Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kebebalan Manusia | Renungan Mazmur 14:1-7

 

Kebebalan Manusia | Renungan Mazmur 14:1-7

Mazmur 14 adalah salah satu dari beberapa mazmur yang diatribusikan kepada Raja Daud dalam Perjanjian Lama di Alkitab. Mazmur ini menggambarkan tema kebebalan manusia terhadap kehadiran dan hukum Allah. Berikut adalah tafsiran dari Mazmur 14:1-7:

Ayat 1-3: "Orang bodoh berkata dalam hatinya: Tidak ada Allah. Mereka telah berbuat bejat, membuat perbuatan-perbuatan yang keji; tidak ada yang berbuat baik. TUHAN menilik dari sorga atas anak-anak manusia, untuk melihat, apakah ada orang yang berakal budi, yang mencari Allah."

Mazmur ini dimulai dengan pernyataan tentang kebebalan manusia yang mengabaikan keberadaan Allah. Orang bodoh yang dimaksudkan di sini bukanlah orang yang kurang kecerdasan, tetapi mereka yang memilih untuk menolak keberadaan Allah dalam hati mereka. Mereka hidup dengan tidak mengindahkan prinsip-prinsip moral dan rohaniah, dan tindakan mereka penuh dengan kejahatan. Ayat-ayat ini juga menggarisbawahi bahwa Allah tetap memperhatikan perilaku manusia dan menguji hati mereka.

Ayat 4-6: "Semua orang telah menyimpang, semuanya telah rusak; tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak ada, Tidak adakah mereka yang melakukan kesia-siaan, yang memakan umat-Ku sebagai makanan, dan mereka tidak memanggil TUHAN? Di situ mereka berseru-seru ketakutan, karena Allah ada di tengah-tengah bangsa yang benar."

Pada bagian ini, mazmur tersebut melukiskan kondisi umum manusia, yaitu semua manusia cenderung menjauh dari jalan yang benar dan mengalami kerusakan moral. Ketidakberesan dan ketidakadilan melanda, dan orang-orang jahat tampaknya mendominasi. Mereka yang melakukan ketidakadilan dianggap seperti memakan umat Allah, tetapi pada akhirnya, mereka akan merasakan ketakutan di hadapan Allah yang benar.

Ayat 7: "Tetapi mereka terhuyung-huyung, sebab Allah ada di tengah-tengah orang benar."

Mazmur ini berakhir dengan pengharapan. Meskipun kondisi manusia penuh dengan kejahatan dan ketidakberesan, orang-orang yang benar dan taat kepada Allah tidak akan terlunta-lunta. Allah tetap hadir di tengah-tengah mereka dan akan menjaga mereka. Kehadiran Allah memberikan harapan dan keamanan bagi orang-orang yang beriman.

Renungan:

Mazmur ini menggambarkan keadaan manusia yang jatuh ke dalam kebebalan rohaniah. Ayat pertama menggambarkan orang bebal yang berkata dalam hatinya, "Tidak ada Allah." Ini bukan hanya tentang ketiadaan keyakinan pada eksistensi Tuhan, tetapi juga tentang sikap sombong dan keterasingan dari hakikat keberadaan Allah.

Pesan utama dari pasal ini adalah pengakuan bahwa manusia cenderung menjauh dari kebenaran dan akal budi rohaniah. Manusia cenderung terjerat dalam dosa, memalingkan diri dari Allah, dan berlaku dengan tidak adil terhadap sesama manusia. Keadaan ini menyebabkan ketidakmampuan manusia untuk berbuat baik dan menghasilkan perbuatan yang menyenangkan Allah.

Namun, Mazmur ini juga menunjukkan bahwa Tuhan melihat dari sorga untuk mencari orang yang berakal budi dan mencari Allah. Ini adalah panggilan kepada kita untuk mengubah hati dan pikiran kita, serta untuk mencari hubungan yang lebih dalam dengan Allah. Meskipun manusia mungkin jatuh ke dalam kebebalan, masih ada harapan untuk kembali kepada Tuhan dan mengalami pemulihan rohaniah.

Selain itu, pasal ini juga menggarisbawahi bahwa pada akhirnya, Allah adalah tempat perlindungan dan penyelamatan. Ketika kita menyadari kebebalan kita dan merindukan hubungan yang benar dengan Allah, Dia siap untuk menyelamatkan kita dan mengubah hidup kita. Ini adalah panggilan untuk merendahkan diri, mengakui dosa-dosa kita, dan mencari kehadiran Allah dalam hidup kita.

Mazmur ini menyampaikan pesan tentang kerapuhan manusia dan kebutuhan kita akan Allah. Ini mengajak kita untuk merenungkan kondisi hati dan pikiran kita, serta untuk mengarahkan diri kita menuju Allah yang adalah sumber penyelamatan dan kebijaksanaan.

2 komentar untuk "Kebebalan Manusia | Renungan Mazmur 14:1-7"

Berkomentar yg membangun dan memberkati.