Makna Dalam Penderitaan | Renungan Mazmur 88:11-19
Ayat-ayat ini berasal dari
Mazmur 88, sebuah mazmur yang penuh dengan penderitaan dan kesengsaraan. Ini
adalah salah satu mazmur paling suram dalam seluruh kitab Mazmur, dengan
penulisnya mencurahkan keluh kesahnya kepada Tuhan.
Tafsiran hermeneutika
memeriksa teks Alkitab dengan konteks historis, budaya, dan teologi untuk
memahami maknanya lebih dalam. Dalam konteks Mazmur 88:11-19, ini adalah bagian
dari Mazmur 88 secara keseluruhan yang menggambarkan kesengsaraan dan kesunyian
seseorang yang sangat mendalam.
1.
Konteks
Historis dan Budaya: Mazmur 88, seperti banyak mazmur lainnya,
ditulis dalam konteks pemujaan dan doa di tengah-tengah penderitaan. Penulis
mungkin mengalami situasi yang sangat sulit, mungkin berupa penyakit,
penganiayaan, atau kematian yang mendalam. Dia mencari jawaban dan penghiburan
dari Tuhan dalam pengalaman pahit ini.
2.
Tema
Teologis: Mazmur ini mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan teologis
tentang hubungan antara Tuhan dan manusia dalam penderitaan. Penulis bertanya
apakah Tuhan masih berkuasa bahkan atas kematian, dan apakah kasih setia Tuhan
dapat ditemukan bahkan di dalam kubur. Dia merenungkan apakah Tuhan masih
mengingat mereka yang telah meninggal dan apakah ada harapan bagi mereka yang
berada dalam kegelapan.
3.
Keselamatan
dalam Penderitaan: Meskipun penulis merasakan keputusasaan dan
kesendirian yang mendalam, ia tetap berpaling kepada Tuhan dalam doa. Ini
menunjukkan bahwa, meskipun penderitaan itu nyata, hubungan dengan Tuhan adalah
sumber harapan dan kekuatan di tengah-tengah kesulitan.
4.
Pengharapan
akan Jawaban Doa: Penulis mungkin tidak melihat jawaban atas
doanya dalam pengalaman pahitnya, tetapi dia tetap memegang teguh imannya bahwa
Tuhan mendengarkan seruannya. Ini mencerminkan keyakinan bahwa Tuhan
mendengarkan dan peduli terhadap penderitaan manusia, bahkan ketika jawaban-Nya
mungkin tidak langsung nyata.
5.
Pertanyaan
tentang Keadilan Ilahi: Penulis Mazmur ini mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mencerminkan kebingungan dan ketidakpastian tentang
keadilan ilahi. Dia bertanya apakah Tuhan melakukan mukjizat bagi yang mati,
mengisyaratkan keraguan akan kemampuan Tuhan untuk memperlihatkan kuasa-Nya di
antara yang sudah mati. Ini mencerminkan perenungan yang mendalam tentang
keadilan dan kekuasaan Tuhan dalam menghadapi kematian dan penderitaan.
6.
Pengalaman
Kehilangan dan Kesendirian: Penulis merasa ditinggalkan dan terasing,
bahkan oleh teman-teman dan kerabat dekatnya. Teman-teman dan sahabatnya
menjauh, meninggalkannya dalam kegelapan dan kesendirian. Pengalaman ini
mencerminkan kesepian yang mendalam yang dirasakan oleh orang-orang yang
mengalami penderitaan, di mana dukungan sosial tampaknya hilang.
7.
Doa
sebagai Ungkapan Kesunyian: Meskipun penulis merasakan kesunyian
dan pengalaman yang menyakitkan, dia tetap menggunakan doa sebagai cara untuk
menyampaikan keluh kesahnya kepada Tuhan. Ini menunjukkan pentingnya komunikasi
dengan Tuhan bahkan dalam saat-saat paling gelap dalam hidup kita. Meskipun
kadang-kadang kita merasa Tuhan tidak mendengar atau tidak menanggapi doa kita,
tetapi doa tetap menjadi ungkapan iman dan keintiman kita dengan-Nya.
8.
Pertanyaan
tentang Kasih Setia Tuhan: Penulis merenungkan apakah kasih setia
Tuhan masih dapat ditemukan bahkan dalam keadaan kematian dan kegelapan. Ini
menyoroti keteguhan iman penulis dalam mencari dan memahami karakter Allah,
bahkan ketika pengalaman pribadi menantang keyakinannya. Pertanyaan-pertanyaan
ini mungkin juga merupakan cara penulis untuk memperdalam pemahaman tentang
karakter Tuhan dan hubungan manusia dengan-Nya.
Melalui tafsiran ini, kita
dapat melihat bagaimana Mazmur 88:11-19 menghadirkan refleksi yang mendalam
tentang pengalaman manusia dalam menghadapi penderitaan dan kesunyian, serta
bagaimana iman dan doa tetap menjadi titik terang dalam kegelapan tersebut. Ini
mengajarkan kita untuk tetap berpegang pada Tuhan dalam segala kondisi, bahkan
ketika kita merasa kesepian dan terasing.
Dalam pasal ini, penulis
mengungkapkan kesedihannya kepada Tuhan, merenungkan keengganan Tuhan untuk
menyelamatkannya dari kematian, dan kesendirian yang dia rasakan. Dia mencari
jawaban tentang kehendak Tuhan dalam situasinya yang penuh penderitaan dan mempertanyakan
apakah Tuhan masih menunjukkan kasih-Nya kepada mereka yang sudah mati.
Meskipun dalam keadaan yang suram, penulis masih mempertahankan iman dan
berharap agar Tuhan mendengarkan seruannya.
Posting Komentar untuk "Makna Dalam Penderitaan | Renungan Mazmur 88:11-19"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.