Konsep Keselamatan di dalam Kekristenan
Untuk memahami konsep keselamatan di dalam Kekristenan, maka perlu di mengerti beberapa pokok bahasan yang berkaitan dengan hal tersebut.Adapun pokok bahasan tersebut adalah; Sumber keselamatan, dasar keselamatan, cara penyelamatan dan dampak penyelamatan
Sumber
Keselamatan
Alkitab dengan tegas menyatakan bahwa
keselamatan bersumber dari Allah. Rasul Paulus menegaskan hal tersebut sebagai
berikut: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan
hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada
orang yang memegahkan diri. (Efesus 2:8-9). Berdasarkan ayat tersebut tampak
bahwa keselamatan bersumber dari Allah, Dialah yang memberikan keselamatan
kepada manusia.
Pada dasarnya manusia tidak dapat
menyelamatkan dirinya sendiri.Dia membutuhkan anugerah dari Allah untuk
diselamatkan.Hal ini disebabkan oleh keberdosaan manusia. Keberdosaannya itulah
yang membuatnya tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Keberdosaannya itu
dialami sejak dalam kandungan ibunya. Daud menyetakannya sebagai
berikut:“Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku
dikandung ibuku.” (Mazmur 51:7).Dibagian lain Alkitab dengan jelas menyatakan
bahwa “pada dasarnya tidak ada manusia yang tidak berdosa” (I Raja-raja 8:46);
“Di antara yang hidup tidak seorang pun yang benar di hadapan-Mu.” (Mazmur
143:2); “Siapakah dapat berkata, ‘Aku telah membersihkan hatiku, aku tahir dari
pada dosaku?”(Amsal 20:9); “Sesungguhnya, di bumi tidak ada orangyang saleh;
yang berbuat baik dan tidak pernah berbuat dosa.”( Pengkhotbah 7:20); “ Karena
semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” (Roma
3:23).
Fakta Alkitabiah di atas menunjukkan bahwa
pada dasarnya semua manusia telah berdosa tanpa terkecuali.Bagaimanakah hal ini
dapat terjadi? Rasul Paulus menjelaskan dalam Roma 5:12 bahwa dosa masuk ke dalam
dunia melalui Adam.[1]
Dosa Adam diimputasikan[2]
kepada segenap keturunannya. Meskipun ada beberapa teori yang menjelaskan
pengimputasian dosa Adam kepada seluruh keturunannya,[3]
sesungguhnya Alkitab tidak menerangkan secara terinci bagaimana hal ini
terjadi, namun Alkitab dengan jelas menyatakan demikian.[4]
Dasar
Keselamatan
Dasar keselamatan dalam Soteriologi Kristen
adalah anugerah Allah melalui karya penebusan Yesus Kristus bagi umat manusia.
Thiessen menjelaskan hal tersebut secara lengkap sebagai berikut:
“Alkitab
mengajarkan bahwa Allah telah menyediakan keselamatan melalui pribadi dan kaya
Putra-Nya. Sang Putra telah diutus untuk menjadi manusia, mati ganti
kita,bangkit kembali dari antara orang mati, naik kepada Allah Bapa, menerima
kedudukan yang berkuasa disebelah kanan Allah, dan menghadap Allah atas nama
orang percaya. Ia akan datang kembali untuk meyempurnakan penebusan”.[5]
Karya penebusan
Kristus merupakan perwujudan dari anugerah Allah bagi manusia.Keberdosaan
manusia menjadikannya mati sehingga tidak mampu untuk menyelamatkan dirinya sendiri
(Ef. 2:1).Manusia membutuhkan anugerah Allah agar dapat dihidupkan kembali.
Rasul Paulus dengan tegas menyatakan hal tersebut sebagai berikut:
“Tetapi
Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang
dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan
Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita—oleh kasih
karunia kamu diselamatkan -dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan
kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga,”(Ef. 2:4-6).
Cara
Penyelamatan
Anugerah Allah atas manusia melalui karya
penebusan Kristus merupakan cara Allah untuk menyelamatkan manusia.[6] Namun
demikian anugerah ini menghendaki respon berupa iman atau kepercayaan (Kej.
22:17-18; Maz. 33:16-20; Yes. 31:1).[7]
Thissen memperjelas hal tersebut sebagai berikut:“yang diminta dari setiap
orang hanyalah kesediaan untuk menerima apa yang telah dipersiapkan Allah di
dalam Kristus. Bila seseorang dengan iman menerima tawaran hidup itu, orang itu
akan dilahirkan kembali oleh Roh Kudus”.[8]
Rasul Paulus dengan tegas menjelaskannya langkah iman yang melibatkan pengakuan
melalui mulut dan kepercayaan di dalam hati bagi mereka yang akan diselamatkan.
Hal tersebut dinyatakannya sebagai berikut:
“Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa
Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan
Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati
orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan”.
Karena Kitab Suci berkata: "Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak
akan dipermalukan."(Roma 9: 9-11).
Dampak
Penyelamatan
Penyelamatan oleh Allah atas manusia melalui
karya penebusan Yesus Kristus memberikan dampak yang jelas.Adapun dampak darikarya
penyelamatan tersebut adalah sebagai berikut:
Subtitusi. Kematian Kristus adalah
substitusionari, yang artinya Kristus mati karena orang berdosa dan
menggantikan mereka.[9]
Kristus sebagai pengganti yang menanggung
hukuman yang seharusnya ditanggung oleh orang berdosa, Kesalahan mereka
diperhitungkan kepada-Nya secara demikian sehingga Ia mewakili mereka dengan
menanggung hukuman mereka.[10]
Setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus, dosanya akan ditanggung
oleh-Nya (1 Pet. 2:24; Ibr. 9:28). Kristus menjadi subtitusi bagi mereka yang
percaya kepada-Nya.
Penebusan.
Penebusan berasal dari kata Yunani agorazo yang berarti membeli dari pasar.[11] Kata
tersebut berhubungan dengan penjualan di pasar budak.Penebusan pada orang
percaya berarti dibelinya orang percaya dari pasar budak dosa dan dibebaskan
dari ikatan dosa.Hargapembayaran untuk kebebasan tersebut adalah kematian Yesus
Kristus (1 Kor. 6:20; 7:23; Why 5:9).[12]
Rekonsiliasi.
Dampak penerimaan atas karya penyelamatan Allah melalui penebusan Kristus
adalah rekonsiliasi. Pada dasarnya manusia berdosa adalah musuh Allah (Yes.
59:1-2; Kol. 1:21, 22; Yak. 4:4).Namun,melalui kematian Kristus permusuhan dan
murka Allah diangkat (Rm. 5:10). Setiap orang yang percaya kepada Kristus akan
didamaikan dengan Allah.
Pengampunan.
Ada beberapa kata Yunani untuk menjabarkan tentang pengampunan. Pertama,
charizomai yang memiliki arti mengampuni berdasarkan anugerah (Kol. 2:3).Kata
ini berhubungan dengan pembatalan hutang.Melalui karya penebusan Kristus,
hutang orang percaya telah dipakukan di atas kayu salib. Kedua, aphiemi yang
berarti melepaskan atau membebaskan (Ef.1:7). Melalui kematian Kristus, masalah
dosa orang percaya telah dilepaskan, baik dosa masa lalu, sekarang dan masa
yang akan datang.
Justifikasi.
Orang percaya yang menerima karya penyelamatan Allah dibenarkan di dalam
Kristus.Mereka yang memiliki iman di dalam Yesus Kristus dinyatakan benar. Dua
aspek yang terjadi pada justifikasi, yaitu pengampunan dan pengangkatan semua
dosa dan akhir keterpisahan dari Allah(Kis. 13.39; Rm. 4:6-7; 2 Kor 5:19). Hal
itu juga menyangkut pelimpahan kebenaran atas pribadi yang percaya dan berhak
atas semua berkat yang dijanjikan pada orang benar.[13]
Hidup
Kekal di Surga. Setiap orang yang menerima Yesus
menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12).Anak-anak Allah memiliki hak untuk
memperoleh hidup kekal di surga (Yoh. 3:16). Karena mereka mendapat jaminan
bahwa tidak ada penghukuman lagi di dalam Kristus (Rm.8:1).
Karya penyelamatan Allah telah diwartakan
sebagai wujud anugerah Allah kepada manusia. Namun jika karya tersebut ditolak
maka akan ada dampaknya, yaitu:
Mati
akibat Dosa. Penolakan akan karya
penyelamatan Allah akan berdampak kematian (Ef.2:1). Kematian tersebut terjadi
karena dia menolak anugerah Allah, sehingga statusnya tetap sama yaitu sebagai
pendosa. Dan pendosa akan mengalami kematian kekal.
Binasa
akibat Dosa. Kebinasaan akibat dosa menjadi
dampak bagi setiap manusia yang menolak penyelamatan Allah. Allah telah
memberikan pilihan kepada manusia, jika dia menerima akan memeproleh hidup
kekal, tetapi jika menolak maka dia akan binasa (Yoh. 3:16). Dalam
bahasaYunani, kata binasa menggunakan kata apóllymi yang berarti kehancuran
yang mutlak dan permanen. Rupanya penolakan tersebut bukan sekedar berdampak
pada kematian tapi juga kehancuran yang mengerikan.
Dihukum
di Neraka. Penolakan akan karya penyelamatan Allah akan
membawa manusia berdosa pada murka Allah dan penghukuman yang mengerikan. Hal
ini selaras dengan pernyataan Milne berikut:
“Kengerian
hukuman yang kekal tercermin dengan jelas dalam sejumlah ayat (Mat.5:29-30;
Mark.9:43; Why.14:11).Ajaran Alkitab di sini sangat jelas dan mengandung
kesungguhan yang mengerikan.Orang yang tidak bertobat ketika dihadapkan pada
panggilan Allah, yang menolak kehendak-Nya walaupun mereka mengetahuinya, dan
yang sepanjang hidupnya terus melakukan dosa yang berarti penghujatan dan
pemberontakan terhadap Allah, akan dihadapkan pada murka Allah yang adil.”[14]
Murka Allah yang adil akan membawa mereka yang
menolak karya penyelamatan Allah menuju neraka. Eksistensi neraka sebagai tempat
penghukuman kekal bagi para pendosa berulang kali dinyatakan oleh Tuhan Yesus. Tuhan
Yesus menyebutnya dalam Matius 5:22, 29 dan 30. Kengerian neraka dapat dilihat
dari beberapa istilah yng digunakan untuknya yaitu: “api yang tak pernah padam”
(Mat. 3:21; Mark. 9:43, 48), “dapur perapian” (Mat. 13:42,50), “kegelapan yang
sangat gelap” (Mat. 8:12; 22:13;25:30), “api kekal” (Mat. 25:41), “lautan api
dan batubara” (Why. 21:8) dan “lautan api” (Why. 19:20; 20:10, 14, 15).
[1]
Paul Enns. 2004. The Moody Handbook of Theology, Vol. 1. (Malang: Literatur
SAAT), hlm. 385.
[2]
Kata imputation berasal darikata Latin imputare yang berarti memperhitungkan,
mendakwakan pada seseorang dan
berhubungan dengan masalah bagaimana dosa
didakwakan pada seseorang.
[3] Henry C. Thiessen. 1993.
Teologi Sistematik. (Malang: Penerbit Gandum Mas),
hlm.
284-291.
[4] Henry C. Thiessen, hlm. 291.
[5] Henry C. Thiessen, hlm. 307.
[6] Harun Hadiwijono. 1995. Iman
Kristen. (Jakarta: BPK Gunung Mulia), hlm.
261
[7] Bruce Milne. 1996. Mengenali
Kebenaran. (Jakarta: BPK Gunung Mulia),
hlm.
210
[8] Henry C. Thiessen, hlm. 311
[9] Paul Enns, hlm. 400.
[10] Louis Berkhof. 1941.
Systematic Theology (Grand Rapids: Eerdmans), hlm.
392.
[11] Paul Enns, hlm. 400.
[12] Paul Enns, hlm. 400.
[13] J.l. Packer. 1984.
“Justification”, dalam Walter A. Elwell, ed., Evangelical
Dictionary
of Theology. (Grand Rapid: Baker), hlm. 594.
[14] Bruce Milne, hlm. 374.
Posting Komentar untuk "Konsep Keselamatan di dalam Kekristenan"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.