Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Roh Manusia Kembali kepada Tuhan

Bacalah: Kejadian 2: 7 dan Pengkhotbah 12: 1–7.

Perbedaan apa yang dapat Anda lihat di antara dua bagian Alkitab ini? Bagaimanakah mereka dapat membantu kita untuk lebih memahami kondisi manusia dalam kematian? Lihat juga Kejadian 7: 22.

Matilah segala yang ada nafas hidup dalam hidungnya, segala yang ada di darat.

 

Roh Manusia Kembali kepada Tuhan

Seperti yang sudah terlihat, Alkitab mengajarkan bahwa manusia adalah jiwa (Kej. 2: 7), dan jiwa tidak ada lagi ketika tubuh mati (Yeh. 18: 4, 20). Tetapi bagaimana dengan "roh"? Apakah roh tidak tetap sadar bahkan setelah kematian tubuh? Banyak orang Kristen percaya demikian, dan mereka bahkan mencoba untuk membenarkan pandangan mereka dengan mengutip Pengkhotbah 12: 7, yang mengatakan, "Pada waktu itu debu akan kembali menjadi tanah seperti semula, dan roh akan kembali kepada Allah yang mengaruniakannya." Tetapi pernyataan ini tidak menunjukkan bahwa roh orang mati tetap sadar di hadirat Tuhan.

Pengkhotbah 12: 1–7 dalam istilah yang cukup dramatis menggambarkan proses penuaan, yang berpuncak pada kematian. Ayat 7 mengacu pada kema tian sebagai kebalikan dari proses penciptaan yang disebutkan dalam Kejadian 2: 7. Seperti yang telah dinyatakan, pada hari keenam dari minggu Penciptaan "TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup" (Kej. 2: 7).

Tetapi sekarang, Pengkhotbah 12: 7 memberi tahu kita bahwa "debu akan kembali menjadi tanah seperti semula, dan roh akan kembali kepada Allah yang mengaruniakannya." Jadi, napas kehidupan yang Tuhan embuskan ke dalam lubang hidung Adam, dan yang juga Dia berikan kepada semua manusia lainnya, kembali kepada Tuhan atau, dengan kata lain, berhenti mengalir ke dalam dan melalui mereka.

Kita harus ingat bahwa Pengkhotbah 12: 7 menggambarkan proses kematian semua manusia dan melakukannya tanpa membedakan antara yang benar dan yang jahat. Jika roh yang diduga dari semua orang yang mati bertahan sebagai wujud yang sadar di hadapan Tuhan, lalu apakah roh orang jahat bersama Tuhan? Gagasan ini tidak selaras dengan keseluruhan pengajaran Kitab Suci. Karena proses kematian yang sama terjadi pada manusia dan hewan (Pkh. 3: 19, 20), kematian tidak lain adalah berhentinya keberadaan sebagai makhluk hidup. Seperti yang dinyatakan oleh pemazmur, “Apabila Engkau menyembunyikan wajah-Mu, mereka terkejut; apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu" (Mzm. 104: 29)

Kita sering mengatakan bahwa kematian hanyalah bagian dari kehi dupan. Mengapa itu sangat salah? Kematian adalah lawan dari kehi dupan, musuh kehidupan. Jadi, harapan besar apakah yang ditemukan dalam ayat ini: "Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut" ( Kor. 15: 26)?


Posting Komentar untuk "Roh Manusia Kembali kepada Tuhan"