Pengertian Takut Akan Tuhan dalam Kekristenan
PENDAHULUAN
Kemajemukan agama
merupakan fenomena yang ada
sejak adanya kehidupan manusia di
bumi, yaitu sejak lahirnya kesadaran diri manusia mengenai keterbatasan
dirinya dan kesadaran
mengenai kelebihan sesuatu yang
ada di luar
dirinya sendiri. Inilah
yang disebut Calvin sebagai semen Religius, dimana tidak
seorangpun di duniaini yang tidak memiliki
kesadaran akan adanya
keberadaan yang lebihtinggi
yang olehnya ia berasal dan yang kepada-Nya ia menyembah.[1]
Bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang
beragama dan terdiri dari berbagai suku, bahasa, dan ras.
Setiap agama memiliki kepercayaan yang
berbeda-beda dan semua
agama percaya kepada
allahnya masing-masing, ada
yang menyembah pohon,
batu-batu dan kepercayaan lainnya. John
Hick berkata, “setiap
agama itu masing-masing punya allahnya. Sebagai
oknum yang menjadi sumber
pengharapan dan ketakutan”.[2] Lebih lanjut
Hick berkata, “Allah
itu adalah “The
Eternal One” atau “The
Real”. Hikc, memakai
istilah The Eternal
One, di mana Dia
adalah oknum yang
tak terlukiskan dari
tradisi-tradisi mistik, apakah itu
Plotinus, Upanishads, dan
pada sisi yang
lain Dia adalah Allah yang kudus dari pengalaman
teistik, misalnya Allah Israel, ataukah allah orang India”.[3] Pada masa
Perjanjian Lama bangsa
Israel mengenal Allah
dengan sebutan YHWH. Menurut
tradisi bangsa Yahudi
nama YHWH merupakan sebutan
bagi suatu pribadi yang
sangat mereka kagumi, hormati, dan junjung tinggi.
Oleh
sebab itu bagi bangsa Israel siapa pun dia
tanpa terkecuali tidak
diperbolehkan menyebut nama
ini dengan sembarangan (Kel.
20:7). “Menurut PL, Allah Israel yang
satudan kudus mengatasi dunia material dan tidak boleh digambarkan dalam
bentuk. Bangsa Israel menyembah
Allah yang hidup dan tidak diizinkan untuk percaya dan
menyembah allah manapun dan dalam
bentuk apaun, selain
dari pada Allah
YHWH. Perintah yang yang
diberikan oleh TUHAN Allah
kepada bangsa Israel ketik
abangsa ini keluar
dari Mesir adalah
takut akan TUHAN
dalam segala tingkahlaku dan tindakan. Ditengah-tengah kemajemukan
agama sekarang ini, kekristenanpun selayaknya hidup
sebagaimana bangsa Israel hiduppada zaman
Perjanjian Lama. Kekristenan
seharusnya tetap percaya
akan adanya Allah yang
esa dan tetap
hidup dalam takut
akan TUHAN.
Kehidupan setiap
orang Kristen harus mencerminkan sikap
hormatnya terhadap TUHAN (dalam
pergaulan, perkataan, maupun
tindakan), namun ironisnya kehidupan
yang setiap orang
Kristen jalani saat
ini tidak memperlihatkan sikap
hormat terhadap Allah
yang esa tersebut. Seharusnya, sebagai
orang percaya yang hidupnya berada
di tengahtengah bangsa
yang memiliki kepercayaan
yang berbeda-beda orangorang
Kristen menyatakan penghormatannya terhadap
Allah melalui sikap dan
tindakannya setiap hari. Kitab
Amsal memberikan pengajaran,
nasihat dan petunjuk-petunjuk praktis
tentang hidup yang berdasarkan takutakan
TUHAN. Dalam kitab Amsal
setiap orang diperingatkan
untuk memiliki sikap yang
takutakan TUHAN. Dalam
segalahal apa pun
yang manusia perbuat dan katakan
harus berdasarkan takutakan TUHAN. Oleh sebab itu, penulis
melihat kitab ini
sebagai salah satu
kitab dalam Perjanjian Lama yang tepat untuk dijadikan
dasar bagi bagi kita dalam memberikan pengajaran yang benar tentang konsep
takut akan TUHAN.
Konsep Kitab Amsal Tentang Takut Akan TUHAN: Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Konsep adalah “Rancangan atau buram surat, idea atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa kongkrit, satu peristiwa yang dapat mengandung konsep yangberbeda, gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain”.[4]
A. Definisi Takut akan TUHAN
“Takut
akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan
didikan”. (Ams. 1:7). Alkitab menggunakan
beberapa kata untuk
mengartikan takut atau ketakutan.
Yang paling umum
ialah Ibrani “yir’a”
dan “pakhad” Yunani “fobos”.
“Secara teologis dapat dikemukakan empat yang utama; ketakutan yang
kudus, takut diperbudak,
takut kepada manusia, dan yang disegani”.[5]
Takut akan
TUHAN berarti merasa
gentar (ngeri) atau
segan terhadap yang Mahatinggi,
Mahamulia, Mahakudus, dan Mahakuasa.
“takutakan TUHAN merupakan ketakutan yang kudus, dimana sikap ini adalah dampak
dari pengenalan orang percaya akan Allah yang hidup”.[6] Takut dalam arti ‘perasaan
takut’, maupun ‘ketakutan yang amat sangat’. Dalam Luk. 21:11, TB LAI memilih
kata ‘mengejutkan’. Namun, dalam Ibr. 10:31, TB LAI menterjemahkan ‘ngeri’.[7]
Ada banyak
hal yang seringkali
membuat manusia mengalami rasa takut seperti takut akan kegelapan. Takut akan kematian. Takut
akan ketinggian. Takut akan kehilangan orang-orang yang dicintai dan
banyak lagi jenis
ketakutan lainnya. Sebagian
bahkan membutuhkan terapi untuk
mengatasi semua rasa takut tersebut. Takut akan
TUHAN bukan seperti itu. Perintah
yang seringkali diberikan kepada umat Allah dalam PL ialah untuk “takut
akan Allah” atau
“takut akan TUHAN.”
Pentinglah untuk memahami apa yang dimaksudkan perintah ini bagi kita
selaku orang percaya. Hanya
waktu kita sungguh-sungguh takut
akan Tuhan, kita akan dibebaskan dari perbudakan kepada semua bentuk
ketakutan yang tidak wajar dan keji.[8]
Takut akan
Tuhan adalah kesadaran
akan kekudusan, keadilan
dan kebenaran-Nya sebagai
pasangan terhadap kasih dan pengampunanNya, yaitu:
mengenal Dia dan
memahami sepenuhnya siapakah
Dia (bd. Ams 2:5).
Takut akan Tuhan
berarti memandang Dia
dengan kekaguman dan penghormatan kudus serta menghormati-Nya sebagai
Allah karena kemuliaan, kekudusan, keagungan, dan kuasa-Nya yang besar (Flp
2:12).[9]
Takut akan
TUHAN adalah wujud
ketakutan yang sehat.
Artinyamanusia menghormati Dia,
patuh dalam penghakiman-Nya atas
dosadosa, berpegang pada Dia, mengenali Dia sebagai TUHAN yang Absolut
dan memuliakan-Nya. Takut
akan TUHAN akan
membawa manusia lebih dekat
kepada TUHAN, bukan
menjauh dari-Nya. Orang-orang Kristen yang percaya kepada
TUHAN memilki rasa takut yang berbeda dengan rasa takut yang dimiliki oleh orang
di luar TUHAN. Rasa takut yang dimiliki
oleh orang percaya lebih mengarah kepada “penghormatan” akan Dia
bukan takut karena
adanya suatu “hukuman”
yang akan diterimanya. Banyak
orang Kristen mempunyai
persepsi yang salah tentang
arti takut akan
TUHAN. Kebanyakan orang
Kristen mendefinisikan takut akan
TUHAN dengan ketaatan
melakukan perintah TUHAN karena
rasa takut akan
hukuman padahal rasa
takut akan TUHAN yang
benar harus lahir
karena hubungan bukan
karena rasa takut akan hukuman, seharusnya takut akan TUHAN bukan karena
takut TUHAN marah
bila kita tidak
taat melainkan kita
takut karena kita mengasihi Dia.
Kata
takut akan TUHAN digunakan 19 kali di dalam kitab Amsal (Ams. 1:7,29; 2:5; 3:7;
8:13; 9:10; 10:27; 14:2,26,27; 15:16,33; 16:6; 19:23; 22:4; 23:17; 24:21;
28:14; 31:30). Kata ‘takut’ dalam
kitab Amsal menggunakan
kata “yara” dan “yir’a”
yang berasal dari
kata dasar “yare”
yang berarti ‘takut’
atau ‘menakuti’. Dalam bahasa
inggris digunakan kata
‘fear’ sebuah kata benda yang ketika berubah menjadi kata
kerja, maka kata ini mengacu kepada
suatu sikap segan
terhadap Allah.
Alkitab Bahasa
Indonesia Sehari-hari memberikan penjelasan yang lebih mudah
dipahami, “untuk memperoleh ilmu
sejati, pertama-tama orang
harus mempunyai rasa hormat
dan takut kepada TUHAN.”(BIS)
1. Kata ‘yare
YHWH’ dalam kitab
Amsal menggambarkan suatu sikap
‘hormat atau segan’
terhadap TUHAN, yang
harus diaplikasikan oleh setiap
orang dalam kehidupannya
setiap hari. Robert
Alden mengatakan bahwa, “Terjemahan
‘takut’ di sini sebenarnya
tidak berkonotasi negatif, malah
seharusnya merupakan sebuah
sikap yang positif terhadap Tuhan.
Kalau kita sudah berbuat salah maka kita patut takut, tetapi
kalau hubungan dengan
Tuhan baik, maka
istilah yang lebih baik adalah
hormat”.[10] Dalam bahasa
inggris digunakan kata, Fear,
noun panic etc. caused by
impending danger, pain,
etc; cause of this; alarm, dread. Verb be afraid of;
feel anxiety about; dread. Verb be afraid of;
(for) feel anxiety
about; dread; shrink
from; revere (God).[11] Takut, kata benda dll.
Panik disebabkan oleh bahaya yang akan datang, nyeri, dll; penyebab ini, alarm,
ketakutan. Kata kerjatakut; merasa cemas tentang; ketakutan.
Kata kerja takut,
(untuk) merasa cemas
tentang, takut, segan, memuja (Allah).
2. Pengertian
‘takut’ dalam kitab Amsal berbeda dengan pengertiantakut yang
seringkali dialami oleh
setiap manusia, seperti
takut ular, takut ketinggian,
takut gelap dan
sebagainya. Pengertian takut
disini adalah sehubungan dengan praktek hidup sehari-hari yang dekat
dengan TUHAN dengan cara
menjauhi kejahatan. Kitab
amsal mendefinisikan takut akan TUHAN sebagai berikut: Pertama(1:7) ”takut akan TUHAN” adalah permulaan
pengetahuan (bdg. 1:29;
9:10; 15:33 Ayb.
28:28; Mzm. 111:10). Kedua
(2:4,5) ”takut akan
TUHAN” digambarkan seperti
harta terpendam. Ketiga (8:13) ”takut akan TUHAN” ialah membenci
kejahatan (bdg. 3:7; 16:6).
Keempat (10:27) ”takut
akan TUHAN” akan memperpanjang umur. Kelima (14:2,26,27) orang yang berjalan dalam
kejujuran adalah orang
yang “takut akan
TUHAN” (ayt 2;
bdg. 23:17), dalam “takut akan
TUHAN” ada ketenteraman yang besar (ayt 26;
bdg. 15:16; 28:14), “takut
akan TUHAN” adalah
sumber kehidupan (ayt 27; 19:23; 22:4). Keenam (31:30) isteri yang “takut
akan TUHAN” dipuji-puji. Banyak
orang Kristen mempunyai persepsi yang salah tentang arti takut akan
TUHAN. Kebanyakan orang Kristen
mendefinisikan takut akan TUHAN
dengan ketaatan melakukan perintah Tuhan karena rasa takut akan
hukuman. “Takut akan
TUHAN bukanlah sebuah
karunia tetapi merupakan sebuah
pilihan (Amsal 1:29).
Kitab Amsal menyamakan hal
takut akan TUHAN
dengan pengetahuan akan
Allah (Amsal 2:5-6)”.[12]
3. Kata takut
akan TUHAN dalam
kitab Amsal mengacu
kepada praktek hidup sehari-hari untuk lebih lagi mengenal dan berusaha
untuk mencari TUHAN dalam kehidupan ini agar kehidupan yang setiap orang jalani
sekarang ini bahkan selama hidup tidak dijalaninya dengan sia-sia, tetapi senantiasa
dijalaninya dalam takut
akan TUHAN. C.
Hassell Bullock mengatakan, bahwa banyak orang yang dipengaruhi
oleh suatu pendekatan teoritis terhadap
kekristenan mampu mendapat “pegangan” tentang
iman dengan membaca
kitab Amsal. Ia
menyentuh berbagai kepentingan
bersama dari semua orang yang dikaruniai kehidupan serta yang berjuang
bagaimana menjalaninya.[13] Dilihat dari
bentuknya yang imperfek,maka kata
takut akan TUHAN merupakan salah satu pekerjaan yang belum
selesai dilakukan dan
masih terus berlangsung
sampai sekarang. Ini adalah
suatu perintah yang
harus dijalankan oleh
setiap orang percaya. Sesuai
denganarti dari kata
takut (yare) ‘takut’
atau ‘menakuti,’ berarti mengacu
kepada ‘takut’ atau
‘menakuti’ suatu objek yang lebih besar dalam hal ini (TUHAN).
Ini merupakan perasaan takut secara positif karena, kata ‘takut’ disini membawa
orang kepadasesuatu yang lebih baik. Membawa orang kepada pengetahuan yang
lebihbaik akan siapa TUHAN
atau objek yang
perlu ditakuti itu.
Perasaan takut yang demikian
yang perlu dimiliki
oleh setiap orang
yang mengaku percaya kepada
TUHAN sehingga, memiliki
pengetahuan yang benar tentang
segala sesuatu yang
setiap orang lakukan
dan jalani selama hidup.
4. Kitab Amsal
memberikan pengajaran tentang
bagaimana sikap setiap orang
dalam menjalani kehidupan
sehari-hari yang senantiasa harus difokuskan
kepada pengenalan akan
TUHAN sehingga, ketika setiap orang memperoleh pengenalan
akan TUHAN secara benar,maka sikap takut akan TUHAN akan selalu menjadi gaya
hidup setiap orang. Pengajaran
dalam Amsal ini
bukan saja hanya
ditujukan kepada orangorang
percaya saja, tetapi
juga mencakup seluruh
masyarakat secara umum. Dalam Kitab
Amsal yang mendasari
kehidupan seseorang ialah hubungannya dengan
Allah. Dari hubungan
itulah tumbuh pengetahuan moral
serta kemampuan untuk
menilai apa yang
benar (2:6-22), sikap yang
tepat (pantas) terhadap
harta benda (3:9-10), bekerja dengan rajin (6:6-11),
perlunya keseimbangan serta rasa aman hidup di dunia ini (3:21-26), dan hubungan
yang benar dengan sesama (3:27-29).[14] Takut akan TUHAN
merupakan motto kitab Amsal.
Takut
akan TUHAN mengarahkan setiap
orang kepada kehidupan
yang lebih bermanfaat. Dalam
menjalani kehidupan, setiap
orang dituntut untuk selalu
takutakan TUHAN.Dalam kitab Amsal sangat
jelas digambarkan bagaimana keadaan orang-orang
yang memilih takut
akan TUHAN dengan keadaan
hidup orang-orang yang
memilih untuk mengabaikan TUHANdalam hidupnya
(Ams. 10:27; 14:2,26,27;
15:16). Penulis kitab Amsal memberikan nasihat kepada setiap
anak-anak muda untuk lebih mendengarkan
didikan dan menjauhi
segala jalan orang-orang
berdosa disekitarnya.Penulis
dalam hal ini
Salomo memberikan teguran
kepada orang-orang bodoh atau
bebal untuk lebih
memilih pengetahuan daripada tetap
berada pada keadaan
mereka yang tidak
mau mengenal TUHAN, dan
menolak didikan dan pengetahuan dan lebih memilih untuk tetap ada diposisi mereka
semula (Ams. 1:7; 2:29).
Dalam
dunia ini, kehidupan setiap orang
diperhadapkan kepada banyak
persoalan, tantangan, godaan, dan hambatan.Tanpa terkecuali setiap orang
Kristen pun menghadapi hal ini. Oleh sebab itu diperlukan suatu keterampilan
untuk menghadapi kehidupan
tersebut, dan kitab
Amsal lebih tepat memberikan solusi
untuk menghadapi kehidupan
dan segala persoalan yang ada
di dalamnya yaitu
dengan memilih “takut
akan TUHAN. “untuk memperoleh
ilmu sejati, pertama-tama
orang harus mempunyai rasa hormat
dan takut kepada
TUHAN”(BIS).
Terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia
Sehari-hari, lebih tepat
mengungkapkan perasaan takut yang
sebenarnya harus dimiliki
oleh setiap orang
terhadap TUHAN, yaitu menghormati
Dia, bukan takut
untuk dihukum tetapi takut
karena manusia menghormati
Dia sebagai TUHAN
yang besar. Orang-orang yang
mengenal dan memilih
takut akan TUHAN
tidak perlu memiliki perasaan cemburu ataupun iri terhadap kejahatan
orangorang yang ada
disekitarnya, bahkan tidak
perlu mengikuti jalan-jalan tersebut, Karena jalan hidup
orang-orang yang takut akan TUHAN telah diatur oleh TUHAN sendiri baginya (Ams.
3:3135). Ada banyak orang di dunia
ini yang dengan
sesuka hatinya melakukan
apa saja yang diinginkan hatinya tidak peduli apakah
itu baik atau tidak.
5. Pada intinya, kitab Amsal mengajarkan bahwa, kehidupan yang setiap orang jalani di dunia ini, segala sesuatu yang dilakukan harus berdasarkan takut akan TUHAN, karena kehidupan ini sepenuhnya ada dalam kendali dan pengawasan TUHAN semata. Relasi manusia dengan TUHANnya akan menentukkan bagaimana hidupnya kedepan.
B. Manfaat dari Takut akan TUHAN
1. Hikmat
“Takut akan
TUHAN adalah didikan
yang mendatangkan hikmat, dan
kerendahan hati mendahului
kehormatan; Permulaan hikmat adalah
takut akan TUHAN,
dan mengenal yang
mahakudus adalah pengertian” (Amsal. 9:10; 15:33). Amsal 15:33…”takut
akan TUHAN adalah
didikan yang mendatangkan hikmat,
dan kerendahan hati
mendahului kehormatan…”.Dalam terjemahan (BIS)
mengatakan, “takut akan TUHAN adalah
dasar pendidikan yang
baik”, berarti bahwa
seseorang akan berhikmat atau
seseorang yang akan
memiliki hikmat harus didasarkan atau berlandaskan takut akan
TUHAN.
Hikmat merupakan manfaat terbesar yang pernah dimiliki oleh manusia menurut kitab amsal.bahkan salah satu penulis dari kitab Amsal tersebut merupakan orang yang paling berhikmat. Firman Tuhan mencatat dalam 1 Raja-Raja 3:12 demikian, “…maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorangpun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorangpun seperti engkau…”Hikmat yang dimiliki oleh Raja Salomo melebihi hikmat yang dimiliki oleh orang-orang pada zamannya, bahkan hikmat yang ada padanya tersebut tidak dapat dimiliki oleh siapapun juga baik sebelum dia ada maupun sesudahnya. Hikmat merupakan hal utama yang harus kita cari (1:20-23; 2:1-22; 3:1-35; 4:1-27; 8:1-36; 22:17-24:34).[15] Hikmat merupakan salah satu wujud dari kemahahadiran Allah dalam dunia dan bekerja melalui setiap manusia yang ada di dunia ini. C. Hassell Bullock mengatakan, “tanpa hikmat itu maka dunia dan kehidupan manusia tidak akan memiliki makna. Hikmat merupakan kemahahadiran Allah yang menembus alam semesta dan tatanan kemasyrakatan manusia (Ams. 2:1-15; 8:22). Hikmat merupakan cara Allah berbicara, yang tertulis dalam alam dan pengalaman manusia.” Setiap orang harus memiliki hikmat dan mengejar hikmat.
2. Pengetahuan
“Takut akan
TUHAN adalah permulaan
pengetahuan, tetapi orang bodoh
menghina hikmat dan didikan.” (Amsal. 1:7); “Oleh karena mereka benci
kepada pengetahuan dan
tidak memilih takut
akan TUHAN.” (Amsal 1:29) R.E. Harlow mengatakan
bahwa, “Ada banyak
dalam Amsal tentang bagaimanpun
untuk mendapatkan hikmat. Hal pertama adalah untuk mendapatkan pengetahuan dan
hal pertama untuk belajar adalah takut
akan TUHAN. Takut akan
TUHAN juga merupakan
awal dari kebijaksanaan.”[16]
Lebih
lanjut Harlow mengatakan, “Mereka membenci pengetahuan yang akan membawa mereka
untuk takut akan TUHAN” Jadi,
jelaslah dari apa
yang dikatakan oleh
R.E. Harlow bahwa,
dengan pengetahuan manusia akan
dapat pengenalan yang
benar akan ALLAH dan
setiap orang yang
tidak suka atau
membenci pengetahuan secara langsung mereka tidak akan memiliki
sikap takut akan TUHAN. Dalam
Alkitab pengetahuan bukanlah
sekedar pemahaman intelektual. Pengetahuan
mencakup emosi dan
hubungan-hubungan personal.
Bangsa Israel mempunyai
pengetahuan tentang Allah
atau pengenalan akan Allah
yang tidak dimiliki
bangsa-bangsa lain (Yer. 10:25; Yes. 37:20). Pengetahuan sejati
hanya akan didapatkan
oleh manusia ketika manusia mempunyai
rasa takut akan
TUHAN, karena TUHAN
itu sendiri adalah sumber
pengetahuan sejati yang
diperlukan oleh setiap manusia.
3. Kehidupan
“Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut”. (Amsal. 14:27). Dalam PL hidup biasanya menunjuk pada keadaan hidup di dunia sekarang ini, yang diakhiri dengan mati. Tetapi, hidup ini adalah pemberian Allah (Ul. 30:19). Dalam PB kata hidup sering menunjuk pada hidup kekal (Rm. 6:23), terutama dalam Injil Yohanes (mis.Yoh. 6:48).[17]“Sumber kehidupan” yang dimaksudkan kitab amsal di sini adalah ketika manusia mengenal TUHAN, maka manusia akan memiliki hidup karena TUHAN itu sendiri adalah sumber kehidupan manusia.Allah merupakan sumber dari kehidupan itu sendiri Rick Warren mengatakan bahwa, “Allah bukan sekadar titik awal dalam kehidupan anda; Dialah sumber kehidupan. Untuk menemukan tujuan hidup anda, andaharus melihat Firman Allah, bukan hikmat dunia.Anda harus membangunkehidupan anda di atas kebenaran-kebenaran kekal, bukan psikologi umum, motivasi sukses, atau kisah-kisah yang memberiinspirasi”.[18] Setiap manusia seharusnya menyadari bahwa TUHAN adalah yang menjadi pusat dari kehidupannya.
4. Umur
Panjang
“Takut akan
TUHAN memperpanjang umur,
tetapi tahun-tahun orang fasik
diperpendek”. (Amsal. 10:27). Kata
“memperpanjang” di sini menggunakan kata “Yacaph”, yaw-saf, a
prim root to
add or augment (often, To
continue to do
a thing) sebuah
akar formal untuk menambah
atau meningkatkan (sering,
untuk terus melakukan apapun).
Sedangkan kata “umur”
digunakan kata “Yowm”, yome; from an unused root mean.To be
hot; a day(as the warm hours), whether lit.
(from sunrise to sunset, or from one sunset to the next)._ dari akar kata yang tidak
berarti. Untuk menjadi panas; hari (sebagai jam hangat), apakah menyala. (dari
matahari terbit sampai terbenam, atau dari satu matahari terbenam ke
berikutnya).[19]
Diterjemahkan
ke dalam bahasa inggris “prolongs days”
yang secara harfiahnya dapat diartikan “memperpanjang hari”. Dalam hal
ini penulis kitab
amsal ingin mengatakan
bahwa siapa yang hidup
menghormati TUHAN dalam
setiap langkah kehidupnya setiap hari,
maka “hari-hari dalam
hidupnya akan terus
diperpanjang oleh TUHAN sendiri dengan kata lain hidupnya akan lebih
lama di bumi ini dibandingkan dengan
orang-orang yang hidup
tidak takut akan TUHAN.Ada
jaminan umur panjang bagi siapa saja yang memilih takut akan TUHAN.Ketaatan manusia
terhadap TUHANakan membawa kebahagiaan yang
sejati dibandingkan dengan
orang-orang yang tidak hormat terhadap TUHAN.
Setiap orang di dunia ini telah ditentukan batas hidupnya oleh TUHAN, namun tidak ada satu orang pun yangtahu kapan dan bagaimana seseorang tersebut akan meninggal, sebab semuanya ada dalam pengaturan dan pengetahuan TUHAN semata. Oleh sebab itu, hanya TUHANlah yang menentukkan kehidupan setiap orang. Jadi, setiap manusia dituntut untuk hidup senantiasa menghormati TUHAN agar hari-hari dalam hidupnya terus ditambah-tambahkan olehNya atau dengan kata lain umurnya diperpanjang oleh TUHAN yang empunya kehidupan itu sendiri. Sebab yang memegang dan memberikan hidup kepada setiap orang adalah TUHAN. Dengan kekuasaan-Nyadan kemahatahuan-Nya segala sesuatu yang terjadi dan akan terjadi terhadap setiap manusia diketahui-Nya. Sekalipun hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa kenyataan yang terlihat dalam kehidupan manusia setiap harijustru banyak orang-orang jahat/orang-orang yang hidupnya lebih lama daripada orang-orang yang baik ataupun bisa dikatakan orang-orang Kristen yang percaya TUHAN.
C. Tujuan Takut Akan Tuhan Dalam
Kehidupan Kekristenan
Untuk dapat
menerapkan konsep ini
dalam kehidupan kekristenan orang
percaya setiap hari,
maka kitab amsal
memberikan pengajaran, perintah dan
petunjuk yang praktis
bagaimana cara menjalani hidup
setiap hari yang
benar-benar menunjukkan
penghormatan kepada TUHAN
melalui pengenalan yang
benar olehsetiap orang tentang
TUHAN dan melakukan segala perintah-perintahNya, sehingga melalui tingkahlaku,
perbuatan, tutur kata setiap manusia mencerminkan sikap hormat atau “takut akan
TUHAN”. Prinsip-prinsip “takut akan
TUHAN” yang perlu
diterapkan dalam kehidupan kekristenan berdasarkan kitab amsal antara
lain:
1. Mengenal
TUHAN Dengan Sungguh-Sungguh
“Jikalau engkau
mencarinya seperti mencari
perak, dan mengejarnya seperti
mengejar harta terpendam,
maka engkau akan memperolah pengertian
tentang takut akan
TUHAN dan mendapat pengenalan akan
Allah” (Ams. 2:4-5).
Untuk dapat mengenal
Tuhan dengan benar setiap
manusia harus dengan
sungguh-sungguh mencari dan berusaha
untuk mengenal Dia. Kitab amsal memberikan gambaran mengenai sikap
setiap orang yang
memiliki pengertian tentang
takut akan TUHAN seperti seseorang yang mencari perak. Iniberarti bahwa
usaha untuk mengenal
TUHAN adalah sesuatu
yang sangat penting dalam kehidupan kekristenan setiap
hari. Ketika seseorang mengenal
TUHAN dengan benar,
maka dengan secara sadar
seseorang tersebut akan mendapat pengertian tentang siapa TUHAN itu
sehingga, di sinilah
seseorang akan mendapat
kesadaran untuk menghormati TUHAN yang disembahnya. Pada dasarnya Allah
bukanlah Allah yang tidak dapat dikenal oleh manusia, Allah dapat dikenal
melalui pembacaan Firman Tuhan, berdoa, pujian dan persekutuan-persekutuan
dengan orang percaya lainnya.
2. Menjadikan
TUHAN Sebagai Sandaran
Percayalah
kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu
sendiri (Ams. 3:5). Setiap orang Kristen yang
percaya diperingatkan dan diperintahkan
untuk percaya sepenuhnya kepada
Tuhan, bersandar kepada-Nya
dan tidak mengandalkan atau
bersandar pada pengertiannya sendiri. Setiap orang yang mau berjalan dengan
kekuatannya sendiri adalah orang yangtidak mengenal siapa
Tuhannya, bahkan merupakan
orang yang tidak menghormati dan menghargai Tuhan dalam
hidupnya. “Perintah ini juga merupakan
peringatan terhadap bersandar
pada perasaan kita. Kesalahan ini
banyak terjadi di
antara orang Kristen.
Bersandar pada Tuhan berarti
mengenal Dia melalui
firman-Nya, doa, dan
melalui nasihat oranglain”.[20] Orang-orang Kristen
yang sungguh-sungguh bersandar kepada
Tuhan akan sehat
dan bijaksana (Ams.
3:7). Amsal berkata orang
yang bijak akan mewarisi kehormatan
(Ams. 3:35). “kepercayaandiperintahkan; kepercayaan
yang juga meliputi kepercayaan kepada
Allah (ay. 5),
mengakui Dia dalam
segala bidangkehidupan (ay. 6),
dan takut kepada Dia (ay. 7)”.[21]
Ketika
setiap orang menjadikan Tuhan sebagai sandaran dalam hidupnya itu berarti bahwa
orang tersebut tidak akan menjadi gentar dan takut terhadap kekejutan yang tiba-tiba
karena Dia sendirilah
yang akan menghindarkan
kaki manusia dari pada jerat (Ams. 3:26). Percaya kepada
Tuhan dengan segenap
hati adalah lawannya meragukan Allah
dan firman-Nya. Pengertian
kita sendiri terbatas, dan
mudah salah, dalam
semua rencana, keputusan,
dan tindakan kita, hendaknya
kita mengakui Allah
sebagai Tuhan dan
kehendakNya sebagai keinginan tertinggi kita. Setiap hari kita harus
hidup dalam hubungan yang
erat dan percaya
Allah, senantiasa mengharapkan
pengarahan dari Dia.[22]
Dalam Amsal pasal 16:3 mengatakan, bahwa orang percaya seharusnya melakukan segala sesuatu dengan mengandalkan Tuhan karena dengan demikian seluruh rencana manusia akan terlaksanadengan baik. Paul G. Caram mengatakan, “orang yang tidak menyadari ketidakberdayaannya akan bersandar kepada Allah sedangkan orang yang percaya kepada kemampuannya sendiri dan bersandar kepada kemampuannya sendiri tidak mencari Allah”.[23] Pernyataan ini menyatakan kepada orang-orang percaya bahwa setiap orang yang bersandar kepada Tuhan adalah orang-orang yang sungguh-sungguhmengenal dan menyatakan kemahakuasaan Tuhan dalam hidupnya.
3. Berjalan
Dalam Kejujuran
Siapa
berjalan dengan jujur, takut akan TUHAN, tetapi orang yang sesat jalannya,
menghina Dia (Ams.
14:2; Bdg Yoh.
14:15). “Berjalan dengan jujur
merupakan sebuah bukti
ketaatan, tetapi mengikuti
jalan yang sesat adalah sebuah bukti ketidaktaatan kepada Tuhan”.[24] Setiap orang tidak luput dari
ujian kejujuran bahkan orang percaya pun tanpa terkecuali. Sikap
jujur merupakan wujud
dari ketaatan manusia terhadap Tuhannya, ketika manusia
tidak hidup dalam kejujuran, maka secara
nyata manusia tersebut menghina Dia sebagai Tuhan. “kejujuran dan kejahatan
pada dasarnya bersumber
pada sikap orang
terhadap Allah”. [25]
Jadi, dengan
kata lain bahwa
kejujuran atau pun
kejahatan yang setiap orang
lakukan merupakan pemberontakannya terhadap Tuhan. kejujuran
mengajarkan setiap orang akan
keberadaan Tuhan sebagai pribadi
yang Mahatahu. Tuhan
menyediakan pertolongan bagi setiap
orang yang jujur
dan menjadi perisai baginya
(Ams. 2:7). Jadi, ketika manusia menempuh hidup dalam kejujuran
berarti orang tersebut telah
menjadikan Tuhan sebagai
pelindung dan perisai dalam kehidupannya dan sungguh-sungguh menyadari
akan keberadaan Tuhan sebagai yang mahakuasa dalam kehidupannya. Orang-orang jujur akan mendiami tanah
(Ams. 2:21).
Tuhan bergaul erat dengan orang jujur (Ams. 3:32). Hidup jujur juga merupakan salah satu sikap manusia yang mengakui kehadiran Tuhan setiap waktu dalam kehidupannya. Dalam Amsal pasal 11:1, juga di sana digambarkan bahwa salah satu perbuatan yang tidak jujur adalah pemakaian neraca yang tidak benar untuk menipu oranglain juga merupakan kekejian bagi Tuhan. Tuhan memerintahkan manusia agar bertindak jujur kepada semua orang,baik dalam hal keuangan maupun dalam keadaan lain yang memungkinkan penipuan. “hanya ketika kita mengukur motivasi pribadi dengan standar kebenaran Alkitab, barulah kita melihat kesalahan dari jalan kita. Allah tidak dapat ditipu dengan ketidakjujuran atau alasan kita yang bagus.Ia menghakimi motivasi (Ams. 16:2)”.
4. Menjauhi
Kejahatan
“Dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni, karena takut akan TUHAN orang menjauhi kejahatan”. (Ams. 16:6 bdg 4:27). Dengan menjauhkan diri dari kejahatan, berarti membuktikan bahwa orang tersebut memiliki penghormatan terhadap Tuhan lewat tingkahlakunya. “Tuhan membenci dosa, bukan membenci orang berdosa.”Menurut (Ams. 15:9), Tuhan membenci jalan orang jahat, bukan orang jahat itu sendiri”.[26] Bangsa Israel dikelilingi oleh bangsa-bangsa yang kesukaannya hanya melakukan kejahatan dan oleh karena itulah Salomo memberikan nasihat dalam amsal pasal 1:15-16, agar tidak menurut tingkahlaku mereka (bdg Ams. 5:14-18). Menjauhi kejahatan merupakan keharusan bagi setiap orang Kristen yang percaya bukan merupakan paksaan (Ams. 8:13). Kejahatan merupakan sikap pemberontakkan manusia terhadap Tuhan, kejahatan merupakan sikap yang tidak menghormati Tuhan. Salah satu bukti bahwa manusia menghormati Tuhan dalam kehidupannya adalah dengan menjauhkan diri dari kejahatan-kejahatan dalam bentuk apa pun yangtidak memuliakan Tuhan. Kekristenan harus menjadi berkat bagi orangorang yang ada disekitarnya dengan menunjukkan tingkahlaku dan perbuatannya dalam hidup bermasyarakat setiap hari.
5. Memiliki
Sikap Hati yang Benar
“Enam perkara
ini yang dibenci
TUHAN, bahkan, tujuh
perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya: mata sombong, lidah dusta,
tangan yang menumpahkan darah
orang yang tidak
bersalah, hati yang membuat
rencana-rencana yang jahat,
kaki yang segera
lari menuju kejahatan, seorang
saksi dusta yang
menyembur-nyemburkan kebohongan
dan yang menimbulkan pertengkaran saudara” (Ams.6:16-19). Hati bagi
orang Yahudi merupakan pusat dari seluruh keberadaan hidup manusia. Amsal pasal
6:18, memperingatkan manusia untuk selalu menjaga hati
dari segala rencana-rencana yang
jahat karena ini merupakan
satu dari enam
bahkan tujuh perkara
yang dibenci olehTuhan dalam hidup manusia (ay.16). Dari
hati juga terpancar kehidupan (Ams.4:23). Hati yang benar akan memancarkan
kehidupan yang benar dan memuliakan Tuhan.
“Secara alkitabiah, hati
dapat dilihat sebagai berisi seluruh
pikiran, perasaan, dan
kehendak seseorang. Hati
adalah pusat intelek (bdg.Ul.8:5; 1Sam. 1:12-13; Mzm. 19:15).Hati adalah
pusat perasaan (bdg.Kel.4:14; Ul.6:5; Yos. 5:1; Mzm. 27:14). Hati adalah pusat kehendak manusia
(bdg.Kel.4:21; Yos.24:23; 2Taw.6:7; 1Taw. 22:19)”.[27]
Dengan memiliki sikap hati yang baik juga setiap orang akan menerima firman-Nya dengan baik dan menyimpannya, sehingga manusia dapat hidup bijaksana dan benar dalam hubungannya dengan Tuhan dan akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN(Ams. 2:5). Tuhan dapat mengetahui apa yang ada dalam hati manusia, oleh sebab itu milikilah hati yang benar karena Tuhan tahu semua isi hati manusia tanpa terkecuali (Ams. 15:11).Setiap orang perlu menjaga hati. Dari hati manusia akan timbul berbagai macam hal yang tidak memuliakan Tuhan.Bukan korban, bukan harta yang banyak, bukan kecantikan dan kegagahan, bukan prestasi yang Tuhan cari dari setiap orang percaya, akantetapi Tuhan mencari dan melihat hati manusia.Sebagaimana yang diungkapkan Paul G. Caram bahwa, “Allah tidak menghendaki korban dari kita jika hati kita tidak benar terhadapNya.”[28]
KESIMPULAN
Kekristenan seharusnya
hidup berdasarkan takut
akan TUHAN dengan menyadari
akan kemahakuasaan-Nya, kekudusan-Nya, kemahahadiran-Nya dan
kemahatahuanNya dalam setiap
aspek kehidupan manusia lewat
tindakan dan perilaku
manusia. Banyak hal dalam dunia ini yang akan membuat manusia
merasa takut dan gentar, baik itu ketakutan
terhadap sesamanya manusia
maupun ketakutan terhadap hal-hal
yang lainnya. Takutakan
TUHAN merupakan suatu perasaan takut
yang positif bukan
negatif. Takutakan TUHAN
bukan seperti perasaan takut yang dialami oleh manusia terhadap
hal-hal yang biasa, tetapi
takutakan TUHAN merupakan
penghormatan manusia terhadap TUHAN.
Pula tidak jarang
setiap orang menganggap
bahwa TUHAN itu adalah
satu pribadi yang menakutkan
karena banyaknya pelanggaran yang
terdapat atau diperbuat
oleh manusia tersebut. Takut akan TUHAN
harus didasari oleh karena
“rasa hormat manusia terhadap TUHAN”
bukan karena takut
akan “hukuman TUHAN”.
Dalam kitab
Amsal ada beberapa
manfaat yang akan
diperoleh oleh setiap orang
yang hidup dalam
takut akan TUHAN.
Pertama, hikmat merupakan keterampilan
yang dimiliki oleh
seseorang dalam menjalani kehidupannya. Kedua,
pengetahuan tentang siapa
ALLAH. Ketiga, kehidupan. Dalam
hal ini yang
dimaksudkan adalah kehidupan
kekal. Keempat,umur panjang. Takut akan TUHAN banyak kali dilupakan oleh
manusia, karena manusia
kadang tidak menyadari bahwa
ALLAH yang disembahnya adalah
ALLAH yang mahahadir
dan mahatahu.
[1] Stevri
I. Lumintang, Teologi Abu-Abu (Malang: Gandum Mas, 2004), 43.
[2]
John Hick, Religious
Pluralism dan Salvation (Faith &Philosophy Journal
Vol.5 1988), 371.
[3]
John Hick, Religious
Pluralism dan Salvation (Faith &
Philosophy Journal Vol.5 1988), 371.
[4] Kamus Besar Bahasa
Indonesia, s.v. “Analisis.”
[5]
Ensiklopedi Alkitab Masa
Kini Jilid II,
(Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF, 1995), 438-439.
[6]
Ibid.
[7]
W.R.F. Kamus Alkitab, (Jakarta: PT.BPK. Gunung Mulia, 2007), 434.
[8]
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 2000), 286.
[9] Ibid.
[10]
Robert Alden, Perilaku Yang Bijaksana : Tafsiran Amsal Salomo
(Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1991), 4.
[11]
Oxford Dictionary (New York: Maurice Waite, 1994), 231.
[12]
Andrew E. Hill
& John H.
Walton, Survei Perjanjian
Lama (Malang: Gandum Mas, 1996),
472.
[13]
C. Hassell Bullock,
Kitab-Kitab Puisi Dalam
Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2003), 199.
[14]
C. Hassell Bullock,
Kitab-Kitab Puisi Dalam
Perjanjian Lama (Malang: Gandum
Mas,
2003), 202.
[15]
John Balchin dkk, Intisari Alkitab Perjanjian Lama (Jakarta: Persekutuan
Pembaca Alkitab, 2005), 145.
[16]
R.E. Harlow, Proverbs The King’s Wisdom (Canada: Everyday Publications
Inc, 1984), 10.
[17] W.R.F. Kamus Alkitab
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 139.
[18]
Rick Warren, The Purpose Driven Life (Malang: Gandum Mas, 2005), 20.
[19]
James Strong, The
Strong’s Exhaustive Concordance
Of The Bible (America: Thomas Nelson Publishers, 1990). 49.
[20]
Robert Alden, Perilaku Yang Bijaksana: Tafsiran Amsal Salomo (Lembaga
Reformed Injili Indonesia, 1991), 16.
[21]
Tafsiran Alkitab Masa Kini 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1976), 30. 142
[22]
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 2000), 967.
[23]
Paul G. Caram, Kekristenan Sejati (Jakarta: Voice Of Hope, 2007), 101.
[24]
Robert Alden, Perilaku Yang Bijaksana: Tafsiran Amsal Salomo (Lembaga
Reformed Injili Indonesia, 1991), 79.
[25]
Tafsiran Alkitab Masa kini 2(Jakarta BPK Gunung Mulia, 1976), 33.
[26]
Tafsiran Alkitab Masa kini 2 (Jakarta BPK Gunung Mulia, 1976), 88.
[27]
Alkitab Penunutun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 2000), 972.
[28]
Paul G. Caram, Kekristenan Sejati (Jakarta: Voice Of Hope, 2007), 75.
Posting Komentar untuk "Pengertian Takut Akan Tuhan dalam Kekristenan"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.