Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kejadian 6 – Allah membenci kejahatan

Kejadian 6 – Allah membenci kejahatan


Kejadian 6:1-8 – Kejahatan Manusia

Kejadian 6:1-8 adalah bagian dari kisah Nuh dan Bahteranya yang terkenal dalam Alkitab. Pasal ini menjelaskan bahwa umat manusia telah menjadi sangat jahat dan penuh kekerasan sehingga Tuhan memutuskan untuk memberikan hukuman dengan air bah yang akan membinasakan semua makhluk hidup di bumi kecuali Nuh dan keluarganya serta hewan-hewan yang dipilih untuk diselamatkan.

Ayat 1-4 menceritakan bahwa anak-anak Allah menikahi putri-putri manusia, yang kemungkinan besar mengacu pada perkawinan campur antara keturunan Set (yang menurut catatan Alkitab hidup mengasihi Allah) dengan keturunan Kain (yang dipandang sebagai keturunan yang jahat dan memberontak terhadap Tuhan). Hal ini menimbulkan kemarahan Tuhan dan Dia memutuskan untuk membatasi usia manusia menjadi 120 tahun.

Ayat 5-7 menjelaskan bahwa Tuhan menyaksikan betapa jahatnya manusia di bumi dan Dia menyesal telah menciptakan mereka. Oleh karena itu, Dia memutuskan untuk memberikan hukuman dengan air bah. Namun, Nuh adalah satu-satunya yang ditemukan saleh di hadapan Tuhan dan Tuhan memerintahkan Nuh untuk membangun sebuah bahtera yang besar untuk menyelamatkan keluarganya serta hewan-hewan dari air bah yang akan datang.

Ayat 8 menyatakan bahwa Nuh memang saleh dan telah menemukan kasih karunia di hadapan Tuhan. Oleh karena itu, Tuhan memilih untuk menyelamatkannya bersama keluarganya dan hewan-hewan yang dipilih untuk diselamatkan.

Kejadian 6:9-22 – Nuh yang hidup menurut kehendak Allah

Kejadian 6:9-22 menceritakan tentang Bagaimana Tuhan memerintahkan Nuh untuk membangun bahtera dan mengumpulkan binatang dari segala jenis sebelum banjir besar datang. Inilah beberapa penjelasan tafsiran dan historis dari Kejadian 6:9-22:

  • Menurut beberapa ahli, pasal-pasal awal Kitab Kejadian (termasuk pasal 6) adalah legenda atau mitos yang memiliki beberapa persamaan dengan kisah-kisah banjir yang terjadi di berbagai budaya kuno di sekitar Mesopotamia, seperti kisah Atrahasis, Gilgamesh, dan Epik Enuma Elish. 

  • Bahtera yang dibangun oleh Nuh dideskripsikan memiliki dimensi yang sangat besar, mencapai panjang 300 hasta (sekitar 135 meter), lebar 50 hasta (sekitar 22,5 meter), dan tinggi 30 hasta (sekitar 13,5 meter). Beberapa ahli meyakini bahwa deskripsi ini mengacu pada ukuran-ukuran standar yang digunakan dalam tradisi konstruksi bangunan kuno.

  • Binatang-binatang yang dikumpulkan oleh Nuh di dalam bahtera diberi instruksi oleh Tuhan untuk bertahan hidup selama banjir berlangsung. Ada beberapa perbedaan dalam daftar binatang-binatang yang disebutkan dalam berbagai naskah Alkitab, tetapi umumnya binatang-binatang itu terdiri dari hewan-hewan domestik dan liar yang bisa dimakan oleh manusia.

  • Kisah Nuh dan bahtera menjadi simbol keberanian dan kesetiaan dalam kepercayaan Kristen dan Yahudi, serta menjadi bagian penting dalam kisah penciptaan dan kejatuhan manusia.

  • Banyak ahli sejarah dan arkeolog telah mencoba untuk mencari bukti tentang kebenaran sejarah kisah Nuh dan banjir besar yang terjadi dalam Kitab Kejadian. Beberapa teori menunjukkan bahwa kisah banjir besar mungkin terinspirasi oleh peristiwa geologis yang terjadi di Mesopotamia pada masa lampau, seperti banjir besar di daerah delta Sungai Tigris dan Efrat yang terjadi sekitar 4000 SM.

  • Bagian dari Kitab Kejadian yang menceritakan kisah Nuh dan bahtera telah menjadi subjek interpretasi yang beragam dalam teologi dan agama. Beberapa kelompok agama menggunakan kisah ini sebagai bukti adanya peristiwa nyata dalam sejarah, sementara yang lain memandangnya sebagai cerita alegoris atau simbolis yang mengandung pesan moral atau spiritual.

  • Selain itu, kisah Nuh dan banjir besar juga sering dianggap sebagai contoh keajaiban ilahi dan kekuasaan Tuhan atas alam semesta. Dalam beberapa tradisi agama, kisah ini digunakan sebagai bentuk penghiburan atau harapan dalam menghadapi bencana atau peristiwa yang sulit dalam kehidupan manusia.

  • Terakhir, kisah Nuh dan banjir besar juga menjadi subjek bagi karya seni dan budaya populer, seperti film, buku anak-anak, dan lagu-lagu rohani. Beberapa contoh karya yang terinspirasi dari kisah ini termasuk film "Noah" (2014), buku anak-anak "Nuh dan Bahtera" oleh Tommy Indrianto, dan lagu rohani "Father Noah Had An Ark".

Renungan:

Kejadian 6 berisi kisah tentang banjir yang terjadi pada zaman Nuh. Menurut cerita, manusia pada masa itu sangat jahat dan tidak taat kepada Tuhan, sehingga Tuhan memutuskan untuk menghukum mereka dengan banjir yang sangat besar. Hanya Nuh dan keluarganya yang selamat, karena Nuh adalah satu-satunya orang yang masih taat kepada Tuhan.

Dalam kisah ini, terlihat bagaimana Tuhan sangat serius dalam menegakkan keadilan dan menghukum dosa-dosa manusia. Namun, Tuhan juga menunjukkan rahmat dan kasih-Nya dengan menyelamatkan Nuh dan keluarganya. Selain itu, kisah ini juga mengajarkan pentingnya taat kepada Tuhan dan hidup dengan benar di hadapan-Nya.

Dalam kehidupan sehari-hari, kisah ini mengajarkan kita untuk memperhatikan perbuatan dan keputusan kita. Kita harus selalu berusaha hidup dengan benar dan taat kepada Tuhan, serta memperhatikan dampak dari tindakan kita terhadap orang lain dan lingkungan sekitar. Selain itu, kisah ini juga mengajarkan kita untuk tetap percaya pada Tuhan dan memohon rahmat-Nya, bahkan dalam situasi yang sulit sekalipun.


Sumber-sumber: Alkitab, ensiklopedia Kristen, dan buku-buku referensi tentang teologi dan sejarah gereja. Beberapa sumber yang direkomendasikan adalah:

  • "The Oxford Companion to the Bible" (Oxford University Press, 1993),
  • "The Interpreter's Dictionary of the Bible" (Abingdon Press, 1962),  
  • "The New International Dictionary of the Christian Church" (Zondervan, 1974).

Posting Komentar untuk "Kejadian 6 – Allah membenci kejahatan"