Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Masalah Kepemimpinan Di Akhir Zaman

Masalah Kepemimpinan Di Akhir Zaman


Aspek kepemimpinan menjadi aspek yang sangat penting di akhir zaman ini. Suka, tidak suka, kehidupan banyak orang akan sangat dipengaruhi oleh keberadaan orang yang menjadi panutan, memberi input ataupun menjadi pemimpin dalam hidup mereka.

Permasalahan yang sering terjadi dalam aspek kepemimpinan ini seringkali menjadi lebih kompleks ketika ada orang-orang tertentu yang hidupnya belum matang dan belum sepenuhnya dibangun dalam kebenaran tapi sudah terburu-buru memposisikan diri menjadi seorang pemimpin atau bapa rohani.

Seharusnya seseorang memasuki posisi sebagai pemimpin atau bapa rohani karena Tangan Tuhan yang menempatkan mereka, bukan karena mengangkat diri sendiri (self claimer) setelah mendengar suatu khotbah atau pengajaran tentang pembapaan rohani.

Sebagai seorang pemimpin, rasul atau bapa rohani, Paulus menjadikan hidupnya yang sudah berfungsi sebagai seorang bapa atau pemimpin, untuk menjadi patokan bagi jemaat atau anak rohani yang ada dalam pengayomannya.

1 Korintus 4:15-16 Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu. Sebab itu aku menasihatkan kamu: turutilah teladanku! 

1.   Paulus sebagai seorang bapa rohani yang dimunculkan Tuhan, melayani dengan teladan hidup (Kisah Para Rasul 20:18)

Paulus menegaskan : “kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini”. Paulus tidak menutup-nutupi kehidupannya, dia berlaku transparan bahkan apa yang menjadi kehidupan sehari-harinya dijadikan sebagai role model dan teladan bagi jemaat dan anak-anak rohani yang ada dalam pengayomannya. Paulus mengajarkan apa yang telah dihidupinya kepada jemaat, bukan sekadar khotbah atau pengajaran saja. Sebab Tuhan hendak menduplikasi kehidupan ilahi dari seorang bapa rohani kepada jemaat.

2.   Seorang pemimpin yang dimunculkan sebagai seorang bapa oleh Tuhan, selalu memanifestasikan kerendahan hati dalam pelayanannya, dan bukan sebaliknya yaitu meninggikan diri dari antara jemaat yang ada (Kisah Para Rasul 20:19).

Paulus berkata : “dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan”. Seorang pemimpin yang memiliki kualitas hati sebagai seorang bapa, memiliki suatu prinsip ilahi bahwa tugas utamanya sebagai seorang bapa rohani adalah membawa jemaat atau anak rohani yang ada dalam pengayomannya untuk dapat terhubung secara langsung dengan keberadaan Bapa Surgawi. Bukan justru memposisikan diri untuk menjadi 'penghubung' dengan Bapa di surga! Yang mana justru mengkondisikan jemaat untuk selalu hidup dalam kebergantungan dengan dirinya.

Orang-orang yang memposisikan diri sebagai 'pribadi yang istimewa' di hadapan jemaatnya, akan selalu cenderung memanipulasi orang-orang yang seharusnya ia ayomi.  Pada akhir zaman ini ada begitu banyak perilaku dari pemimpin yang ingin diistimewakan dalam pelayanannya bahkan dalam perlakuan hidup sehari-harinya. Hal ini hanya akan membuat hidup sang pemimpin itu sendiri malah menjadi batu sandungan bagi jemaat.

3.   Seorang pemimpin yang dimunculkan sebagai seorang bapa, akan melayani dengan hatinya, bukan hanya karena kewajiban (Kisah Para Rasul 20:19).

Paulus tegaskan : “Saya selalu melayani Tuhan Yesus dengan rendah hati dan sering menangis karena saya sangat mengasihi kalian....” (Terjemahan Sederhana Indonesia).

Sebagai bapa rohani, ia akan selalu mengingat dan membawa anak-anak rohani maupun jemaat yang ada dalam pengayomannya  di dalam doa-doanya, bahkan sampai meneteskan air mata di hadapan Tuhan.

Semua yang dilakukan sang bapa kepada anak-anak rohani dan jemaat merupakan perwujudan kasihnya kepada mereka. Selalu mendoakan mereka, bersyafaat di hadapan Bapa surgawi, dan memastikan keberadaan Kristus jadi makin bertambah nyata dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Posting Komentar untuk "Masalah Kepemimpinan Di Akhir Zaman"