Renungan 1 Tawarikh 22:8 MENGGAPAI IMPIAN
1 Tawarikh 22:8 “Tetapi firman TUHAN datang kepadaku, demikian: Telah kautumpahkan sangat banyak darah dan telah kaulakukan peperangan yang besar; engkau tidak akan mendirikan rumah bagi nama-Ku .…”
Sebuah Dorama (drama TV Jepang) berjudul Mare
mengisahkan seorang gadis bernama Mare yang mempunyai impian menjadi pâtissier (pembuat
kue) terbaik sedunia.
“Kapan Ibu menjadi pâtissier terbaik sedunia?”
Pertanyaan dari anak kembarnya sejenak membuat Mare terdiam.
Meski sampai akhir cerita Mare belum menjadi
pâtissier terbaik, ia boleh dikatakan berhasil. Mengapa? Karena keahliannya
membuat kue berkembang jauh lebih baik.
Berbicara mengenai impian, Raja Daud pernah
berkeinginan mendirikan rumah kediaman bagi nama Tuhan. Namun, Tuhan seolah
tidak mengizinkannya menggapai impian itu.
Dia berfirman, “… engkau tidak akan mendirikan
rumah bagi nama-Ku.” (ay. 8). Sebagai gantinya, Tuhan menunjuk Salomo
merealisasikan impian ayahnya (ay. 9-10).
Apakah
Daud menyerah?
Rupanya tidak. Daud justru giat membantu
Salomo menyediakan bahan-bahan kebutuhan bagi pembangunan rumah Tuhan.
Pada akhirnya, rumah Tuhan yang merupakan
impian Daud berhasil didirikan (2Taw. 6:10-11). Jika demikian, apakah Daud
berhasil menggapai impiannya? Tentu saja! Bukankah melalui upaya Daud,
pembangunan Bait Allah dapat diselesaikan dengan semakin baik?
Hari ini kita diingatkan untuk tidak menyerah
atas sebuah impian. Tidak perlu memikirkan apakah impian itu akhirnya menjadi
kenyataan atau tidak.
Faktanya, sekalipun tidak mencapai ujung
langit, setidaknya kita telah berani mengepakkan sayap lalu terbang melihat
keindahan dunia.
Ingatlah, impian akan tetap menjadi impian
kalau kita tidak berani melangkahkan kaki ke depan. Jadi apabila kita mempunyai
impian, berusahalah menggapainya bersama dengan Tuhan.
”IMPIAN ADALAH MILIK SETIAP ORANG YANG
MEMPUNYAI TANGAN IMAN DAN KEBERANIAN UNTUK MENGGAPAINYA”
Posting Komentar untuk "Renungan 1 Tawarikh 22:8 MENGGAPAI IMPIAN"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.