Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kerinduan kepada Allah | Renungan Mazmur 42:1-6

 

Kerinduan kepada Allah | Renungan Mazmur 42:1-6

Dalam pasal ini, penyair mengekspresikan perasaan kerinduan dan hausnya kepada Allah seperti rusa yang merindukan sungai-sungai air. Jiwa penyair merindukan Allah, yang dijelaskan sebagai Allah yang hidup. Ada keinginan mendalam untuk bertemu dan mengalami hadirat-Nya.

Air mata penyair menjadi makanan siang dan malam, karena dalam keadaan kerinduannya, dia merasa terpisah dari Allah, dan orang-orang di sekitarnya bertanya-tanya di mana Allahnya. Penyair mengingat bagaimana dulu dia berada dalam kerumunan orang yang beribadah bersama, dan saat itu dia memimpin mereka dengan sukacita menuju rumah Allah.

Namun sekarang, dia merasa tertekan dan gelisah. Meskipun dalam keadaan tersebut, penyair mengingatkan dirinya sendiri untuk berharap kepada Allah dan bersyukur, karena bantuan wajah Allah adalah harapannya. Dia mengingat tempat-tempat suci seperti Yordan, gunung-gunung Hermon, dan gunung Mizar.

Keseluruhan pasal ini menggambarkan kerinduan spiritual yang mendalam, serta perjuangan dalam menjaga iman dan harapan di tengah kesulitan. Ini adalah ungkapan yang dapat memotivasi setiap individu untuk tetap berpegang pada keyakinan dan hubungan pribadi dengan Allah, bahkan ketika menghadapi tantangan dan pergumulan dalam hidup.

Renungan:

Kitab Mazmur 42 menggambarkan kerinduan yang mendalam dan kehausan jiwa akan hadirat Allah. Ima jiwa ini seperti rusa yang merindukan sumber air di tengah-tengah kehausan, begitu juga jiwa manusia merindukan Allah. Penyair Mazmur ini merasa jiwanya "dahaga" akan Allah yang hidup, dan ia merindukan waktu ketika ia bisa datang dan mengalami kehadiran Allah secara langsung.

Air mata yang ia tumpahkan menggambarkan perasaannya yang mendalam dan suka cita yang telah menghilang dari kehidupannya. Ia merindukan masa-masa ketika ia bergabung dengan umat Allah dalam ibadah penuh sukacita, merayakan dan menyanyikan puji-pujian. Tapi sekarang, ia merasa terpisah dan bertanya-tanya di mana Allahnya.

Namun, di tengah-tengah kerinduannya yang mendalam, penyair ini mengingatkan dirinya sendiri untuk tetap berharap kepada Allah. Ia mengingatkan dirinya bahwa meskipun ia merasa tertekan dan gelisah, ia masih harus bersyukur kepada Allah. Kepada-Nya-lah ia memohon pertolongan, karena Allah adalah sumber kekuatan dan penghiburan.

Renungan ini mengajarkan kita tentang kekuatan kerinduan spiritual kita kepada Allah. Sebagaimana rusa merindukan sumber air yang vital bagi kehidupannya, begitu pula jiwa kita seharusnya merindukan Allah sebagai sumber kehidupan rohani kita. Ketika kita merasa jauh atau terasing dari kehadiran-Nya, penting untuk tetap bersandar pada-Nya dengan harapan dan rasa syukur, karena hanya dalam-Nya kita akan menemukan kepuasan dan penghiburan yang sejati.

Posting Komentar untuk "Kerinduan kepada Allah | Renungan Mazmur 42:1-6"