Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lamban Merespon Karunia Allah

 

Lamban Merespon Karunia Allah

Kitab Matius 21:33-45 berisi perumpamaan tentang Pemilik Kebun Anggur. Ini adalah salah satu perumpamaan yang panjang dan mengandung pesan yang mendalam.

Perumpamaan dimulai dengan menceritakan seorang pemilik kebun anggur yang menanami kebunnya dengan baik. Dia membangun pagar di sekelilingnya, menggali tangga-tangga anggur, dan membangun menara penjaga di tengahnya. Kemudian, pemilik kebun itu menyewakan kebun kepada penggarap dan pergi ke luar negeri.

Ketika musim panen tiba, pemilik kebun mengutus hambanya untuk mengumpulkan hasil dari para penggarap. Namun, para penggarap itu secara kejam memperlakukan hamba-hamba itu. Mereka memukul, membunuh, dan melemparkan mereka keluar dari kebun. Pemilik kebun mengirim hamba-hamba lain, tetapi nasib mereka sama.

Akhirnya, pemilik kebun itu memutuskan untuk mengirimkan anaknya yang tunggal kepada para penggarap, berharap bahwa mereka akan menghormati dan menghargai anaknya. Namun, ketika para penggarap melihat anak itu, mereka berencana untuk membunuhnya dan mengambil warisannya. Mereka menangkap, memukul, dan membunuh anak itu di luar kebun.

Yesus kemudian bertanya kepada pendengar-Nya, "Apakah pendapatmu tentang apa yang dilakukan oleh pemilik kebun itu terhadap para penggarap?". Mereka menjawab bahwa pemilik kebun itu akan menghukum para penggarap dengan hukuman yang kejam dan akan memberikan kebun itu kepada penggarap yang lain.

Dalam perumpamaan ini, pemilik kebun melambangkan Allah Bapa, kebun anggur adalah umat-Nya, penggarap adalah para pemimpin agama Yahudi pada waktu itu, dan hamba-hamba serta anak yang diutus adalah nabi-nabi dan akhirnya Yesus sendiri. 

Perumpamaan ini menggambarkan sejarah kesetiaan dan pemberontakan umat Allah. Meskipun Allah telah memberikan berkat-berkat-Nya dan kesempatan bagi umat-Nya untuk menghasilkan buah-buah yang baik, mereka tidak menghargai dan tidak mentaati-Nya. Mereka malah memperlakukan hamba-hamba-Nya, yaitu nabi-nabi, dengan kekerasan dan penolakan.

Kedatangan anak tunggal pemilik kebun, yang melambangkan Yesus, adalah puncak perlawanan mereka. Mereka merencanakan untuk membunuh Yesus agar mereka bisa mengambil kekuasaan dan kepemilikan yang seharusnya milik-Nya.

Yesus mengutip ayat-ayat dari Kitab Mazmur 118:22-23 untuk menjelaskan bahwa batu yang ditolak oleh para pembangun telah menjadi batu penjuru yang penting. Dia menyatakan bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari mereka dan diberikan kepada bangsa yang menghasilkan buah-buah Kerajaan Allah.

Dalam konteks sejarahnya, perumpamaan ini menyindir pemimpin agama Yahudi yang menolak dan menganiaya Yesus serta para pengikut-Nya. Mereka adalah para penggarap yang kejam dan durhaka terhadap Allah. Pengutusan anak tunggal pemilik kebun, Yesus Kristus, adalah sebuah anugerah yang besar, tetapi mereka tidak menghargainya. Alih-alih mengakui kebangkitan-Nya dan mengikuti-Nya, mereka bertekad untuk menghilangkan-Nya agar mereka bisa mempertahankan kuasa dan kontrol mereka.

Yesus kemudian menyatakan bahwa batu penjuru yang ditolak akan menjadi penentu nasib mereka. Orang yang menolak-Nya akan dihancurkan, sementara mereka yang percaya kepada-Nya akan menerima keselamatan dan menjadi bagian dari Kerajaan Allah. Yesus dengan tegas menyampaikan bahwa pemimpin agama Yahudi yang menolak-Nya dan membunuh-Nya akan menerima hukuman yang keras dari Allah.

Pasal ini juga memiliki aplikasi yang relevan bagi kita sebagai orang percaya saat ini. Perumpamaan ini mengingatkan kita untuk tidak mengabaikan atau menolak Yesus dalam hidup kita. Kita harus mengakui-Nya sebagai Tuhan dan Juru Selamat, dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Ketika kita menerima Yesus dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya, kita menjadi bagian dari Kerajaan Allah dan menghasilkan buah-buah Roh yang baik.

Selain itu, perumpamaan ini juga mengajarkan pentingnya menghormati dan menghargai Yesus sebagai Anak Allah yang tunggal. Kita harus memperlakukan-Nya dengan pengabdian, ketundukan, dan kepatuhan. Kehadiran-Nya dalam kehidupan kita harus mengubah cara kita berpikir, berbicara, dan bertindak.

Akhirnya, perumpamaan ini juga mengajarkan konsekuensi dari menolak Yesus dan melawan kehendak Allah. Ketika kita menolak-Nya dan mengabaikan panggilan-Nya, kita menghadapi kebinasaan dan hukuman. Namun, jika kita menerima-Nya dengan iman dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya, kita akan mengalami keselamatan dan hidup kekal di dalam-Nya.

Perumpamaan Pemilik Kebun Anggur dalam Kitab Matius 21:33-45 mengajarkan kita tentang pentingnya menghormati dan menghargai Yesus, hidup dalam ketaatan kepada-Nya, dan menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita. Mari kita merenungkan pesan yang terkandung dalam perumpamaan ini dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehingga kita dapat menghasilkan buah-buah yang baik untuk Kerajaan Allah.

Posting Komentar untuk "Lamban Merespon Karunia Allah"