Ketabahan dan keberanian Yesus dalam menghadapi penghinaan dan penolakan
Pada Kitab Matius 26:57-68, diceritakan mengenai pengadilan
Yesus di hadapan Imam Besar Kaifas dan Dewan Agung. Berikut adalah tafsir dari
pasal ini:
Setelah penangkapan Yesus di Taman Getsemani, Ia dibawa ke
rumah Imam Besar Kaifas, tempat Dewan Agung sedang berkumpul. Imam Besar dan
anggota dewan berusaha mencari kesaksian palsu untuk menuduh Yesus sehingga
mereka dapat menghukum-Nya dengan hukuman mati.
Pasal ini mencatat bahwa banyak saksi palsu datang ke depan
dan memberikan kesaksian palsu terhadap Yesus, tetapi kesaksian mereka tidak
konsisten. Meskipun begitu, Yesus tetap diam dan tidak memberikan penjelasan
atau pembelaan diri yang berarti.
Kemudian, Imam Besar Kaifas menginterogasi Yesus, bertanya
kepada-Nya apakah Ia adalah Mesias, Anak Allah yang diberkati. Yesus menjawab
dengan kata-kata yang kuat, "Engkau telah mengatakannya. Tetapi Aku
berkata kepadamu, dari sekarang ini kamu akan melihat Anak Manusia duduk di
sebelah kanan kekuasaan dan datang di atas awan-awan langit" (Matius
26:64).
Mendengar jawaban ini, Imam Besar menganggap Yesus bersalah
atas tuduhan penistaan terhadap Allah. Kemudian, mereka memulai serangkaian
penghinaan dan perlakuan kejam terhadap Yesus. Mereka mengejek-Nya,
memukul-Nya, menutup wajah-Nya, dan meminta-Nya untuk meramalkan siapa yang
memukul-Nya.
Tafsiran dari pasal ini menunjukkan betapa kerasnya perlakuan
yang ditunjukkan kepada Yesus oleh orang-orang yang menolak-Nya. Meskipun Ia
dianiaya secara fisik dan diperlakukan dengan kejam, Yesus tetap tetap tenang
dan teguh dalam iman-Nya. Ia menerima penderitaan ini sebagai bagian dari
rencana keselamatan Allah dan sebagai penggenapan nubuat-nubuat tentang
penderitaan-Nya sebagai Juruselamat.
Selain itu, pasal ini juga menyoroti keteguhan dan keberanian
Yesus dalam menghadapi penghinaan dan penolakan. Meskipun Ia berada di bawah
tekanan dan menghadapi tuduhan palsu, Ia tidak mundur atau menyangkal
identitas-Nya sebagai Anak Allah. Ia dengan tegas mengakui diri-Nya sebagai
Mesias dan mengingatkan mereka tentang kedatangan-Nya yang akan datang dengan
kemuliaan.
Setelah pengadilan di hadapan Imam Besar Kaifas dan Dewan
Agung, Kitab Matius melanjutkan dengan menceritakan bagaimana beberapa anggota
dewan mengolok-olok Yesus dan menghina-Nya. Mereka menjawab dengan mengatakan,
"Ia layak mati!" Kemudian, mereka mulai menampar dan memukul Yesus,
sambil menghina-Nya dengan kata-kata yang menghina dan mencemooh.
Selanjutnya, Kitab Matius mencatat bahwa Petrus, salah satu
murid Yesus, berada di halaman luar tempat pengadilan. Di situ, seorang pelayan
perempuan mendekatinya dan mengenali dia sebagai salah satu pengikut Yesus. Ia
berkata kepada orang-orang di sekitarnya bahwa Petrus juga pasti bersama Yesus.
Namun, Petrus membantah dengan keras dan bersumpah bahwa ia tidak mengenal
Yesus.
Setelah itu, orang-orang di sekitar Petrus mulai
mencurigainya, mengaitkan dia dengan Yesus berdasarkan dialek dan perkataannya.
Petrus menyangkal Yesus dua kali lagi, dan kemudian ayam berkokok. Pada saat
itu, Petrus teringat perkataan Yesus bahwa ia akan menyangkal-Nya tiga kali
sebelum ayam berkokok. Petrus sangat menyesal dan menangis dengan pahit.
Pasal ini menunjukkan betapa kerasnya penghinaan dan
penolakan yang ditunjukkan kepada Yesus oleh para pemimpin agama dan anggota
Dewan Agung. Mereka tidak hanya mencoba mencari kesaksian palsu untuk
menuduh-Nya, tetapi juga secara fisik menganiaya-Nya dan menghina-Nya secara
verbal. Ini mencerminkan kebencian mereka terhadap-Nya dan keinginan mereka
untuk menyingkirkan-Nya.
Selain itu, tafsiran ini juga menyoroti kelemahan dan
kejatuhan Petrus. Meskipun ia bersumpah bahwa ia tidak akan menyangkal Yesus,
tekanan dari orang-orang di sekitarnya dan ketakutannya menyebabkan dia
menyangkal Yesus tidak hanya sekali, tetapi tiga kali. Ini menggambarkan
kelemahan manusia dan pentingnya ketergantungan kita pada kuasa dan kerahiman
Allah.
Secara keseluruhan, pasal ini mengajarkan kita tentang
ketabahan dan keberanian Yesus dalam menghadapi penghinaan dan penolakan, serta
mengingatkan kita akan kerentanan kita sebagai manusia. Ia juga menunjukkan
pentingnya iman yang teguh dan ketergantungan pada kuasa dan anugerah Allah
dalam menghadapi cobaan dan tantangan hidup.
Posting Komentar untuk "Ketabahan dan keberanian Yesus dalam menghadapi penghinaan dan penolakan"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.