenalan  akan  Allah”  (Ams.  2:4-5).   Untuk  dapat  mengenal  Tuhan dengan  benar  setiap  manusia  harus  dengan  sungguh-sungguh  mencari dan berusaha untuk mengenal Dia. Kitab amsal memberikan gambaran mengenai  sikap  setiap  orang  yang  memiliki  pengertian  tentang  takut akan TUHAN seperti seseorang yang mencari perak. Iniberarti bahwa usaha  untuk  mengenal  TUHAN  adalah  sesuatu  yang  sangat  penting dalam kehidupan kekristenan setiap hari. Ketika  seseorang  mengenal  TUHAN  dengan  benar,  maka  dengan secara sadar seseorang tersebut akan mendapat pengertian tentang siapa TUHAN  itu  sehingga,  di  sinilah  seseorang  akan  mendapat  kesadaran untuk menghormati TUHAN yang disembahnya. Pada dasarnya Allah bukanlah Allah yang tidak dapat dikenal oleh manusia, Allah dapat dikenal melalui pembacaan Firman Tuhan, berdoa, pujian dan persekutuan-persekutuan dengan orang percaya lainnya.

2.    Menjadikan TUHAN Sebagai Sandaran

Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri (Ams. 3:5). Setiap orang Kristen yang  percaya  diperingatkan  dan  diperintahkan  untuk  percaya sepenuhnya  kepada  Tuhan,  bersandar  kepada-Nya  dan  tidak mengandalkan atau bersandar pada pengertiannya sendiri. Setiap orang yang mau berjalan dengan kekuatannya sendiri adalah orang yangtidak mengenal  siapa  Tuhannya,  bahkan  merupakan  orang  yang  tidak menghormati dan menghargai Tuhan dalam hidupnya. “Perintah ini juga merupakan  peringatan  terhadap  bersandar  pada  perasaan  kita. Kesalahan  ini  banyak  terjadi  di  antara  orang  Kristen.   Bersandar  pada Tuhan  berarti  mengenal  Dia  melalui  firman-Nya,  doa,  dan  melalui nasihat  oranglain”.[20] Orang-orang  Kristen  yang  sungguh-sungguh bersandar  kepada  Tuhan  akan  sehat  dan  bijaksana  (Ams.  3:7).   Amsal berkata  orang  yang  bijak  akan  mewarisi  kehormatan  (Ams.  3:35). “kepercayaandiperintahkan;  kepercayaan  yang  juga  meliputi kepercayaan  kepada  Allah  (ay.  5),  mengakui  Dia  dalam  segala  bidangkehidupan (ay. 6), dan takut kepada Dia (ay. 7)”.[21]

Ketika setiap orang menjadikan Tuhan sebagai sandaran dalam hidupnya itu berarti bahwa orang tersebut tidak akan menjadi gentar dan takut terhadap kekejutan yang  tiba-tiba  karena  Dia  sendirilah  yang  akan  menghindarkan  kaki manusia dari pada jerat (Ams. 3:26). Percaya  kepada  Tuhan  dengan  segenap  hati  adalah  lawannya meragukan  Allah  dan  firman-Nya.   Pengertian  kita  sendiri  terbatas, dan  mudah  salah,  dalam  semua  rencana,  keputusan,  dan  tindakan kita,  hendaknya  kita  mengakui  Allah  sebagai  Tuhan  dan  kehendakNya sebagai keinginan tertinggi kita. Setiap hari kita harus hidup dalam  hubungan  yang  erat  dan  percaya  Allah,  senantiasa mengharapkan pengarahan dari Dia.[22]

Dalam  Amsal  pasal  16:3  mengatakan,  bahwa  orang  percaya seharusnya  melakukan  segala  sesuatu  dengan  mengandalkan  Tuhan karena  dengan  demikian  seluruh  rencana  manusia  akan  terlaksanadengan baik. Paul G. Caram mengatakan, “orang yang tidak menyadari ketidakberdayaannya  akan  bersandar  kepada  Allah  sedangkan  orang yang  percaya  kepada  kemampuannya  sendiri  dan  bersandar  kepada kemampuannya  sendiri  tidak  mencari  Allah”.[23] Pernyataan  ini menyatakan  kepada  orang-orang  percaya  bahwa  setiap  orang  yang bersandar  kepada  Tuhan  adalah  orang-orang  yang  sungguh-sungguhmengenal dan menyatakan kemahakuasaan Tuhan dalam hidupnya.

3.    Berjalan Dalam Kejujuran

Siapa berjalan dengan jujur, takut akan TUHAN, tetapi orang yang sesat  jalannya,  menghina  Dia  (Ams.  14:2;  Bdg  Yoh.  14:15).  “Berjalan dengan  jujur  merupakan  sebuah  bukti  ketaatan,  tetapi  mengikuti  jalan yang sesat adalah sebuah bukti ketidaktaatan kepada Tuhan”.[24] Setiap orang tidak luput dari ujian kejujuran bahkan orang percaya pun tanpa terkecuali.   Sikap  jujur  merupakan  wujud  dari  ketaatan  manusia terhadap Tuhannya, ketika manusia tidak hidup dalam kejujuran,  maka secara nyata manusia tersebut menghina Dia sebagai Tuhan. “kejujuran dan  kejahatan  pada  dasarnya  bersumber  pada  sikap  orang  terhadap Allah”. [25]

Jadi,  dengan  kata  lain  bahwa  kejujuran  atau  pun  kejahatan yang  setiap  orang  lakukan  merupakan  pemberontakannya  terhadap Tuhan.   kejujuran  mengajarkan  setiap  orang  akan  keberadaan  Tuhan sebagai  pribadi  yang  Mahatahu.   Tuhan  menyediakan  pertolongan  bagi setiap  orang  yang  jujur  dan  menjadi  perisai  baginya  (Ams.  2:7).   Jadi, ketika manusia menempuh hidup dalam kejujuran berarti orang tersebut telah  menjadikan  Tuhan  sebagai  pelindung  dan  perisai  dalam kehidupannya dan sungguh-sungguh menyadari akan keberadaan Tuhan sebagai yang mahakuasa dalam kehidupannya.   Orang-orang jujur akan mendiami  tanah  (Ams.  2:21).  

Tuhan  bergaul  erat  dengan  orang  jujur (Ams. 3:32). Hidup  jujur  juga  merupakan  salah  satu  sikap  manusia  yang mengakui  kehadiran  Tuhan  setiap  waktu  dalam  kehidupannya.   Dalam Amsal pasal 11:1, juga di sana digambarkan bahwa salah satu perbuatan yang  tidak  jujur  adalah  pemakaian  neraca  yang  tidak  benar  untuk menipu  oranglain  juga  merupakan  kekejian  bagi  Tuhan.   Tuhan memerintahkan manusia agar bertindak jujur kepada semua orang,baik dalam  hal  keuangan  maupun  dalam  keadaan  lain  yang  memungkinkan penipuan. “hanya ketika kita mengukur motivasi pribadi dengan standar kebenaran Alkitab, barulah kita melihat kesalahan dari jalan kita. Allah tidak dapat ditipu dengan ketidakjujuran atau alasan kita yang bagus.Ia menghakimi motivasi (Ams. 16:2)”.

4.    Menjauhi Kejahatan

“Dengan  kasih  dan  kesetiaan,  kesalahan  diampuni,  karena  takut akan TUHAN orang menjauhi kejahatan”. (Ams. 16:6 bdg 4:27). Dengan menjauhkan  diri  dari  kejahatan,  berarti  membuktikan  bahwa  orang tersebut memiliki penghormatan terhadap Tuhan lewat tingkahlakunya. “Tuhan  membenci  dosa,  bukan  membenci  orang  berdosa.”Menurut (Ams.  15:9),  Tuhan  membenci  jalan  orang  jahat,  bukan  orang  jahat  itu sendiri”.[26] Bangsa  Israel  dikelilingi  oleh  bangsa-bangsa  yang kesukaannya hanya melakukan kejahatan dan oleh karena itulah Salomo memberikan  nasihat  dalam  amsal  pasal  1:15-16,  agar  tidak  menurut tingkahlaku mereka (bdg Ams. 5:14-18). Menjauhi  kejahatan  merupakan  keharusan  bagi  setiap  orang Kristen yang percaya bukan merupakan paksaan (Ams. 8:13). Kejahatan merupakan  sikap  pemberontakkan  manusia  terhadap  Tuhan,  kejahatan merupakan  sikap  yang  tidak  menghormati  Tuhan.   Salah  satu  bukti bahwa manusia menghormati Tuhan dalam kehidupannya adalah dengan menjauhkan  diri  dari  kejahatan-kejahatan  dalam  bentuk  apa  pun  yangtidak memuliakan Tuhan. Kekristenan harus menjadi berkat bagi orangorang  yang  ada  disekitarnya  dengan  menunjukkan  tingkahlaku  dan perbuatannya dalam hidup bermasyarakat setiap hari.

5.    Memiliki Sikap Hati yang Benar

“Enam  perkara  ini  yang  dibenci  TUHAN,  bahkan,  tujuh  perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya: mata sombong, lidah dusta, tangan yang  menumpahkan  darah  orang  yang  tidak  bersalah,  hati  yang membuat  rencana-rencana  yang  jahat,  kaki  yang  segera  lari  menuju kejahatan,  seorang  saksi  dusta  yang  menyembur-nyemburkan kebohongan  dan yang menimbulkan pertengkaran saudara” (Ams.6:16-19). Hati bagi orang Yahudi merupakan pusat dari seluruh keberadaan hidup manusia. Amsal pasal 6:18, memperingatkan manusia untuk selalu menjaga  hati  dari  segala  rencana-rencana  yang  jahat  karena  ini merupakan  satu  dari  enam  bahkan  tujuh  perkara  yang  dibenci  olehTuhan dalam hidup manusia (ay.16). Dari hati juga terpancar kehidupan (Ams.4:23). Hati yang benar akan memancarkan kehidupan yang benar dan  memuliakan  Tuhan.   “Secara  alkitabiah,  hati  dapat  dilihat  sebagai berisi  seluruh  pikiran,  perasaan,  dan  kehendak  seseorang.   Hati  adalah pusat intelek (bdg.Ul.8:5; 1Sam. 1:12-13; Mzm. 19:15).Hati adalah pusat perasaan (bdg.Kel.4:14; Ul.6:5; Yos. 5:1; Mzm. 27:14).  Hati adalah pusat kehendak manusia (bdg.Kel.4:21; Yos.24:23; 2Taw.6:7; 1Taw. 22:19)”.[27]

Dengan  memiliki  sikap  hati  yang  baik  juga  setiap  orang  akan menerima  firman-Nya  dengan  baik  dan  menyimpannya,  sehingga manusia  dapat  hidup  bijaksana  dan  benar  dalam  hubungannya  dengan Tuhan  dan  akan  memperoleh  pengertian  tentang  takut  akan  TUHAN(Ams. 2:5). Tuhan dapat mengetahui apa yang ada dalam hati manusia, oleh  sebab  itu  milikilah  hati  yang  benar  karena  Tuhan  tahu  semua  isi hati  manusia  tanpa  terkecuali  (Ams.  15:11).Setiap  orang  perlu  menjaga hati.   Dari  hati  manusia  akan  timbul  berbagai  macam  hal  yang  tidak memuliakan  Tuhan.Bukan  korban,  bukan  harta  yang  banyak,  bukan kecantikan  dan  kegagahan,  bukan  prestasi  yang  Tuhan  cari  dari setiap orang  percaya,  akantetapi  Tuhan  mencari  dan  melihat  hati manusia.Sebagaimana  yang  diungkapkan  Paul  G.  Caram  bahwa,  “Allah tidak menghendaki korban dari kita jika hati kita tidak benar terhadapNya.”[28]

KESIMPULAN

Kekristenan  seharusnya  hidup  berdasarkan  takut  akan  TUHAN dengan  menyadari  akan  kemahakuasaan-Nya,  kekudusan-Nya, kemahahadiran-Nya  dan  kemahatahuanNya  dalam  setiap  aspek kehidupan  manusia  lewat  tindakan  dan  perilaku  manusia.   Banyak  hal dalam dunia ini yang akan membuat manusia merasa takut dan gentar, baik  itu  ketakutan  terhadap  sesamanya  manusia  maupun  ketakutan terhadap  hal-hal  yang  lainnya.   Takutakan  TUHAN  merupakan  suatu perasaan  takut  yang  positif  bukan  negatif.   Takutakan  TUHAN  bukan seperti perasaan takut yang dialami oleh manusia terhadap hal-hal  yang biasa,  tetapi  takutakan  TUHAN  merupakan  penghormatan  manusia terhadap  TUHAN.   Pula  tidak  jarang  setiap  orang  menganggap  bahwa TUHAN  itu  adalah  satu  pribadi  yang  menakutkan  karena  banyaknya pelanggaran  yang  terdapat  atau  diperbuat  oleh  manusia  tersebut. Takut akan  TUHAN  harus didasari  oleh  karena  “rasa  hormat  manusia terhadap  TUHAN”  bukan  karena  takut  akan  “hukuman  TUHAN”.

Dalam  kitab  Amsal  ada  beberapa  manfaat  yang  akan  diperoleh  oleh setiap  orang  yang  hidup  dalam  takut  akan  TUHAN.   Pertama,  hikmat merupakan  keterampilan  yang  dimiliki  oleh  seseorang  dalam  menjalani kehidupannya.  Kedua,  pengetahuan  tentang  siapa  ALLAH.  Ketiga, kehidupan.  Dalam  hal  ini  yang  dimaksudkan  adalah  kehidupan  kekal. Keempat,umur panjang. Takut akan TUHAN banyak kali dilupakan oleh manusia,  karena  manusia  kadang  tidak menyadari  bahwa  ALLAH  yang disembahnya  adalah  ALLAH  yang  mahahadir  dan  mahatahu. 



[1] Stevri I. Lumintang, Teologi Abu-Abu (Malang: Gandum Mas, 2004), 43.

[2] John  Hick,  Religious  Pluralism  dan  Salvation (Faith  &Philosophy  Journal  Vol.5 1988),  371.

[3] John  Hick,  Religious  Pluralism  dan  Salvation (Faith  &  Philosophy  Journal  Vol.5 1988),  371.

[4] Kamus Besar Bahasa Indonesia, s.v. “Analisis.”

[5] Ensiklopedi  Alkitab  Masa  Kini  Jilid  II,  (Yayasan  Komunikasi  Bina  Kasih/OMF, 1995), 438-439.

[6] Ibid.

[7] W.R.F. Kamus Alkitab, (Jakarta: PT.BPK. Gunung Mulia, 2007), 434. 

[8] Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 2000), 286.

[9] Ibid.

[10] Robert Alden, Perilaku Yang Bijaksana : Tafsiran Amsal Salomo (Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1991), 4.

[11] Oxford Dictionary (New York: Maurice Waite, 1994), 231.

[12] Andrew  E.  Hill  &  John  H.  Walton,  Survei  Perjanjian  Lama (Malang:  Gandum Mas, 1996), 472.

[13] C.  Hassell  Bullock,  Kitab-Kitab  Puisi  Dalam  Perjanjian  Lama (Malang:  Gandum Mas, 2003), 199.

[14] C.  Hassell  Bullock,  Kitab-Kitab  Puisi  Dalam  Perjanjian  Lama (Malang:  Gandum

Mas, 2003), 202.

[15] John Balchin dkk, Intisari Alkitab Perjanjian Lama (Jakarta: Persekutuan Pembaca Alkitab, 2005), 145.

[16] R.E. Harlow, Proverbs The King’s Wisdom (Canada: Everyday Publications Inc, 1984), 10.

[17] W.R.F. Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 139.

[18] Rick Warren, The Purpose Driven Life (Malang: Gandum Mas, 2005), 20.

[19] James  Strong,  The  Strong’s  Exhaustive  Concordance  Of  The  Bible (America:  Thomas Nelson Publishers, 1990). 49.

[20] Robert Alden, Perilaku Yang Bijaksana: Tafsiran Amsal Salomo (Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1991), 16.

[21] Tafsiran Alkitab Masa Kini 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1976), 30. 142

[22] Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 2000), 967.

[23] Paul G. Caram, Kekristenan Sejati (Jakarta: Voice Of Hope, 2007), 101.

[24] Robert Alden, Perilaku Yang Bijaksana: Tafsiran Amsal Salomo (Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1991), 79.

[25] Tafsiran Alkitab Masa kini 2(Jakarta BPK Gunung Mulia, 1976), 33.

[26] Tafsiran Alkitab Masa kini 2 (Jakarta BPK Gunung Mulia, 1976), 88.

[27] Alkitab Penunutun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 2000), 972.

[28] Paul G. Caram, Kekristenan Sejati (Jakarta: Voice Of Hope, 2007), 75.

Posting Komentar untuk "Pengertian Takut Akan Tuhan dalam Kekristenan"