Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perjanjian antara Allah dan umat Israel menunjukkan kasih setia Allah

 

perjanjian antara Allah dan umat Israel menunjukkan kasih setia Allah

Keluaran 24:1-11 mengisahkan perjanjian antara Allah dan umat Israel di Gunung Sinai setelah mereka menerima hukum-hukum Allah (Sepuluh Perintah). Tafsiran untuk pasal ini dapat mencakup beberapa poin berikut:

1.   Persiapan untuk perjanjian: Pada awal pasal ini, Allah memanggil Musa, Harun, Nadab, dan Abihu, serta tujuh puluh pemimpin Israel untuk mendekat ke hadapan-Nya. Ini menunjukkan bahwa inisiatif perjanjian ini berasal dari Allah, dan bahwa Dia memilih mereka untuk berpartisipasi dalam pengalaman khusus ini.

2.   Persembahan kurban dan perjanjian: Musa menulis semua firman Allah yang diberikan kepada umat Israel dan membangun mezbah di sekitar gunung. Kemudian, ia mengutus para pemuda Israel untuk mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan kepada Allah. Setelah itu, Musa mengambil separuh darah korban dan menyiramkannya ke atas mezbah, dan separuh darah yang lain disiramkan kepada umat Israel sebagai tanda perjanjian antara Allah dan mereka. Darah tersebut melambangkan pemurnian dan keterikatan antara Allah dan umat-Nya.

3.   Penglihatan Allah dan penghormatan: Setelah penyiraman darah, Musa, Harun, Nadab, Abihu, dan tujuh puluh pemimpin Israel naik ke atas gunung. Mereka melihat kehadiran Allah, yang digambarkan sebagai langit yang mirip dengan batu safir yang jernih. Meskipun tidak disebutkan secara rinci, penglihatan ini mungkin menggambarkan kehadiran keagungan dan kemuliaan Allah, serta kehadiran-Nya yang transenden dan misterius.

4.   Makan dan minum di hadapan Allah: Setelah penglihatan Allah, Musa dan para pemimpin Israel memakan dan minum di hadapan-Nya. Ini dapat dipahami sebagai sebuah perjamuan atau tanda persekutuan yang melibatkan kehadiran Allah. Makan dan minum ini dapat melambangkan persatuan dan kebersamaan antara Allah dan umat-Nya.

Pasal ini menggambarkan momen penting dalam sejarah perjanjian antara Allah dan umat Israel. Allah menegaskan janji-Nya dan umat Israel menyatakan komitmen mereka untuk setia kepada-Nya. Darah korban menjadi tanda perjanjian yang mengikat mereka bersama sebagai umat-Nya. Teks ini juga memberikan gambaran tentang pengalaman spiritual yang luar biasa di mana Allah memperlihatkan diri-Nya kepada mereka.

Pada awalnya, Musa dipanggil oleh Allah untuk mendekat ke gunung dan mendapatkan instruksi yang akan diberikan kepada umat Israel. Musa kemudian kembali kepada umat Israel untuk memberitahukan segala firman dan hukum-hukum yang telah diterimanya. Respons umat Israel adalah sungguh menggembirakan, mereka dengan suara yang bulat mengatakan, "Segala firman yang telah difirmankan TUHAN, kami akan melakukannya."

Musa kemudian menulis semua firman Allah dan membuat suatu perjanjian dengan umat Israel. Setelah itu, ia membangun sebuah mezbah di bawah gunung Sinai dan mendirikan dua belas tiang sebagai perwakilan dari dua belas suku Israel. Ia juga mengutus sejumlah pemuda Israel untuk mempersembahkan korban-korban keselamatan bagi Allah. Musa mengambil sebagian darah korban dan mencurahkannya di atas mezbah dan pada umat Israel sebagai tanda perjanjian antara mereka dengan Allah. Kemudian ia membaca kitab perjanjian itu kepada umat Israel, dan mereka bersedia dan berseru dengan sepenuh hati, "Segala firman yang telah difirmankan TUHAN, kami akan melakukannya dan kami akan mentaatinya."

Renungan

Renungan dari teks ini mengajarkan beberapa hal penting kepada kita.

Pertama, setelah menerima wahyu dan pengajaran dari Allah, penting bagi umat Allah untuk merespons dengan kesetiaan dan ketaatan. Umat Israel dengan tegas menyatakan keinginan mereka untuk melakukan segala firman yang diperintahkan oleh Allah. Ini mengingatkan kita akan pentingnya hidup yang taat dan patuh terhadap ajaran dan perintah-perintah Allah dalam kehidupan kita sehari-hari.

Kedua, perjanjian antara Allah dan umat Israel menunjukkan kasih setia Allah dalam mengarahkan dan memimpin umat-Nya. Allah memberikan hukum-hukum dan perintah-perintah-Nya bukan untuk menghambat umat-Nya, tetapi untuk membimbing mereka dalam hidup yang benar dan memperlihatkan jalan yang baik baginya.

Ketiga, darah yang dicurahkan oleh Musa sebagai tanda perjanjian mengingatkan kita akan pentingnya pengorbanan dan penebusan dosa. Darah yang dicurahkan mengilustrasikan bahwa tanpa pengorbanan darah, tidak ada pengampunan dosa dan perdamaian dengan Allah. Di bawah perjanjian baru yang diteguhkan melalui darah Yesus Kristus, kita juga memperoleh pengampunan dan persekutuan dengan Allah melalui pengorbanan-Nya di salib.

Terakhir, kita diajak untuk hidup dalam kesetiaan dan ketaatan yang teguh kepada Allah. Seperti umat Israel yang bersedia melakukan segala firman yang telah difirmankan oleh Tuhan, kita juga harus memiliki tekad yang sama untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Ketika kita hidup dalam ketaatan kepada Allah, kita akan mengalami berkat, pengarahan-Nya, dan kedekatan dengan-Nya.

Keluaran 24:1-11 mengingatkan kita akan pentingnya hidup dalam kesetiaan dan ketaatan kepada Allah. Marilah kita menyadari betapa berharganya perjanjian yang telah Allah teguhkan dengan kita melalui darah Yesus Kristus, dan hiduplah dalam kesetiaan yang sungguh-sungguh kepada-Nya, dengan sepenuh hati mempersembahkan hidup kita sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada-Nya.

 

Posting Komentar untuk "Perjanjian antara Allah dan umat Israel menunjukkan kasih setia Allah"