Renungan Harian: Anak Perempuan Yairus
Bacalah: Markus 5: 21–24, 35–43.
Kebangkitan-kebangkitan sebelum kematian dan kebangkitan
Yesus sendiri tidak terbatas pada kelompok etnis atau kelas sosial tertentu.
Musa mungkin adalah pemimpin umat Allah yang terbesar yang pernah ada (Ul. 34
10-12) Sebaliknya, janda Fenisia yang malang bahkan bukan orang Israel (1 Raj.
17: 9). Wanita Sunem itu menonjol di komunitasnya (2 Raj. 4: 8) tetapi tetap
saja, bukan orang Ibrani.
Janda di Nain hanya memiliki satu anak laki-laki, yang mungkin menjadi sandarannya (Luk. 7: 12). Sebaliknya, Yairus adalah seorang pemimpin sinagoge, mungkin di Kapernaum (Mrk. 5: 22). Terlepas dari latar lakang budaya atau status sosial mereka yang berbeda, mereka semua diberl oleh Tuhan yang berkuasa memberi kehidupan.
Putri Yairus yang berusia 12 tahun terbaring sakit parah di
rumah. Jadi, ia pergi kepada Yesus dan memohon kepada-Nya untuk datang ke
rumahnya dan meletakkan tangan penyembuhan-Nya di atasnya. Tetapi sebelum
mereka bisa sampai di sana, seseorang sudah membawa berita sedih, “Anakmu sudah
mati apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?” (Mrk. 5: 35). Kemudian
Yesus berkata kepada ayah yang berduka itu, “Jangan takut, percaya saja"
(Mrk 5: 36). Memang, yang bisa dilakukan ayah hanyalah percaya sepenuhnya pada
campur tangan Tuhan.
Sesampainya di rumah, Yesus berkata kepada orang-orang yang
berkumpul di sana, "Mengapa kamu ribut-ribut dan menangis? Anak itu tidak
mati tetapi tidur" (Mrk. 5. 39). Mereka mengolok-olok Dia karena (1)
mereka tahu bahwa dia sudah mati, dan (2) mereka tidak memahami arti
kata-kata-Nya. "Metafora yang menghibur di mana ‘tidur' mengartikan
‘kematian' tampaknya menjadi cara favorit Kristus untuk merujuk pada pengalaman
ini ([Mat. 9: 24; Luk. 8: 52:] lihat di Yoh. 11: 11–15). Kematian adalah tidur,
tetapi ini adalah tidur nye nyak yang hanya dapat dibangunkan oleh Si Pemberi
Kehidupan yang agung, karena hanya Dia yang memiliki kunci kubur (lihat Why. 1:
18; lih. Yoh. 3: 16; Rm. 6: 23)"-The SDA Bible Commentary, jld. 5, hlm.
609.
Setelah kebangkitan gadis ini, mereka yang melihatnya “sangat
takjub" (Mrk. 5: 42). Tidak heran. Untuk saat ini kematian adalah final,
mutlak, dan tampaknya tidak dapat diubah. Untuk melihat sesuatu seperti ini
dengan mata kepala sendiri pasti merupakan pengalaman yang luar biasa dan
mengubah hidup.
Kata-kata Yesus, "Jangan takut, percaya saja" (Mrk.
5: 36), masih ber makna bagi kita hari ini. Bagaimanakah kita bisa belajar
melakukan itu, bahkan di tengah situasi yang menakutkan, saat-saat paling
penting untuk tetap percaya?
Posting Komentar untuk "Renungan Harian: Anak Perempuan Yairus"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.