Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah
Matius 5:3 "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Ketika Yesus berkata "Berbahagialah orang yang miskin di
hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga" di Kitab
Matius 5:3, Yesus tidak merujuk secara khusus pada kemiskinan ekonomi. Meskipun
mungkin ada orang Yahudi pada saat itu yang miskin secara ekonomi, Yesus
mengacu pada keadaan batin mereka, yaitu mereka yang merasa kekurangan secara
spiritual dan merindukan kehadiran Allah dalam hidup mereka.
Dalam bahasa Yunani, kata yang digunakan untuk
"miskin" adalah "ptochos", yang merujuk pada seseorang yang
benar-benar tergantung pada orang lain dan tidak memiliki apa-apa. Dalam
konteks keagamaan, kata ini merujuk pada orang yang menyadari kelemahan mereka
sendiri dan kebutuhan mereka akan Allah. Orang-orang ini merasa lemah, tidak
berdaya, dan merindukan bantuan Allah dalam hidup mereka.
Ketika Yesus mengatakan bahwa "mereka yang miskin di
hadapan Allah" adalah "empunya Kerajaan Surga," ia menyiratkan
bahwa mereka yang merasa kekurangan spiritual akan menerima anugerah dan
keberkatan dari Allah. Dalam konteks ini, kemiskinan tidak dilihat sebagai
hukuman atau kutukan, tetapi sebagai keadaan yang membawa orang untuk
bergantung sepenuhnya pada Allah dan menerima kebenaran-Nya.
Dengan demikian, perkataan Yesus di Kitab Matius 5:3 lebih
menunjukkan pada kemiskinan spiritual, bukan kemiskinan ekonomi. Yesus ingin
menunjukkan bahwa orang-orang yang merindukan Allah dan merasa kekurangan
secara spiritual akan menerima anugerah dari Allah dan mengalami sukacita dan
kebahagiaan sejati.
Pernyataan Yesus dalam ayat tersebut juga mencerminkan
ajaran-ajaran-Nya tentang pentingnya merendahkan diri, mengakui kebutuhan kita
akan Allah, dan mengandalkan-Nya sepenuhnya. Ketika kita menyadari bahwa kita
tidak mampu mencapai kebenaran dan keselamatan dengan kekuatan kita sendiri,
kita menjadi miskin dalam roh dan merindukan bantuan dan pertolongan dari
Allah.
Selain itu, pernyataan Yesus juga menunjukkan bahwa Kerajaan
Surga tidak hanya untuk orang yang memiliki banyak harta dan kekuasaan, tetapi
juga untuk orang yang merasa kekurangan dalam hal kebutuhan spiritual. Kekayaan
dan status sosial tidak dapat membeli kebahagiaan dan keselamatan yang sejati,
tetapi hanya iman dan ketaatan kepada Allah yang dapat membawa kita ke dalam
Kerajaan Surga-Nya.
Dalam konteks sosial dan politik pada saat itu, pernyataan
Yesus tentang "orang yang miskin di hadapan Allah" juga dapat
dianggap sebagai sebuah tantangan terhadap kekuasaan politik dan sosial yang
ada. Yesus mengajarkan bahwa kekuasaan dan kekayaan manusia tidaklah berarti
apa-apa jika tidak disertai dengan iman dan ketaatan kepada Allah. Ia
mengajarkan bahwa hanya Allah yang berkuasa atas hidup kita dan hanya dengan
merendahkan diri dan mengandalkan-Nya sepenuhnya kita dapat meraih kebahagiaan
dan keselamatan sejati.
Dalam kesimpulannya, pernyataan Yesus dalam Kitab Matius 5:3
tentang "orang yang miskin dalam roh" bukanlah merujuk pada
kemiskinan ekonomi, tetapi pada keadaan batin seseorang yang merasa kekurangan
secara spiritual dan merindukan kehadiran Allah dalam hidup mereka. Ajaran
Yesus mengajarkan pentingnya merendahkan diri, mengakui kebutuhan kita akan
Allah, dan mengandalkan-Nya sepenuhnya untuk meraih kebahagiaan dan keselamatan
sejati di dalam Kerajaan Surga-Nya.
Renungan
Matius 5:3 memberikan pesan penting tentang bagaimana kita
harus memandang diri kita sendiri dan hidup kita di hadapan Allah. Yesus
mengatakan "Berbahagialah orang yang miskin dalam roh, karena merekalah
yang empunya Kerajaan Surga". Pernyataan ini mengajarkan kita untuk merendahkan
diri dan mengakui kebutuhan kita akan Allah.
Kita hidup dalam dunia yang serba materialistik, yang
menempatkan nilai pada kekayaan, status, dan kekuasaan. Namun, pernyataan Yesus
tentang orang yang miskin dalam roh mengajarkan kita bahwa kebahagiaan sejati
tidak terletak pada materi atau status sosial, tetapi dalam merindukan
kehadiran Allah dalam hidup kita.
Mengakui kekurangan spiritual kita bukanlah sesuatu yang
mudah. Kita sering kali merasa bahwa kita cukup mandiri, kuat, dan mampu
mengatasi segala sesuatu dengan sendirian. Namun, Yesus mengajarkan bahwa hanya
dengan merendahkan diri dan mengandalkan-Nya sepenuhnya kita dapat meraih
kebahagiaan dan keselamatan sejati.
Perlu diingat bahwa pernyataan Yesus tentang "orang yang miskin dalam roh" tidak berarti kita harus merasa rendah diri atau tidak berharga. Sebaliknya, pernyataan ini mengajarkan kita untuk mengakui kebutuhan kita akan Allah dan untuk hidup dalam ketaatan dan ketergantungan sepenuhnya kepada-Nya. Dalam hal ini, kita menjadi orang yang diberkati karena kita dapat mengalami kehadiran Allah dan memasuki Kerajaan Surga-Nya.
Oleh karena itu, renungan dari Kitab Matius 5:3 mengajarkan
kita untuk merendahkan diri, mengakui kebutuhan kita akan Allah, dan
mengandalkan-Nya sepenuhnya dalam hidup kita. Ketika kita melakukannya, kita
akan mengalami kebahagiaan dan keselamatan sejati di dalam Kerajaan Surga-Nya.
Posting Komentar untuk "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.