Doa pada waktu sakit payah | Mazmur 88:1-10
Mazmur 88:1-10 Mazmur ini
menggambarkan penderitaan dan kesunyian yang mendalam. Penulis mencurahkan
keluh kesahnya kepada Tuhan, merasa seperti diabaikan dan terpisah dari-Nya.
Bahkan, penulis merasa seperti berada di ambang kematian, dengan kelelahan dan
gangguan hati yang begitu besar. Namun, di tengah segala penderitaan tersebut,
penulis tetap berharap bahwa doanya akan sampai kepada Tuhan dan bahwa
pasrahannya akan diterima.
Mazmur ini adalah salah satu
contoh nyata dari kejujuran dalam berhubungan dengan Tuhan. Meskipun banyak
mazmur lain dalam Kitab Mazmur berakhir dengan pujian dan pengharapan, Mazmur
88 tetap dalam suasana keputusasaan dan kesunyian. Namun demikian, kehadiran
Mazmur 88 dalam kitab Suci menunjukkan bahwa Tuhan menghargai kejujuran dan
kerelaan kita untuk membawa segala beban dan penderitaan kita kepada-Nya.
Dalam situasi sakit atau
penderitaan, Mazmur 88 mengajarkan kita untuk tidak menyembunyikan perasaan
kita dari Tuhan. Sebaliknya, kita diberikan contoh untuk berbicara dengan jujur
dan terbuka kepada-Nya. Ini mencerminkan hubungan yang intim antara manusia dan
Allah, di mana kita dapat mengungkapkan segala sesuatu kepada-Nya tanpa takut
atau malu.
Meskipun Mazmur 88 tidak
menawarkan jawaban langsung atau solusi bagi penderitaannya, kehadirannya dalam
kitab Suci mengajarkan kita untuk tetap berpegang pada iman dan harapan kita
kepada Tuhan, bahkan dalam saat-saat paling sulit. Ini adalah pengingat bahwa
dalam setiap kegelapan dan keputusasaan, kita tidak sendirian. Allah hadir
bersama kita, siap menerima keluhan, doa, dan kerinduan kita.
Dengan demikian, tafsiran
Mazmur 88:1-9 memberikan pengertian tentang pentingnya berbicara dengan jujur
kepada Tuhan, bahkan ketika kita berada dalam situasi paling putus asa. Ini
adalah panggilan untuk tetap mempercayai Allah meskipun segala sesuatunya
tampak suram, karena pada akhirnya, kita tahu bahwa Dia adalah Allah yang setia
dan penghibur bagi mereka yang menderita.
Renungan:
Mazmur 88:1-9 adalah sebuah
doa yang diisi dengan rasa sakit dan penderitaan. Judul yang tertera adalah
"Doa pada waktu sakit payah". Dalam perikop ini, pemazmur
mengungkapkan rasa putus asa dan kesedihan yang mendalam. Pemazmur merasa
seperti orang mati, seperti orang yang kehilangan kekuatan, dan merasa
ditinggalkan oleh Tuhan.
Namun, meski dalam keadaan
putus asa, pemazmur terus berdoa dan mencari Tuhan. Ini mengingatkan kita bahwa
dalam segala keadaan, baik dalam sukacita maupun dalam kesedihan, kita harus
tetap berdoa dan mencari Tuhan.
Renungan ini mengajarkan
kita bahwa dalam keadaan apapun, kita harus tetap percaya dan berharap pada
Tuhan. Meskipun kita mungkin merasa seperti Tuhan tidak mendengar atau menjawab
doa kita, kita harus terus berdoa dan mempercayai-Nya. Tuhan selalu hadir dan
mendengar doa kita, meski jawabannya mungkin tidak seperti yang kita harapkan.Meskipun
dalam kegelapan itu, penulis masih menyembah dan memohon kepada Tuhan. Dia tahu
bahwa hanya Tuhan yang bisa menyelamatkannya. Bahkan di tengah penderitaannya,
dia tetap berpegang pada iman bahwa doanya akan sampai kepada Tuhan. Ini
menunjukkan kepada kita pentingnya tetap berserah kepada Tuhan, bahkan dalam
saat-saat yang paling sulit sekalipun.
Mazmur 88 mengajarkan kita
untuk jujur dengan Tuhan tentang perasaan-perasaan kita, bahkan jika itu adalah
perasaan kesepian, keputusasaan, atau kegelapan. Kita diajarkan bahwa Tuhan
tidak takut dengan ketidaksempurnaan kita, dan Dia siap mendengarkan doa-doa
kita bahkan saat kita berada di titik terendah dalam hidup kita. Dan di situlah
kita menemukan pengharapan: dalam kesadaran bahwa bahkan dalam kegelapan
terdalam pun, Tuhan hadir dan siap untuk menyelamatkan.
Posting Komentar untuk "Doa pada waktu sakit payah | Mazmur 88:1-10"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.