Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kejadian 31 – Pentingnya Hubungan Yang Baik

 

Kejadian 31 – Pentingnya Hubungan Yang Baik

Kitab Kejadian 31 menceritakan tentang perpisahan antara Yakub dan Laban, paman Yakub yang menjadi majikannya selama 20 tahun. Yakub memutuskan untuk kembali ke tanah leluhurnya, Kanaan, bersama keluarganya dan ternaknya. Sebelum pergi, Yakub melakukan upacara pengorbanan dan menegaskan bahwa Allah telah memberkatinya dan melindunginya selama di bawah naungan Laban.

Kitab Kejadian 31:1-42 menceritakan tentang perpisahan antara Yakub dan Laban. Pada awalnya, Yakub merasa tidak aman tinggal bersama Laban karena Laban dan anak-anaknya merasa iri dan cemburu terhadap Yakub karena keberhasilannya dalam mengelola ternak mereka. Oleh karena itu, Yakub memutuskan untuk kembali ke tanah leluhurnya, Kanaan, bersama keluarganya dan ternaknya.

Pada malam sebelum Yakub pergi, Laban mendapat mimpi dari Allah yang memperingatkannya untuk tidak melakukan kejahatan terhadap Yakub. Ketika Yakub memberitahukan kepada istrinya, Rahel dan Lea, bahwa ia ingin pergi, keduanya setuju untuk ikut bersamanya. Mereka berpura-pura merayu Laban untuk membiarkan mereka pergi, tetapi sebenarnya mereka berencana untuk meninggalkannya tanpa sepengetahuannya.

Namun, Laban mengejar mereka dan mengejar mereka selama tujuh hari. Ketika Laban akhirnya menemukan mereka, Yakub marah dan menuduh Laban telah merugikan dan menipunya selama 20 tahun. Laban membela diri dan menyatakan bahwa ia belum pernah berbuat jahat terhadap Yakub. Akhirnya, keduanya sepakat untuk membuat perjanjian damai dan menandai batas antara tanah mereka masing-masing.

Dalam tafsiran pasal ini, terdapat beberapa pesan penting yang dapat dipetik. Pertama, Allah melindungi Yakub dan memberkatinya dalam pengembaraannya. Kedua, keserakahan dan cemburu dapat merusak hubungan yang sudah lama terjalin. Ketiga, Yakub dan Laban menunjukkan contoh yang baik dalam menyelesaikan konflik dan membuat perdamaian.

Secara keseluruhan, pasal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga hubungan baik dengan orang lain dan menyelesaikan konflik secara damai, meskipun mungkin terjadi perbedaan atau kesalahpahaman di antara kita.

Kitab Kejadian 31:43-55 menceritakan tentang pertemuan antara Yakub dan Laban setelah Yakub melarikan diri dari rumah Laban dengan keluarganya dan ternaknya. Laban dan keluarganya mengejar Yakub dan menemukannya di Pegunungan Gilead. Dalam pertemuan ini, terdapat beberapa hal penting yang dapat ditarik makna dan tafsirannya:

Ayat 43 Kemudian Laban menjawab Yakub, katanya: "Perempuan-perempuan itu anak-anakku, anak-anakku, dan ternak itu ternakku; segala yang engkau lihat itu adalah milikku. Tetapi bagaimanakah aku ini dapat berbuat terhadap anak-anakku dan terhadap cucu-cucuku, yang dilahirkan oleh anak-anakku itu?

Laban mengklaim bahwa perempuan-perempuan yang menjadi istri Yakub dan anak-anak mereka, serta ternak yang dimiliki Yakub, sebenarnya adalah miliknya. Namun, Laban khawatir akan kehidupan anak-anak dan cucu-cucunya yang lahir dari perempuan-perempuan itu jika Yakub benar-benar meninggalkan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Laban sebenarnya tidak mengakui keputusan Yakub untuk memulai hidup baru dan meninggalkan keluarganya.

Ayat 44 Oleh sebab itu, sekarang baiklah kita membuat perjanjian, aku dan engkau, yang menjadi saksi antara aku dan engkau."

Laban mengajukan usulan untuk membuat perjanjian antara dirinya dan Yakub agar keduanya tidak saling menyerang dan saling menuntut hak milik. Perjanjian ini nantinya akan menjadi bukti kesepakatan antara keduanya dan akan dijadikan saksi dalam perselisihan di kemudian hari.

Ayat 45 Lalu mengambillah Yakub sebuah batu dan ditaruhnya batu itu sebagai tanda batas.

Yakub mengambil sebuah batu dan meletakkannya sebagai tanda batas antara wilayah milik Laban dan miliknya sendiri. Ini menunjukkan bahwa Yakub ingin menetapkan wilayah miliknya dan menghindari perselisihan dengan Laban di kemudian hari.

Ayat 46 Kemudian kata Yakub kepada sanak saudaranya: "Kumpulkanlah batu-batu." Lalu mereka mengambil batu-batu dan menimbunnya menjadi suatu tumpukan, lalu makanlah mereka di situ di atas tumpukan itu.

Yakub meminta sanak saudaranya untuk membantu mengumpulkan batu-batu dan menimbunnya menjadi tumpukan. Setelah tumpukan batu selesai, mereka makan di atas tumpukan itu. Ini adalah upacara adat kuno yang dilakukan untuk menunjukkan kesepakatan dan persahabatan antara dua kelompok atau individu.

Ayat 47 Dan Laban menamainya Yegar-Sahaduta, tetapi Yakub menamainya Gal-ed.

Laban menamai tumpukan batu tersebut Yegar-Sahaduta, yang artinya "tumpukan saksi". Yakub juga memberi nama tumpukan batu tersebut, yaitu Gal-ed, yang berarti "tumpukan saksi". Kedua nama dari tumpukan batu ini menunjukkan bahwa tumpukan batu tersebut dijadikan sebagai tanda kesepakatan antara Yakub dan Laban. Yakub juga memberikan nama Gal-ed, yang dalam bahasa Ibrani berarti "Allah saksi-ku", yang menunjukkan bahwa Yakub percaya bahwa Allah adalah saksi kesepakatan ini.

Ayat 48 Lalu kata Laban: "Inilah tumpukan batu sebagai saksi antara aku dan engkau pada hari ini." Sebab itu dinamainyalah nama itu Gal-ed.

Laban menegaskan bahwa tumpukan batu ini menjadi bukti kesepakatan antara dirinya dan Yakub pada hari itu. Hal ini menunjukkan bahwa Laban juga menghargai pentingnya kesepakatan dan persetujuan antara keduanya.

Ayat 49 Dan Mizpa, sebab katanya: "Biarlah TUHAN mengawasi antara aku dan engkau, apabila kita tidak berjumpa lagi.

Laban juga mengusulkan untuk menamakan tempat itu Mizpa, yang artinya "tempat pengawasan". Dia berharap bahwa Tuhan akan mengawasi hubungan antara dirinya dan Yakub dan memastikan bahwa kesepakatan mereka akan dihormati di masa depan, meskipun mereka tidak akan berjumpa lagi.

Ayat 50 Sebab itu Yakub bersumpah dengan nama Allah Yang disegani oleh ayahnya Ishak, dan sumpah itu diucapkannya di atas ketakutan Ishak.

Yakub bersumpah dengan nama Allah yang disegani oleh ayahnya, Ishak, untuk menegaskan kesetiaannya terhadap kesepakatan ini dan memastikan bahwa sumpahnya dihormati. Hal ini juga menunjukkan bahwa Yakub menghargai nilai-nilai keagamaan dan warisan keluarganya.

Ayat 51-53 Dan Yakub berkata kepada Laban: "Inilah tumpukan batu dan inilah tiang yang kusediakan antara aku dan engkau; tumpukan batu ini menjadi saksi, dan tiang ini menjadi saksi, bahwa aku tidak akan menyeberang kepadamu dari tumpukan batu ini dan dari tiang ini, ke sisi engkau, dengan niat berbuat jahat. Allah ayahmu, Allah Ishak, biarlah Dia menjadi hakim antara kita." Kemudian bersumpahlah Laban dengan nama Allah yang disegani oleh ayahnya itu.

Yakub menegaskan kembali kesepakatan mereka dan membuat pernyataan bahwa dia tidak akan menyeberangi tumpukan batu dan tiang ini untuk melakukan tindakan jahat terhadap Laban. Dia juga meminta Allah ayahnya, Allah Ishak, untuk menjadi hakim antara mereka jika terjadi perselisihan di masa depan. Laban juga bersumpah dengan nama Allah yang disegani oleh ayahnya untuk menegaskan kembali kesepakatan ini.

Ayat 54-55 Kemudian Laban mempersembahkan korban sembelihan, lalu ia mengundang keluarganya makan roti. Pada malam itu juga mereka bermalamlah di situ. Pada pagi hari Laban bangun, mencium cucunya dan anak-anaknya, lalu memberkati mereka; kemudian Laban berangkat pulang, kembali ke tempat tinggalnya.

Setelah kesepakatan mereka dibuat dan disumpah, Laban mempersembahkan korban sembelihan sebagai tanda perdamaian. Dia juga mengundang keluarganya untuk makan roti bersama. Pada malam itu, mereka semua bermalam di tempat tersebut.

Pada pagi hari, Laban bangun dan mencium cucunya dan anak-anaknya, serta memberkati mereka sebelum berangkat pulang ke tempat tinggalnya. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada konflik dan ketegangan antara Yakub dan Laban, mereka berhasil menyelesaikan perbedaan mereka dan menegaskan persahabatan dan hubungan keluarga mereka.

Tafsiran dari Kitab Kejadian pasal 31 ayat 43-55 ini menunjukkan pentingnya kesepakatan dan persetujuan dalam hubungan manusia, serta pentingnya menjaga hubungan baik dengan keluarga dan memuliakan nilai-nilai keagamaan dan warisan keluarga. Ini juga menunjukkan bahwa meskipun ada konflik dan ketegangan dalam hubungan manusia, ada kemungkinan untuk menyelesaikannya dengan damai dan menjaga hubungan yang baik di masa depan.

Referensi buku:

  • Matthew Henry's Commentary on the Whole Bible, Volume I, Genesis to Deuteronomy by Matthew Henry
  • The Expositor's Bible Commentary, Volume 2: Genesis, Exodus, Leviticus, Numbers by John H. Sailhamer
  • The NIV Application Commentary: Genesis by John H. Walton
  • "The Book of Genesis" oleh Victor P. Hamilton - buku ini memberikan tafsiran komprehensif dari seluruh Kitab Kejadian, termasuk pada pasal 31.
  • "Genesis: A Commentary" oleh Bruce K. Waltke - buku ini menawarkan analisis teks yang mendalam dan komentar tentang Kitab Kejadian, termasuk pada pasal 31.
  • "The Genesis Record: A Scientific and Devotional Commentary on the Book of Beginnings" oleh Henry M. Morris - buku ini menawarkan pendekatan yang unik dengan mengkombinasikan tafsiran Kitab Kejadian dengan pandangan-pandangan ilmiah dan devosional.
  • "The NIV Application Commentary: Genesis" oleh John H. Walton - buku ini memberikan analisis tafsiran yang lebih praktis dan relevan untuk kehidupan sehari-hari, termasuk pada pasal 31.

Selain buku-buku tersebut, ada banyak lagi sumber online yang dapat dijadikan referensi untuk membaca tafsiran Kitab Kejadian 31, seperti situs web BibleHub, Blue Letter Bible, dan Bible Study Tools.

Posting Komentar untuk "Kejadian 31 – Pentingnya Hubungan Yang Baik"